Sabtu, 29 September 2012

“Ajaran Konghucu”

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia Tian (Tuhan) Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup didalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, yaitu sebagai hakikat kemanusiaan". Hidup beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus menegakkan firmanNya. Nabi konghucu lahir pada tahun 551 S.M, bila di hitung menurut lik pada tanggal 27 bulan 8. Ayah nabi konghucu wafat ketika usia 3 tahun S.M, (tahun 525) sedangkan ibu Qan tien cay wafat ketika nabi berusia 25 tahun. Ajaran Kong Hu Cu, Kong Fu Tze atau Konfusius dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di" Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama melainkan hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya. Seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik atau Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau Shang Di. Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannyan perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu. BAB II PEMBAHASAN A. Ajaran kong hu cu Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM, Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Ia meninggal dunia pada tahun 479 SM. Kong Hu Cu mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajari supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku. Kong Hu Cu tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha untuk memperbaiki moral. B. Intisari dari ajaran Khong Hu Cu  Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu: 1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian) 2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De) 3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming) 4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen) 5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi) 6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo) 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu) 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao). C. Pokok Ajaran konghucu Pokok ajaran konghucu dapat kita ketahui sebagai berikut: 1) Setiap manusia harus memiliki jen, yang mana mengandung pengertian, bahwa setiap insan harus terdapat dalam dirinya tentang suatu kebaikan, budi pekerti dan cinta kemanusiaan. 2) Watak yang berhubungan dengan jen ialah “Chung Tzu” bila orang memiliki jen, maka Chung Tzu muncul sebagai watak ideal. Sedangkan “Chun Tzu” juga bisa diartikan sebagai sifat lelaki yang mulia dan terpuji. 3) Bilamana orang sudah memiliki sifat jen dan Chun Tzu maka ia mempunyai ikatan dengan “Li”. Dan “Li” disini mempunyai 2 arti yaitu: - Li yang pertama peraturan atau kaidah yang menjaga keseimbangan dari manusia adalah suatu cara atau jalan dari segala sesuatu yang harus dilalui oleh siapapun. - Li tang Kedua yaitu berarti ritual dalam sepanjang hidup manusia. 4) Setiap manusia harus memelihara kekuatan batin yang disebut “TE”, sedangkan menurut Kung Hu Cu dalam pengertian psikologi yang mana berarti “kekuatan atau kekuasaan” yang tidak hanya terbatas pada kekuatan jasmaniah. 5) Konsep terpenting dalam Kong Hu Cu ialah apa yang di sebut “WEN” yang artinya damai. Sedangkan untuk Kong Hu Cu yang arti dari kata ‘WEN” dengan “bentuk kehidupan yang tentram “jauh pada peperangan. D. Ada lima istilah kunci dalam ajaran khong hu cu : 1. Jen, yang secara etimologis terbentuk darai dua huruf cina untuk terjadi di antara manusia. Kata ini di terjemahkan dalam banyak arti,seperti kabaikan, dari manusia ke-manusia, pemurah hati, ataupun cinta, namun barang kali lebih baik di terjemahkan sebagai berhati-manusiawi. Dalam pandangan konfusius tentang kehidupan, Jen adalah kabajikan dari segala kebajikan. Ia adalah intisari dari kesempurnaan adikodrati, yang diakuinya sendiri belum pernah dilihatnya terwujud sepenuhnya. Jen merupakan suatu kebajikan yang sedemikian tingginya sehingga untuk membicarakannya, harus dilakukan secara hati-hati. Bagi mereka yang berwatak jujur, jen bahkan lebih penting daripada kehidupan itu sendiri. Para sarjana yang tekun dan manusia, Jen bahkan bersedia mengorbankan nyawanya sendiri untuk memelihara kekuatan Jen mereka. Jen sekaligus mencakup suatu perasaan manusiawi terhadap orang lain dan pengorbanan terhadap diri sendiri, suatu perasaan mengenai keagungan martabat manusia dimanapun juga. Selanjutnya akan muncul secara otomatis sikap-sikap, seperti kemurahan hati, percaya, dan dermawan. Dalam bimbingan Jen terletak kesempurnaan segala hal yang membedakan manusia dari hewan dan menyebabakan menjadi manusia secara sungguh-sungguh. Dalam kehidupan pribadinya ia bersikap hormat, tidak mementingkan diri sendiri, dan dikaruniai kemampuan merasakan perasaan orang lain,”mampu mengukur perasaan orang lain dengan perasaannya sendiri.” 2. Konsep kedua adalah Chun-tzu. Jika Jen adalah hubungan ideal antara semua manusia, maka Chun-tzu adalah istilah ideal bagi hubungan demikian. Istilah ini telah diterjemahkan dengan kemanusiaan yang benar, manusia sempurna, dan kemanusiaan yang terbaik. Chun-tzu adalah kebalikan dari seorang yang berjiwa kecil, orang yang kasar, dan orang picik. Karena merasa berkecukupan, ia bersikap tenang, dan terhadap kehidupan secara keseluruhan ia mempunyai sikap bagaikan seorang tuan rumah yang memahami lingkungannya sedemikian rupa sehingga benar-benar bersikap tentram. Dalam keadaan demikian ia dapat mengerahkan seluruh perhatiannya untuk menentramkan orang lain. Karena ia tidak memerlukan apapun juga, maka ia terbuka untuk melayani siapa saja. Oleh karena telah sampai pada tingkat dimana ia merasa menyatu dengan seluruh alam semesta, maka Chun-tzu pada umumnya menghayati selama hidupnya sifat sebagai tuan rumah yang ideal tersebut. Dengan rasa kecukupan seorang tuan, timbullah suatu suasana yang menyenangkan dan sikap sopan. Tenang, percaya pada diri sendiri, dan mampu. Ia seorang yang mempunyai nama baik. Gerakannya bebas dari segala kekasaran dan kekerasan, ekspresi wajahnya terus terang dan perkataannya tidak mengandung nafsu dan kebiadaban. 3. Li, mempunyai dua arti. Arti pertama adalah kesopanan, yaitu cara bagaimana seharusnya segala sesuatu harus dilakukan. Konfusius berpendapat bahwa jika individu-individu harus memulai segala sesuatu dari awal, maka tidak banyak yang akan mencapainya dalam mencari keindahan dan kebaikan. Arti lainnya dari kata ini adalah ibadat. Jika tanggapan yang pantas itu diperinci secara panjang lebar dalam istilah-istilah konfusius, maka keseluruhan hidup pribadi seorang telah ditata dalam suatu ritus yang kaya, cermat dan penuh dengan upacara. Hidup selurunya telah diatur. Setiap langkah dalam perjalanan hidup ini, telah ditentukan sehingga tidak ada lagi peluang ataupun kebutuhan akan perbaikan. Setiap perbuatan sudah ada polanya, mulai dari cara kaisar melakukan upacara tiga kali setahun untuk mempertanggung jawabkan kekuasaannya, sampai kepada cara melayani tamu yang paling sederhana dalam rumah kediamanmu dan menyuguhkan air teh kepadanya. 4. Te, secara harfiah kata ini berarti kekuatan, khususnya kekuatan untuk memerintah manusia. Konfusius tidak setuju dengan tesis kaum realis bahwa satu-satunya pemerintah yang efektif adalah pemerintah yang menggunakan kekerasan fisik. Konfusius yakin bahwa tidak ada negara yang mampu membelenggu semua warganya pada saat yang sama atau sebagian besar dari mereka dalam waktu yang lama. Kekuasaan negara harus berdasarkan pada penerimaan yang luas dikalangan rakyat terhadap kehendaknya, yang selanjutnya menghendaki adanya suatu himpunan kepercayaan yang positif terhadap keseluruhan watak negara itu. Persetujuan spontan warganya ini, yaitu moral yang merupakan persyaratn mutlak untuk kehidupan masyarakat itu, hanya timbul jika suatu masyarakat merasa bahwa para pemimpin mereka adalah orang yang mempunyai kemampuan, mengabdi secara jujur kepada kepentingan bersama, dan memiliki watak yang mendorong timbulnya penghormatan. Oleh karena itu, Te sesungguhnya terletak dalam kekuatan yang terkandung dalam teladan moral. 5. Wen, ini hubungan dengan “seni perdamaian” yang berlawanan dengan “seni berperang”. Wen berkaitan dengan musik, seni lukis, puisi, rangkaian budaya dalam bentuknya yang estetis. Konfusius sangat menghargai seni. Suatu musik sederhana pada suatu ketiak sangat memukaunya sehingga selama 3 bulan beliau tidak dapat merasakan rasa dagingnya. Jika memang ada orang yang sama sekali kebal terhadap seni, beliau mengatakan bahwa “orang demikian tidak mempunyai tempat dalam masyarakat manusia”. Namun secara keseluruhan konfusius bukan penganjur paham”seni demi sei itu sendiri.” Beliau menghargainya terutama sebagai sarana pendidikan moral. Secara garis besar ajaran konfusianisme dalam bidang filsafat dapat dikelompokkan dalam ajaran tentang metafisika dan etika. Metafisikanya bertolak dari konsep Tien atau Thian, yang dalam bahasa bahasa inggris heaven merupakan faktor spiritual yang utama dalam bidang keagamaan. Oleh karena itu didalam Ju Chiao, konsep tentang Thian perlu mendapatkan perhatian khusus walaupun hal ini cukup rumit mengingat keterbatasan manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya. Namun demikian manusia dengan kemampuan jiwa yang terdiri dari daya cipta, rasa dan karsa akan mampu memahami dan mengerti apakah yang dimaksud dengan Tuhan. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya nilai kepercayaan yang ada dalam jiwa manusia. Menurut pandangan pengikut Konfusius, segala sesuatu di alam semesta ini terdiri dari dua prinsip yang berlawanan. Yin Yang merupakan dua prinsip yang saling melengkapi. Ajaran ini cukup dalam bagi penganut Taoisme maupun konfusianisme, walaupun sampai saat ini belum diketahui dengan pasti siapakah yang mengajarkan pertama kalinya dan sejak kapan ajaran ini diperkenalkan. Yin Yang merupakan dua prinsip dimana segala sesuatu yang ada didalam alam semesta ini dapat digerakkan dan yang terjadi tanpa berhenti jadi selalu menjadi. Yin sebagai unsur negatif seperti air, dingin, gelap, wanita, bulan. Sedangkan Yang sebagai unsur positif seperti api, panas, terang, laki-laki, dan matahari. Sepintas kedua unsur ini saling meniadakan akan tetapi pada hakikatnya mereka selalu berada dalam keadaan yang harmonis dan saling mengisi bahkan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Menurut ajaran Yin Yang, realitas kehidupan manusia saling berpasang-pasangan dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, yang apabila mereka saling bersatu maka akan diperoleh kemajuan. Walaupun perlu disadari bahwa didalamnya terdapat berbagai perbedaan, namun itu tidak perlu dipertentangkan. Tujuan hidup yang ingin dicapai dalam ajaran konfusianisme adalah untuk menjadi Chun tzu atau gentlemen. Dalam menghadapi lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia hendaknya berusaha untuk dapat berperan serta, karena untuk dapat menjadi Chun tzu dan dapat hidup di dalam masyarakat dengan baik dalam arti dapat diterima oleh masyarakat, maka perlu direalisasikan ajaran tentang Jen. Jen merupakan ini dari ajaran etika Konfusius, sehingga beberapa pakar sering menyatakan bahwa ajaran Konfusianisme adalah etika. Dalam Konfusianisme jen adalah proses perkembangan nilai-nilai spiritual. Jen terdiri dari dua unsur yaitu Shu dan chung. Shu atau reciprocity merupakan suatu prinsip timbal balik atau tepaseliro. Sedangkan Chung berarti kesetiaan terhadap kewajiban dan kemanusiaan, sehingga dalam melakukan suatu perbuatan tidak mengharapkan imbalan apapun baik berupa materi maupun pujian, yang berarti pula sepi ing pamrih. Jadi melakukan suatu perbuatan adalah demi perbuatan itu sendiri, atau karena perbuatan itu memang layak bagi kemanusiaan atau Yi. Lebih lanjut diajarkan pula bahwa pelaksanaan Jen akan dapat memperoleh manfaat apabila didasarkan pada Li atau aturan sopan santun. E. Ajaran- ajaran khonghucu yang wajib di amalkan oleh para pengikutnya: 1. Beriman terhadap tuhan yang maha esa. 2. Beriman bahwa hidupnya (oleh dan )mengemban firman tuhan. 3. Beriman bahwa tuhan itu menjadi tugas suci yang wajib di pertanggungjawabkan dan sekaligus menjadi rahmat dan kemampuan di dalam hidupnya. 4. Beriman bahwa hidupnya mampu mengikuti , tepat, selaras,serasi, dan seimbang dengan watak sejati itu. 5. Beriman bahwa agama karunia bimbingan tuhan Yang Maha esa untuk membina di ri menempuh jalan kebenaran (suci) itu. 6. Beriman bahwa jalan suci itu menghendakai hidup memahami, menghayati, mengembangakan,menggemilangkan kebajikan, benih kesucian dalam watak sejatinya. 7. Beriman bahwa kesetiaan menggemilangkan kebajikan itu wajib di amalkan dengan mencintai , teposeliro sesama manusia,sesama mahkluk dan menyayangi lingkungan. 8. Beriman bahwa kebajikan suci ialah menggembilangkan kebajikan dan mengamalkany sam[pai puncak baik. 9. Beriman hanya di dalam kebajikan itu tuhan berkenan, hidup itu bermakna apabila dapat setia kepada khaliknya dan saudara sejati kepada sesamanya. 10. Beriman bahwa kebajikan itu jalan, keselamatan ;kebahagiaan tertinggi di dalam haekat dan martabat manusia sebagai mahluk termulia ciptaan tuhan. Pada saat mengalami kematian roh seorang manusia meninggalkan badan dan orang yang semasa hidupnya mampu hidup sesuai dengan fitrah atau watak sejatinya , rohnya menjadi Sheng. “Orang yang sungguh sepenuh hati menempuh jalan suci,lalu mati, dia lurus di dalam firman”(bingcu VIIA). Sheng naik ke surga dan immortal, artinya dia hidup abadi di dalam surga ( shian thian) di samping tuhan. Sebaliknya orang yang berlumuran dosa , yang mengingkari jalan suci rohnya manjadi kuei atau hantu turun ke neraka dalam pujian yang di tujukan kepada raja suci Bun atau nabi king ciang. F. Ajaran Konfusius Tentang Alam Jalan yang mengatur alam adalah jalan yang sama yang harus di ikuti oleh manusia, jika mereka ingin sejahterah. Upacara keagamaan yang dilakukan oleh penguasa adalah penghubung antara langit dan bumi. Kekuasaan mereka dari kekuasaan alam semesta, kekuasaan penciptaan. Jika mereka dapat membuat persoalan manusia seharmonis persoalan alam mereka akan berhasil secara mengagumkan. Awal tahun baru, tibanya musim semi, hari-hari yang diberkahi pada musim panas, waktu penenan di musim gugur, berakhirnya tahun di musim dingin. Dan semua ini sangat berpengaruh dalam kekaisaran dan di samping itu juga berpengaruh pada jiwa dan hati manusia. Kerja langit adalah penentuan akhir segalah sesuatu pada yang akan terjadi di bumi. Takdir seluruh dari kekaisaran pada akhirnya terletak di luar kendali manusia. Seseorang harus menjaga hubungan yang baik dengan langit. Dan melalui upacara keagamaan tradisional dengan tepat dan indah. Secara garis besar ajaran konghucu adalah dalam bidang filsafat dapat di kelompokkan dalam ajaran tentang metafisi dan etika, dan metafisiknya bertolak dari konsep Tien atau Thian. G. POKOK AJARAN (PEMUJAAN) AGAMA KONGHUCU Sebelum kita perhatikan tentang ajaran pokok konghucu kita perhatikan dulu tentangadanya tingkatan adanya keagamaan Tionghoa. Tingkatan ini terdiri atas tiga bagian yaitu: 1. Pemujaan Alam 2. Hormat pada leluhur 3. Pemukaan langit Mereka lebih ringan hidup dari dalam keselarasan dengan susunan dunia, di mana manusia saling menghormati tempat kedudukannya. Jadi etikalah yang pokok. Setelah kita ketahui tentang tingkatan kreagamaan Tionghoa sekarang kita bicarakan tentang pokok ajaran konghucu dan pokok ajaran tersebut disimpulkan sebagai berikut. Setiap manusia harus memiliki Yen yang man mengandung pengertian bahwa setiap insan harus terdapat dalam dirinya suatu kebaikan dan budi pekerti. Dan orang yang memiliki Yen akan senantiasa bersedia untuk dirinya dan juga menjaga keseimbangan dirinya dengan orang lain. Orang harus menjaga adanya timbal balik sebagai sesuatu lingkaran keseimbangan hidup yaitu hubungan yang seimbang. o Antara Ayah dan anak : hal ini menyebabkan ayah menyintai anaknya sedangkan anak menghormati ayahnya. o Antara saudara tua dengan saudara muda yaitu hubungan demikian menyebabkab yang tua berlaku baik terhadap yang muda sedangkan yang tua berlaku baik terhadap yang muda sedangkan yang muda menghormatinya. o Antara suami dan istri dan dalam hubungan tersebut menyebabkan suami berbuat baik terhadap istrinya, sedangkna istrinya memperhatikan suaminya. o Antara kawan yang lebih tua dengan yang lebih muda umumnya. Hubungan antara keduanya menyebabkan suami berbuat perasaan kasih sayang terhadap satu sama lain, sedang yang satunya menghargai dan menghormatinya. o Antara Raja dengan rakyatnya. Hubungan antara keduanya menimbulkan tindakan adil dan melindungi dari raja terhadap rakyatnya sedang setia dan taat kepada rakyatnya. Kun Fi Tze mengharapkan agar dalam kelima hubungan ini terbentuk dalam rangka di dalam manusia dengan mencapai kepribadiannya yang sesuai. Setiap manusia harus memelihara kekuatan batin yang disebuty TE menurut Kun Fi Tze mengandung sebuah pengertian psikologis. Ajaran konghucu berada pada posisi yang kurang untung, dan memang para penganut ajaran ini yang dalam prakteknya juga menganut ajaran ini dengan ajaran Taoisme dan Budhisme dalam Tri Dharma setidaknya dapat berlindung di balik payung Budhisme. Tetapi mereka yang mau Konfusianis (pengikut konghucu) murni meghadapi kesulitan. H. Garis Besar agama Konghucu Ajaran ini berisi bahwa Tien memberikan kekuasaan suatu negara terhadap orang yang di pilihnya yaitu orang yang di anggap mampu untuk memimpin suatu negara. Dan ajaran ini muncul pada Dinasti Chou baru saja mengambil kekuasaan Dinasti Shang karena pada saat itu mereka sudah tidak mampu memerintah sebagai akibat banyak nilai-nilai moral yang di langgar oleh pemeluknya. Jelaslah di sini bahwa hidup manusia akan lebih berarti dan bermakna apabila manusia dapat membawah diri ditengah kehidupan masyarakat dan bukan hidup untuk menyendiri atau mengasingkan diri dari realitas. Untuk dapat menjadi Chun Tzu yaitu harus dapat hidup di masyarakat dengan baik dalam arti dapat di terimah oleh masyarakat. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Jadi dari uraian di atas bisa kita siimpulkan bahwah Ajaran Kong Hu Cu ialah ajaran yang dimana hanya mengajarkan tentang etika dan moral jika seseorang berperilaku baik maka akan berakhir baik. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama melainkan hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang di sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik atau Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di". Oleh karena itu ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM dan pada saat itu Chiang Tsai berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, dan Kong Hu Cu pun banyak menulis buku-buku tentang moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Ia meninggal dunia pada tahun 479 SM. Kong hu cu mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku. Kong hu cu pun tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah hal yang keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral. Akan tetapi ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu. Sedangkan pokok dari agama konghucu terletak pada jen ialah manusia harus mempunyai jen, Chun Tzu ialah watak yang berhubungan dengan jen, Li ialah Li disini bila sudah mencapai jen dan chun Tzu maka bisa mencapai ikatan yaitu Li. Ti ialah manusia harus memelihara kekuatan batin dan yang terakhir yaitu Wen ialah konep terpenting dalam Kong Hu Cu. Jika semua itu bisa tercapai maka mereka harus mengamalkan ajaran tersebut. Daftar Pustaka Cenggana,Anly dkk.1998.Hak Asasi Beragama dan Perkawinan Khonghucu Prespektif Sosial,Legal, dan Teologi.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama Bekerja Sama Dengan MATAKIN Keene,Michael.2006.Agama-Agama Dunia.Yogyakarta:Kanisius Mathar Qasim, Muhammad.2003.Sejarah ,Teologi dan Etika Agama-Agama.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Smith, Huston,2001.Agama-Agama manusia.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia Anly Cenggana dkk, 1998 “Hak Asasi beragama dan perkawinan konghucu dalam prespektif legal dan teologoi” Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Abdurrahman Wahit, 1995“Pergulatan Mencari Jati Diri”Yogyakarta: PT. Rineka cipta http://id.wikipedia.org/wiki/Konfusianisme Abu Ahmadi, 1991 “Ilmu Perbandingan Agama” Jakarta: PT.reneka citra http://www.khonghucuindonesia.com/agama-khonghucu/pokok-ajaran-agama-khonghucu M.Iksan Tanggok .2000. “Jalan Melalui Agama Konghucu” Jakarta: PT Gramedia Pystaka Utama.orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah

KITAB SUCI AGAMA KHONGHUCU WU JING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di". Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu. Kitab Wu- jing merupakan kumpulan kitab suci yang berasal dari para Raja Suci dan Nabi Purba.Si Shu merupakan kumpulan kitab yang berasal dari Nabi Kongzi sampai mengzi. Xio jing dibukukan oleh zengzi di dasarkan hasil percakapan dengan Nabi kongzi. Dalam kitab sejarah,kitab Wu Jing,Si Shu dan Xiao Jing telah melalui berbagai ujian.Sering dengan baik memperoleh pemiliharaan manusia,sering pula mengalami bahaya pemusnahan. Sungguh kita bersyukur,berkat lindungan dan penjagaan TIAN,Tuhan YME yang tidak menghendaki ajaran suci ini musnah,seperti ditulis di dalam Lun Yu IX:5...Tuhan YME tidak hendak memusnakan Ajaran/kitab itu,apa yang dapat dilakukan orang....?,serta oleh keberanian dan keuletan umat Ru-khonghucu sepanjang jaman,maka kita masih dapat menerima kitab itu dalam bentuk sekarang. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang di maksud kitab sici wu-jing? 2. Ada berapa macam kitab suci wu-jing? C. Tujuan 1. Ingin mengetahui pengertian dari kitab wu-jing. 2. Ingin mengetahui macam-macam kitab suci wu-jing BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian kitab wu-jing Kitab Wu-Jing di sebut juga Kitab tanda-tanda atau simbol-suci. Kitab ini merupakan Kitab langit (Tian Shu) yang mengandung nilai sakral ketuhanan, karenanya bersifat universal. Kitab ini terdiri dari 24.707 huruf yang berisi: Iman akan Tuhan (Wu Ji, Tai Ji, Yin Yang) dengan diagram Ba Gua lengkap dengan uraian Hexagram turunannya,Penjelasan Gua yang disebut Tuan oleh Wen Wang dan Yao yang disebut Xiang oleh Zhou Gong, Tafsir pengertian dan penjelasan Shi Yi oleh Nabi Khongcu. Kitab Suci agama Konghucu sampai saat ini adalah Wujing dan Si-shu bentuknya yang sekarang mengalami perkembangan yang sangat panjang. Kitab suci yang paling tua berasal dari Yao (2357 – 2255 sM) atau bahkan bisa dikatakan sejak Fu Xi (30 abad sM). Yang termuda ditulis cicit murid Kongzi, Mengzi kemudian (wafat 289 sM), yang menjabarkan dan meluruskan ajaran Kongzi, yang pada waktu itu banyak diselewengkan. Kitab suci yang berasal dari Nabi Purba sebelum Kongzi, ditambah Chunqiujing (Kitab atau catatan Jaman Cun Ciu / Musim Semi dan Musim Rontok) yang ditulis sendiri oleh Kongzi, sesuai dengan wahyu Tian, kemudian dihimpun Kongzi dalam sebuah kitab yang disebut Wu-jing. Beberapa saat sebelum wafat, Kongzi mempersembahkan Wu-jing dalam persembahan kepada Tian. Maksudnya dalam menyembah Tian Nabi Kongzi melakukan sesuai dengan ajaran-ajaran yang ada pada kitab Wu-Jing. Isi dari pada kitab suci Wu-Jing (lima kanon) adalah sebagai berikut : Shi-jing (kitab Sajak): seharunya berisi 311 sanjak, yang dipilah Khongzi dari tiga ribuan sanjak kuno mulai dari zaman dinasti Shang (1766-1122 SM) sampai dengan dinasti Zhou, kaisar Dingwang (605-586 SM). Terdiri dari 39.222 aksara. Ada enam sanjak yang hilang semasa peristiwa “pembakaran kitab” (atas perintah kaisar Qin Shi-huang), maka sekarang hanya tersisa 305 sanjak yang terdiri dalam empat bab, yaitu: a. Guo-feng (adat nagari): menggambarkan adat istiadat, 15 buku berisi 160 sanjak rakyat b. Xiao-ya (pujian kecil) : puja pengiring upacara di istana, 8 buku 80 sanjak c. Da-ya (pujian besar) : kidung puja untuk Wen Wang, 3 buku 31 sanjak d. Song (kidung pemujaan): untuk mengiringi peribadahan, 3 buku 40 sanjak. Shu-jing (kitab Sejarah): merupakan kitab catatan sejarah yang bersifat suci, dimulai dari kaisar legendaris Yao (2357-2255SM) sampai dengan dinasti Zhou, kaisar Xiang-wang (651-618 SM). ia terdiri dari 25.700 aksara, dan terdiri dalam empat buku: a. Yu-shu (kitab Yu): berisi perundangan dari kaisar Yao dan Shun b. Xia-shu (kitab Xia): berisi naskah masa dinasti Xia (2205-1766 SM) c. Shang-shu (kitab Shang): berisi naskah dinasti Shang (1766-1122 SM) d. Zhou-shu (kitab Zhou): berisi naskah dinasti Zhou (1122-255 SM) Yi-jing atau Zhou-yi (kitab perubahan): inilah kitab metafisika yang dihormati oleh umat Ru dan Dao bersama (bahkan juga oleh umat Buddha). Asalnya adalah catatan ramalan nasib dengan menggunakan dua trigram Bagua yang ditumpuk sehingga membentuk 8x8=64 macam hexagram. Tetapi orang yang meramalkan nasibnya tentunya juga ingin tahu latar belakang peramalan, dan cara untuk menghindari bencana (nasib buruk) yang cenderung menimpanya. Maha para cendekiawan zaman kuno, sejanak zaman Fuxi, Yu, Wenwang, Zhougong, sampai masa Kongzi sendiri dan murid-muridnya, berusaha membenahi dan mengembangkannya, sehingga akhirnya jadilah ia kitab falsafah yang amat mengagumkan dunia. Kitab ini terdiri dari 24.707 aksara dan berisikan: Keimanan akan Tuhan YME dan falsafah penciptaan alam semesta dengan bantuan lambang wuji, Taiji, Yinyang, Sixiang, dan Bagua. Kemudian dikembangkan lebih jauh menjadi 64 hexagram. Setiap hexagram dinamakan gua, sedangkan setiap garis dari hexagram itu dinamakan yao. a. Tuan : yaitu penjelasan Wenwang tentang setiap gua. b. Xiang : yaitu penjelasan Zhougong tentang setiap yao c. Shi-yi : yaitu penjelasan menyeluruh dari Kongzi tentang dasar-dasar falsafah dan penerapan dari peramalan tersebut. Kitab ini mengungkapkan sisi lain dari kecendekiaan Kongzi yang luar biasa. a. Li-jing (kitab kesusilaan) : ia terdiri dari 99.020 aksara dan terbagi tiga: b. Zhou Li (Kesusilaan Negeri Zhou) susunan Zhou Gong. Di dalamnya terdapat uraian tentang Liu Guan Enam Departemen yang merupakan Tata Negara Negeri Zhou, pada zaman Han disebut sebagai Zhou Guan yang sebelumnya disebut Zhou Guan Li. c. Yi Ji (Kesusilaan dan Peribadahan) yang berisi tata agama dan tata ibadah negeri zhou susunan Zhou Gong, yang sering dipakai oleh Nabi Khongcu sebagai acuan. Dinamai juga Li Cu Jing Kitab Kesusilaan Kuno. Li Ji (Catatan Kesusilaan) yang berisi himpunan tulisan tentang nilai agamis dan moral dasar kaum Ru, sekaligus sebagai terapan dan penafsiran dari 2 kitab tersebut di atas. Merupakan kumpulan tulisan yang berasal dari Nabi Khongcu, murid-murid beliau, ada juga tambahan dari tokoh Ru dinasti Han (3 bab Ming Tang, Yue Ling, Yue Ji) ditambah hasil kerja marga Dai yang 46 bab jadi berjumlah 49 bab. Chun-qiu-jing (kitab musim semi dan musim rontok): kitab ini berisi 18000 aksara dan merupakan tulisan dari Kongzi sendiri. Ia mengkomentari secara kronologis sikon pada zaman kacau Chunqiu(722-481 SM), dan akhiri dengan peristiwa’ terbunuhnya sang kilin’. Ada 3 kitab tafsir yang melengkapi kitab Chun Qiu ini, yaitu: Chun Qiu Zuo Zhuan oleh Zuo Qiu Ming, sahabat sekaligus "murid" Nabi Khongcu. Tafsir ini paling cocok dan uraiannya pas dengan Guo Yi; sering dijadikan satu dengan Chun Qiu Jing karena paling dekat. Chun Qiu Gong Yang Zhuan susunan Kong Yang Goa pada akhir Dinasti Zhou hidup pada zaman Zhan Guo murid Perguruan Zi Xia. Chun Qiu Cu Liang Zhuan susunan Gu Liang Chi pada awal Dinasti Han, juga murid dari perguruan Zi Xia. B. KITAB SUCI YANG LIMA a. WU JING asli bernama liu jing yang artinya kitab kesusilaan,terdiri atas: b. Shi jing (Kitab Sajak). c. Shu Jing (kitab Dokumen sejah Suci ) d. Yi jing ( Kitab Kejadian dengan Segala peru-bahan dan peristiwa) e. Li jing (Kitab Kesusilaaan atau peribadeahan ) f. Chu Qiu jing (kitab sejarah jaman Chun Qiu) g. Yue jing (kitab musik). Karena kitab musik sebagaian besar telah musnah pada jaman Dinasti Qin (221 SM-206 SM),dan sisanya yang tidak banyak,dimasukkan sebagai bab xvII kitab li ji (Catatan kesusilaan),yang merupakan satu dari tiga kitab yang menyusun kitab li jing,maka kini liu jing telah dipadatkan menjadi Wu jing. C. SHI JING (kitab Sajak) Shi jing berisi kumpulan nyanyian rakyat berbagai Negara,nyayian pujian untuk upacara di istana,dan nyayian pujian untuk mengiringi upacara ibadah. Pada jaman Dinasti zhoun,setiap negara bagian mempunyai petugas-petugas yang menghimpun nyanyian-nyanyian itu.Menurut kitab zhou li (kesusilaan Dinasti zhou),yang ditulis Zhou Gong Dan (Abad XIIs.M),salah satu tugas Guru Besar Musik ialah mengajarkan cara mengklasifikasi nyanyian-nyanyian itu apakah bersifat fen (nyanyian rakyat atau adat istiadat),fu (menceritakan),Bi (perumpamaaan),xing (sindiran atau sanjungan ),ya (puji-pujian),atau song (pujaan). Tidak kurang dari 3000 nyanyian di baca nabi kongzi,dan dari jumlah itu dipilih 311 buah,6 diantaranya tinggal judul tanpa isi untuk diturunkan kepada murid-murid.Nyanyian atau sajak yang tertua berasal dari jaman Dinasti Sang (1766-1122 S.M),yang termuda berasal dari jaman Zhou Ding Wang (kaisar Dinasti Zhou yang memerinyahkan tahun 606-586 S.M). a. Shing jing dibagi menjadi empat bagian: b. Guo fen (nyanyian rakyat berbagai Negeri),160 sanjak c. Xiao Ya (pujian kecil),80 sanjak (terdapat 6 nyanyian tinggal judul).dilagukan untuk mengiringi upacara di istana. d. Da Ya (nyanyian pujian Besar),31 sanjak.berisi puji-pujian untuk Wen Wang (nabi ji Chang ),pendiri Dinasti Zhou Song (nyanyian pujian ),40 sanjak.untuk mengiring upacara peribadahan.Bagian ini merupakan kumpulan nyanyian yang paling tua usianya. Shi Jing disebut pula pa jing (kitab kuncup bunga) karena berisi bermacam peristiwa,nama-nama bunga,hewan dan sebagainya.yang utuh tinggal 305 nyanyian terdiri atas 39.222 huruf. D. SHI JING (KITAB DOKUMENTASI SEJARAH SUCI) Kitab ini di sebut pula Shang Shu (kitab Mulia),berisi dokumen sejarah suci Agama Ru Khonghucu yang dihimpun dan disusun olehb Nabi Kongzi dari berbagai naskah yang berasal dari jaman Tang Yao (659-621 S.M) berkuasa,atau jaman pemerintahan kaisar Zhou Xiang Wang (651-618 S.M). Huruf Shu berarti Yu,kalam atau pensil bicara,biasanya untuk menunjukkan dokumen tertulis yang bersifat prosa. Menurut keterangan Kong Ying Da (574-648),seorangb Boshi (gurub besar ) jaman Dinasti Tang (618-905 M) yang karya-karya tulisanya dalam tafsir kitab-kitab suci agama Ru-khonghucu sangat ter masyhur ;dalam kata pengantar kitab tafsirnya tentu tang kitab Shu jing (Shang Shu Zheng Yi),menjelaskan bahwa sebelum kitab Shu jing sudah ada kitab-kitab Suci yang mendahului,pada jaman dahulu,tatkala baginda Fu Xi memerintahkan dua,beliau menerima wahyu He Tu yang dijabarkan dalam gambar Ba Gua,dan Cang jie yang menciptakan tulisan untuk menggantikan ikatan tali (dari sinilah tulisan berasal). Tulisan–tulisan peninggalan jaman Fu Xi (2953-2838 S.M),Shen Nong (2838-2698 S.M),dan Huang Di (2698-2598 S.M) dinamai San Fen (tiga Makam ),membicarakan jalan suci yang Agung. Tulisan peninggalan jaman Shao Hao (anak Huang Di,2598-2514 S.M) Zhuan Xu (cucu Huang Di,2514-2436 S.M),Gao Xin (cucu Shao Hao,2436-2366 S.M) Tang Yao(2354-2255 S.M) dan Yu Shun 225-2205 S.M) disebut Wu Dian (lima Undang-undang atau Hukum) berisi jalan Suci Yang Wajar. Kitab Shu jing mulai dari jaman Yao dan Shun,disebut Yao Dian dan Shun Dian,tidak memuat kitab-kitab yang tersebut dahulu. Kitab Shu jing dihimpun Nabi kongzi dari berbagai naskah dokumen sejarah yang sudah ada sebelumnya.Dan menyusunnya,nabi melakukan perjalanan ke berbagai negeri untuk memeriksa kebenarannya. Untuk memeriksa kebenaran dokumen tentang dinasti Xia Beliau ke negeri Qi ( waris dinasti Xia),untuk dinasti Shang ke Negeri Song,dan untuk dinasti Zhou terutama ke ibu kota dinasti Zhou waktu itu (luo Yang )dan negeri lu sendiri. Kitab Shu jing terdiri atas 6 jilid,25.700 huruf. Jilid I berisi naskah- naskah jaman tang Yao dan Yu Shun,jilid II berisi naskah-naskah jaman Dinasti Xia,jilid III berisi naskah-naskah jaman Dinasti Shang,dan jilid IV-VI berisi naskah-naskah jaman Dinasti Zhou. Disebut juga Bi jing ( kitab Tembok) karena naskah yang 58 bab itu disebut dalam tembok rumah keluarga Nabi;juga disebut Zai jing (kitab Tarikh) karena diurutkan kronologis dari jaman purba sampai yang terbaru. E. YI JING (KITAB SUCI KEJADIAAN ALAM SEMESTA DENGAN SEGALA PERUBAHAN DAN PERISTIWA). Kitab wahyu yang mempunyai niai universal,dalam hal kepurbaan maupun dalam hal pengertian yang tidak terukur kedalamannya,tersembunyi di bawah simbol-simbolnya yang ajaib.tentang kitab Yi jing,halnya akan kita bicarakan beberapa hal yang pokok saja. Inti kitab Wahyu ini berupa 64 simbol;berupa garis-garis Yinb dan Yang yang tiap unit terdiri atas 6 garis (heksagram);umpamanya: QIAN KUN ZHUN MENG XU Tiap heksagram dinamai Gua dan tiap garis dinamai Yao.Nabi Chang tatkala dalam pembuangan di You li telah mdenerima Wahyu yang memberikan teks untuk tiap-tiap Gua,tiap teks itu dinamai Tuan;itulah pokok kitab YI JING. a. Nabi Ji dan atau Zhoum Gong juga telah menerima wahyu yang memberi teks atas tiap-tiap Yao secara mendetail,setiap teks itu dinamai Xiang. Demikanlah kitab Yi jing dalam bentuk asli berwujud simbol ( heksagram teks yang disebut Tuan dan teks yang disebut Xian). b. Nabi kongzi telah pula menerima wahyu memberi tafsir dan penjelasan atas YI Jing. Tafsir dan penjelasan atas Yi jingn tersebut seluruhnya sepuluh jilid maka disebut Shi Yi (sepuluh Sayap),terdiri atas Tuan Zhuan (Tafsir atas Tuan) dua jilid,Xi ci Zhuan (Tafsir atas Xiang)dua jilid, Xi Ci Zhuan (tafsir besar)dua jilid,wen Yan (Tafsir Rohani atau Sari Pati) satu jilid,shuo Gua Zhuan (diskusi tentang Diagram)satu jilid,Xu Gua Zhuan (peraturan tentang diagram )satu jilid,Za Gua Zhuan (serba-serbi pembicaraan tentang diagram) satu jilid. Yi jing terdiri atas 64 bab,24.707 huruf disebut pula Xi jing (kitab Baginda FU Xi). F. LI JING (KITAB KESUSILAAN DAN PERIBADAHAN) A. Li jing sebenarnya terdiri atas tiga kitab yaitu : Zhou li (kesusilaan dinasti zhou),YI LI (peribadahan) dan li ji ( catatan kesusilaan). Zhou li ( kesusilaan dinasti zhou) Telah dibukukan pada masa permulaan dinasti zhou oleh nabi ji dan (pangeran zhou Gong).isinya menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan sistem pemerintahan dinasti zhou dengan ke enam departemennya,disebut juga zhou Guan (pemerintahan dinasti zhou)atau liu Guan (Enam departemen). Pengaruh kitab ini sangat besar;kewibawaannya terasa di suluruh negara bagian. Saat Qin shi Huan menjadi kaisar,kitab ini dianggap sangat membahayakan kekuasaan,maka secara intensitif dicari untuk dimusnahkan. B. Yi LI (peribadahan dan kesusilaan) Dibukukan oleh pangeran zhou,berisi berbagai tata kesusilaan dan tata peribadahan agama Ru-khonghucu jaman dinasti zhou. Diuraikan tata laksana berbagai upacara seperti: akil baliq, perkawinan, perkabungan, persembahyangan, dan sebagainya.kitab ini di sebut pula LI GU JING (kitab suci tata peribadahan kuno). C. CHUN QIU JING (sejarah jaman chun Qiu) Berkat kebajikan dan kebijakan raja Wen,raja Wu,raja cheng,dan raja kang yang memerintah berturut-turut,dinasti zhou (1122-248 S.M) berhasil mewujukan masyarakat yang adil,makmur dan sejahtera. Selanjutnya,muncul raja-raja yang tidak cakapdan sewenang-wenang,seperti zhou li wang( 878-827 S.M) dan lebih-lebih taatkala zhou you wang (781-770 S.M) memerintahkan,dinasti zhou menjadi suram. Zhou you wang seorang raja yang suka berpesta pora dan sewenang-wenang,mabuk kepayang kepada selirnya yang bernama Bao si yang di dapat dengan cara tidak baik sehingga selalu murung dan tidak pernah tersenyum atau tertawa. Karena ingin melihat tawa manis Bao si,you wang dengan alasan yang di cari-cari menghukum permaisuri dan memecat putra mahkota untuk memberi kedudukan kepada Bao Siternyata itu-pun tidak dapat memberi hati Bao Si.atas saran salah seorang menteri yang pandai menjilat,you wang menyalakan api unggun tanda bahaya untuk memperdaya para rajamuda;mereka terkecoh datang ke ibukota dan menjadi buah tertawaan.tatkala kemudian musuh,yaitu orang-orang Quan-rong (Tartar) yang bersekutu dengan ayah bekas permaisuri benar-benar menyerbu ibu kota,tak ada rajamuda yang datang menolong,you wang terbunuh di kaki gunung li dan hancurlah ibukota dinasti zhou. Zhou ping wang (770-719 S.M),putera mahkota yang menggantikan zhou you wang,tidak berani menempati ibukota itu lagi,sehingga akhirnya ibukota dipindahkan ke timur,ke kota luo yang dan selanjutnya nama kerajaan di sebut dinasti zhou timur. Zhou ping wang ternyata seorang raja yang lemah,begitu pula tidak ada satupun pengganti-penggantinya yang mampu menegakkan kembali kewibawaan dinasti zhou,maka mulailah jaman chun Qiu atau jaman musim semi dan musim rontok (722-481 S.M) dan muncullah Ba (rajamuda-rajamuda pemimpin) yang secara formal menjadi pendukung dan penegak kedaulatan dinasti zhou namun secara defacto menjadi raja yang memiliki kekuasaan sebenarnya sehingga menggeroti kewibawaan raja zhou. Ba yang termasyhur antara lain raja muda Huan dari negeri Qi (685-643 S.M),raja-muda xiang dari negeri song (650-636 S.M),rajamuda wen dari negeri jin (636-628 S.M),rajamuda Mu dari negeri Qin (659-621 S.M),rajamuda zhuang dari negeri Chu (613-591 S.M). Pada akhirnya jaman Chun Qiu terkenal juga raja muda fuchai dari negeri wu (495-473 S.M) yang bunuh diri karena dikalahkan oleh Goujian. Pada tahun 473 S.M Goujian menjadi raja muda negeri yue (viet),tetapi kepemimpinannya tidak diakui dinasti zhou. Rajamuda dan bangsawan sebenarnya dibagi dalam lima tingkepan,yakni : Gong,Hau,Bo,Zi dan nan; tetapi karena raja Zhou sudah tidak dianggap lagi dan ingin memisahkan diri dari kekuasaan Dinasti Zhou,mereka biasa menyebut dirinya Wang (Raja),sering raja zhou.Beratus-ratus negara bagian saling berperang memperebutkan tanah dan kekuasaan. Pada akhir jaman Chu Qiu ada 12 negara bagian yang terkenal : Lu,Qi,Jin,Qin,Chu,Song,Wei,Chen,Cai Zheng,Yang,Wu. Memasuki jaman Zhan Gua,jaman perang antar kerajaan yang berlangsung antara tahun 403-221 S.M muncul tujuh kerajaan besar :Yan,Qi,Zhao,Wei,Han,Chu dan Qiu. Nabi kongzi yang hidup pada akhir jaman Chun Qiu membukukan kitab Chun Qiu karena keprihatian beliau atas jaman itu dan oleh rasa tanggung jawab selaku Mu Duo,Genta Rohani Tuhan YME. Di dalam Chun Qiu jing,nabi kongzi tidak hanya mencacat berbagai peristiwa yang terjadi,tetapi juga memberikan penilaian;yang baik dipuji dan yang tidak baik Chuan Qiu jing disebut pula lin jing (kitab Qilin) karena ditulis sendiri oleh nabi kongzi dan kita ketahui Qilin (kilin)adalah lambang pribadi nabi kongzi Chun Qiu jing yang terdiri atas 18000 huruf diakhiri dengan peristiwa terbunuhnya Qilin (481 S.M) Tentang terbunuh Qilin,dalam Chun Qiu Zuo Zhuan tertulis,Tahun keempat belas pemerintahan raja Ai,481 S.M di dalam perburuan di hutan besar sebelah barat,salah seorang pengendara kereta keluarga Shu Sun yangt bernama Ju Shang telah menangkap/memanah mati hewan Lin (kilin). Mungkin karena dianggap memberi pertanda tidak baik,maka diberikan kepada salah seorang pembantuan (untuk ditanyakan kepada nabi). Zhou Ni (nabi) melihat itu lalu bersabda,’’itulah lin.lalu diambillah (untuk dibawa ke ibu kota). Sedangkan Ngo Keng (lima kitab )terdiri dari : a. Si Keng : sajak b. Su Keng : Hidayat c. Ya Keng : perubahan d. Lee Ki : kesusilaan e. Chu Chiu : Hidayat musim semi dan musim rontok Ajaran Nabi Lo Cu bersumber pada To tek keng (Tao Te Ching ) yang berarti jalan ketuhanan.To Tek Keng berisi 5.000 huruf Tionghoa yang terdiri dari 81 syair atau bagian. Pergerakan Tridharma dimulai pada awal tahun 1920-an yang dipelopori oleh kwee Tek Hoay yang mana di kemudian hari Kwee Tek Hoay diandkat sebagai Bapak Tridharma di indonesia dan tanggal lahirnya 31 juli (1886) dirayakan sebagai hari Tridharma di indonesia.Kwee Tek Hoay bukan hanya berjasa bagi Tridharma tetapi juga bagi bangsa dan negara indonesia terutama dalam bidang kesusastraaan di indonesia karena beliau merupakan salah seorang penulis yang amat produktif. Pada awal perkembangan Tridharma hingga tahun 1960-an, Tridharma di kenal dengan nama Sam Kauw dan organisasinya adalah Sam Kauw Hwee lalu berubah menjadi Gabungan Sam Kauw indonesia kemudian gabungaan tridharma indonesia. sesuai dengan perkembangan tridharma yang kian pesat maka akhirnya terbentuklah pemuda tridharma indonesia,wanita tridharma indonesia, perhimpunan tempat ibadat tridharma se indonesia,dan majelis. Ajaran Keagamaan Kong Hu Cu Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku. Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral - Kitab sucinya ada 2 kelompok, yakni: a. Wu Jing (Kitab Suci yang Lima) yang terdiri atas: b. Kitab Sanjak Suci Shi Jing c. Kitab Dokumen Sejarah Shu Jing d. Kitab Wahyu Perubahan Yi Jing e. Kitab Suci Kesusilaan Li Jing f. Kitab Chun-qiu Chunqiu Jing - Si Shu (Kitab Yang Empat) yang terdiri atas: a. Kitab Ajaran Besar - Da Xue b. Kitab Tengah Sempurna - Zhong Yong c. Kitab Sabda Suci - Lun Yu d. Kitab Mengzi - Meng Zi.Pokok – Pokok Ajaran Pemujaan Agama Kong Hu Cu Selain mempercayai mengenai pemujaan terhadap pemuja alam, pemuja leluhur, dan pemuja langit ajaran kong hu cu menggaris bawahi dan menegaskan tentang : 1. Setiap manusia harus memiliki yen, setiap manusia harus mempunyai budi pekerti luhur, cinta dan kemanusiaan.Yen mengandung pengertian sebagai hubungan antara manusia. 2. Tzung Ze diartikan sebagai watak kelelakian yang mulia dan terpuji, sehingga orang yang mempunyai watak tersebut akan terpuji. 3. Li yang berarti peraturan atau kaidah yang menjaga keseimbangan hidup manusia. Dan ritual dalam sepanjang hidup manusia 4. Moral Ajaran Kong Hu Cu Pokok pandangan utama kong hu cu sangat konserfatif. Dia menghimbau para penguasa dan rakyat berpegang teguh kepada moral yang pasti, dengan keteladanan dan tanpa kekerasan. Ajaran ini juga menganjurkan untuk saling menghargai dan menghormati serta bersikap santun terhadap sesame manusia . contoh: a. Antara ayah dan anak b. Antara saudara tua dan muda c. Antara suami dan isteri d. Antara kawan yang lebih tuadan yang lebih muda e. Antara raja dan rakyat. Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Yang di maksud Kitab Wu-Jing di sebut juga Kitab tanda-tanda atau simbol-suci. Kitab ini merupakan Kitab langit (Tian Shu) yang mengandung nilai sakral ketuhanan, karenanya bersifat universal. Kitab ini terdiri dari 24.707 huruf yang berisi: Iman akan Tuhan (Wu Ji, Tai Ji, Yin Yang) dengan diagram Ba Gua lengkap dengan uraian Hexagram turunannya,Penjelasan Gua yang disebut Tuan oleh Wen Wang dan Yao yang disebut Xiang oleh Zhou Gong, Tafsir pengertian dan penjelasan Shi Yi oleh Nabi Khongcu. Ada berapa macam kitab suci wu-jing adalah a. Shi-jing (kitab Sajak)seharusnya berisi 311 sanjak. b. Shu-jing (kitab Sejarah) merupakan kitab catatan sejarah yang bersifat suci,dimulai dari kaisar legendaris Yao c. Yi-jing atau Zhou-yi (kitab perubahan): inilah kitab metafisika yang dihormati oleh umat Ru dan Dao bersama (bahkan juga oleh umat Buddha). d. Li-jing (kitab kesusilaan) Li-jing (kitab kesusilaan) : ia terdiri dari 99.020 aksara dan terbagi tiga: Zhou Li (Kesusilaan Negeri Zhou) susunan Zhou Gong. Di dalamnya terdapat uraian tentang Liu Guan Enam Departemen yang merupakan Tata Negara Negeri Zhou, pada zaman Han disebut sebagai Zhou Guan yang sebelumnya disebut Zhou Guan Li. Yi Ji (Kesusilaan dan Peribadahan) yang berisi tata agama dan tata ibadah negeri zhou susunan Zhou Gong, yang sering dipakai oleh Nabi Khongcu sebagai acuan. Dinamai juga Li Cu Jing Kitab Kesusilaan Kuno. Li Ji (Catatan Kesusilaan) yang berisi himpunan tulisan tentang nilai agamis dan moral dasar kaum Ru, sekaligus sebagai terapan dan penafsiran dari 2 kitab tersebut di atas. Merupakan kumpulan tulisan yang berasal dari Nabi Khongcu, murid-murid beliau, ada juga tambahan dari tokoh Ru dinasti Han (3 bab Ming Tang, Yue Ling, Yue Ji) ditambah hasil kerja marga Dai yang 46 bab jadi berjumlah 49 bab. Chun-qiu-jing (kitab musim semi dan musim rontok): kitab ini berisi 18000 aksara dan merupakan tulisan dari Kongzi sendiri. Ia mengkomentari secara kronologis sikon pada zaman kacau Chunqiu(722-481 SM), dan akhiri dengan peristiwa’ terbunuhnya sang kilin’. Ada 3 kitab tafsir yang melengkapi kitab Chun Qiu ini, yaitu: Chun Qiu Zuo Zhuan oleh Zuo Qiu Ming, sahabat sekaligus "murid" Nabi Khongcu. Tafsir ini paling cocok dan uraiannya pas dengan Guo Yi; sering dijadikan satu dengan Chun Qiu Jing karena paling dekat. Chun Qiu Gong Yang Zhuan susunan Kong Yang Goa pada akhir Dinasti Zhou hidup pada zaman Zhan Guo murid Perguruan Zi Xia. Chun Qiu Cu Liang Zhuan susunan Gu Liang Chi pada awal Dinasti Han, juga murid dari perguruan Zi Xia. Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku. Pokok pandangan utama kong hu cu sangat konserfatif. Dia menghimbau para penguasa dan rakyat berpegang teguh kepada moral yang pasti, dengan keteladanan dan tanpa kekerasan.Ajaran ini juga menganjurkan untuk saling menghargai dan menghormati serta bersikap santun terhadap sesame manusia. Selain mempercayai mengenai pemujaan terhadap pemuja alam, pemuja leluhur, dan pemuja langit ajaran kong hu cu menggaris bawahi dan menegaskan tentang : Setiap manusia harus memiliki yen, setiap manusia harus mempunyai budi pekerti luhur, cinta dan kemanusiaan.Yen mengandung pengertian sebagai hubungan antara manusia.Tzung Ze diartikan sebagai watak kelelakian yang mulia dan terpuji, sehingga orang yang mempunyai watak tersebut akan terpuji. Li yang berarti peraturan atau kaidah yang menjaga keseimbangan hidup manusia. Dan ritual dalam sepanjang hidup manusia. B. Saran Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi dan cara penulisan.Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar mampu menjadi guru dalam memperbaiki penulian makalah kami. DAFTAR PUSTAKA - Chen Guying : Zhuang jinzhu jing,terdiri 3 jilid - Kapita Selekta Agama Buddha.jakarta,2003 - Kong Giok,Chew,sederhana tapi kena,Makin Bandung,Diktat,1986 - Kwa Tong Hang :Dewa-dewi Tridharma.semarang,2007 - Majalah ‘Genta Harmoni’ - Matakin,Genta Harmoni,Edisi Sepuluh,2007 - Nan Huaijing :Ying Xichuan Biejiang.1991 - Sri Dhammananda : Keyakinan Umat Buddha.juni 2005 - Sri Dhammananda:Keyakinan Umat Buddha.juni 2005 - Xio lujun:Zhongguo Daojiao Yuanliu.Beijing,2004 - Zhang Sheng : Daojiao Zhushenshengji.Taiwan ROC.1992 - Abadi,Abu.1991.Perbandingan Agama.Jakarta:Rineka Cipta - Wach,Joachim.1992.Iimu Perbandingan Agama.Jakarta:Rajawali Press - Keene,Michael,2000.Agama-agama Dunia.Yogyakarta:Kanisius - Sarapung,Elga,dkk. 2005.Sejarah, Teologi dan Etika Agama-agama.Yogyakarta: Interfidei

ETIKA-ETIKA KHONGHUCU (Bagian Kedua)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Tionghoa merupakan bangsa yang tua pada zaman dulu dan peradabannya juga sangat tinggi. Dan agama bangsa Tionghoa dulu menganut kepercayaan dinamisme. Terutama memuja benda alam, roh leluhur, dan langit. Dan pada saat itu ada ajaran yang diajarkan oleh Kun Fu Tse (konfusius). Dalam ajarannya, Kun fu se menuangkan hasil pikirannya dalam bentuk filsafat yang mengandung tendensi psikologis, sosiologis, dan kebudayaan pada zamannya. Sebagai seorang ahli fikir kunoyang cinta kepada adat istiadat bangsanya, maka Kun Fu Tse membentuk pandangan filsafatnya diatas tradisi bangsa tiongkok yang telah berabad-abad sebelummya memberikan keserasian hidup kemasyarakatannya. Ajaran Khonghucu sangat menekankan pada etika-etika dalam kehidupan masyarakat, sehingga dalam etikanya mereka mengenal Wu Chang dan Pa Te', yang semua itu bisa sangat berpengaruh kepada perdamaian dunia. Dari sinilah muncul suatu latar belakang yang memunculkan suatu rumusan masalah bagi kami. Jadi, paham ini sebenarnya lebih tepat disebut filsafat, tetapi sudah merupakan kepercayaan yang dianggap sebagai agama dan bisa berkembang di beberapa negara. Dan lebih mengejutkan lagi, agama Khonghucu mempunyai suatu etika-etika ataupun ajaran-ajaran yang harus dilakukan bagi umatnya dengan tujuan agar terciptanya suatu keserasian dalam kehidupan. Pernyataan-pernyataan tersebut yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini, atas keunikan agama yang notabene adalah berasal dari suatu pikiran filsafat dengan etika-etika yang harus dilakukan, yang hal itu dapat di terima oleh pemeluknya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Wu Chang? 2. Apa pengertian dari Pa Te? 3. Bagaimana perngertian Chun Tzu atau Kuncu menurut pandangan Khonghucu? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Wu Chang. 2. Untuk mengetahui apa pengertian dari Pa te. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengertian Chun Tzu atau Kuncu menurut pandangan Khonghucu. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Wu Chang Dasar ajaran Agama Khonghucu disebut WU CHANG artinya Lima Kebajikan. Dasar ajaran ini terdapat dalam kitab PE HU TANG, artinya kitab Harimau Putih. Disebut demikian karena tempat musyawarah besar tersebut diselenggarakan di PE HU TANG dan ajaran ini adalah hasil karya dan riset puluhan tahun yang dilakukan oleh pakar Agama Khonghucu pada tahun 179 SM-104 SM atau pada permulaan jaman Dinasti HAN. Lima Norma Kesopanan [Wu Lun] erat berkaitan dengan Lima Sifat Mulia [Wu Chang], dimana dinyatakan bahwa seorang Budiman [C'un Zi] harus mengolah dirinya sehingga memiliki Lima Sifat Mulia [Wu Chang] untuk dapat menjalin hubungan dalam Wu Lun secara harmonis baik secara pribadi ataupun bagi keseluruhan masyarakat. Wu Chang terdiri dari lima sifat luhur atau mulia berikut : 1. Ren/ Ji/ Jen Kata Jen secara etimologis terbentuk dari dua huruf Cina untuk menggambarkan "manusia" dan "dua", untuk menanamkan hubungan yang ideal yang harusnya terjadi diantara manusia. Kata Ren/ Ji/ Jen ini bisa diartikan dalam beberapa arti seperti kebaikan, dari manusia ke manusia, pemurah hati, cinta, dan juga diartikan sebagai berhati manusiawi. Dalam pandangan Khonghucu tentang kehidupan, jen merupakan inti sari dari kesempurnaan adi kodrati, yang diakuinya sendiri belum pernah melihatnya terwujud sebelumnya. Dengan mencakup kemampuan manusiawi dalam hal yang terbaik, jen merupakan suatu kebijakan yang sedemikian tingginya, sehingga untuk membicarakannya harus dilakukan dengan hati-hati. Jen juga digambarkan sebagai suatu yang lebih penting dari kehidupan itu sendiri. Sebelum era Confucius, Jen dipahami sebagai suatu sifat kemuliaan yang hanya dapat diungkapkan oleh seorang kaisar terhadap rakyatnya. Kemudian makna kata tersebut diperluas sebagai suatu sifat kesusilaan, yang masih merupakan suatu sifat kemuliaan tetapi tidak terbatas penggunaanya oleh kaisar saja. Confucius mengubahnya dan mengkonotasikan dengan kesempurnaan susila atau moralitas, mencakup semua bentuk kesusilaan yang dijalani oleh manusia. Mencius dalam Chung Yung mengatakan bahwa 'Jen adalah Jen', yaitu Jen merupakan suatu ciri pembeda khusus manusia. Selama dinasti Han, arti kata Jen pada umumnya diinterpretasikan sebagai cinta kasih, dan oleh Han Yu, seorang cendekiawan semasa dinasti T'ang, ditegaskan maknanya sebagai cinta kasih terhadap sesama manusia. Karena pengaruh ajaran Buddhisme, dimana sifat cinta kasih mencakup semua makhluk, maka oleh para Neo-Confucianis di era dinasti Sung dan Ming, memperluas pengertian Jen dengan pengertian yang sama dengan Buddhisme, dan menjadikannya sebagai suatu kesatuan cinta kasih dengan Yang Maha Esa [Th'ien], dunia, dan seluruh makhluk hidup. Pemikiran ini pada umumnya dikenal dalam sekte Ch'eng Chu yang beraliran rasionalistik dan Lu Wang yang beraliran idealistik. Namun terdapat juga, beberapa cendekiawan Neo-Confunicanis dalam dinasti Sung yang mengartikan Jen sebagai suatu tingkat kesadaran. Chu Hsi menyebutnya sebagai 'suatu ciri pikiran dan prinsip cinta kasih', dan Wang Yang Ming menyamakannya dengan 'ciri yang suci' dari pengetahuan alami. Semua itu mencerminkan suatu kedamaian pikiran dan terkesan terlalu Buddhistik untuk para Neo-Confucianis pada abad ke-17 dan ke-18, yang kemudian menarik kembali komentar karya kuno pada awal dinasti Han dimana mendefinisikan Jen sebagai 'masyarakat yang hidup bersama'. Penekanan baru ini lebih ditujukan kepada suatu kehidupan sosial dan aspek yang aktif dari Jen. Bagaimanapun, para Neo-Confucianis setuju, bahwa Jen atau sifat kemanusiaan merupakan suatu sifat moral yang dianugerahi oleh Yang Maha Esa [Th'ien], dan karena ciri utama dari Yang Maha Esa dan dunia adalah menghasilkan secara berkesinambungan, sehingga Jen dicirikan dengan suatu kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, yang dapat diartikan dengan suatu ketegasan kehidupan dan pemberian kehidupan, tidak saja aktif tetapi juga kreatif. Atas pengaruh ilmu pengetahuan Barat di penghujung akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, para Confucianis modern menyamakan sifat Jen dengan suatu sifat dari arus listrik dan eter, suatu kekuatan dinamik dan suatu inti yang menyebar. Confucius mencirikan seseorang yang memiliki sifat Jen sebagai suatu ciri manusia yang dapat memiliki sifat kasih dan benci. Guru Khung Fu Zi bersabda, " Hanya orang yang memiliki Jen yang dapat mengasihi seseorang atau membenci seseorang." (Lun Yu IV/3). Jen menjadi tolak ukur di dalam tingkah laku dan etika moral para Confucianis. Jen adalah sifat luhur yang bersifat kemanusiaan. Pengertian Jen tidak berpangkal pada kesucian yang semu, tetapi kebaikan yang luhur dari pribadi manusia. Ketika seseorang bertanya bagaimana pendapat Guru Khung Fu Zi tentang membalas hinaan dengan kebaikan hati ? Guru Khung Fu Zi bersabda, " Dengan apa kita membalas kebaikan hati ? Suatu hinaan dibalas dengan sikap jujur, dan kebaikan hati dibalas dengan kebaikan hati." (Lun Yu XIV/36). Jen dapat diperoleh apabila kita senantiasa belajar giat, memiliki tekad dan tujuan yang baik, jujur, dan senantiasa merenung diri atau berkonsentrasi ke dalam diri (bermeditasi). Dalam Kitab Suci Agama Khonghucu (SI SHU), pembahasan tentang Cinta Kasih terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 1 Pasal 2 ayat, Kitab Tengah Sempurna 1 pasal 2 ayat, Kitab Sabda Suci 12 pasal 34 ayat dan Kitab Meng Zi 8 pasal 19 ayat. Pada Kitab Sabda Suci XII : 1 menyatakan Cinta Kasih itu adalah mengendalikan diri pulang kepada kesusilaan dan sangat tergantung kepada usaha diri sendiri, maka Nabi Bersabda, "Yang tidak susila jangan dilihat, Yang tidak susila jangan di dengar, Yang tidak susila jangan dibicarakan, dan Yang tidak susila jangan dilakukan". Pada ayat lain, Sabda Nabi menyatakan bahwa "apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan kepada orang lain". Disamping beberapa ayat tersebut di atas telah menjadi pegangan hidup bagi umat Khonghucu, ada 2 ayat lagi yang tidak asing ditelinga yaitu : "Seorang yang berperi Cinta Kasih ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang lain pun tegak ; ia ingin maju, maka berusaha agar orang lain pun maju". (Sabda Suci VI : 30 : 3). "Seorang yang berperi Cinta Kasih rela menderita lebih dahulu dan membelakangkan keuntungan. Demikianlah orang yang berperi Cinta Kasih". 2. I/Gi Chau Ming, mengartikan I atau Gi, sebagai rasa solidaritas, rasa senasib-sepenanggungan dan rasa sepenanggungan dan rasa membela kebenaran. Sedangkan Fung Yu Lan mengartikan I atau Gi sebagai "keadilan" dan "kebenaran". Hal ini dapat dilihat dalam perkataan Khonghucu, "seorang kungcu (manusia budiman)hanya mengerti akan kebenaran, sebaliknya seorang rendah budi hanya mengerti akan keuntungan." ( Lun Gi IV:16) Pembahasan tentang kebenaran/ keadilan terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 2 pasal 2 ayat. Tengah Sempurna 3 pasal 6 ayat, Sabda Suci 4 pasal 5 ayat dan Meng Zi 6 pasal 8 ayat. Kebenaran itu adalah kewajiban hidup dan jalan lurus, seringkali disebut bahwa kebenaran adalah Jalan sedangkan kesusilaan adalah pintu. Maka dikatakan apabila hendak menemui seorang bijaksana dengan tidak memakai cara yang berlandas Jalan Suci, laksana menyuruh orang masuk rumah tetapi menutup pintu". (Meng Zi VB: 7:8). i/Gi, tidak hanya sekedar dimiliki, tetapi juga harus diwujudkan dalam diri manusia, maka seorang harus dapat merasakan bagaimana penderitaan orang lain. Oleh karena itu, menurut Khunghucu I/Gi harus diwujudkan dalam perbuatan nyata sehingga akan terwujud rasa saling tolong menolong antar sesama. 3. Li/Lee Pengertian Li menurut Khonghucu adalah "sopan santu" dan "tata krama" atau "budi pekerti". Suatu hubungan yang dilakukan oleh manusia yang satu dengan yang lain harus dilakukan dengan Li. Li adalah suatu pedoman yang harus ditaati oleh manusia dalam berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Khonghucu mengartikan kata Li ini sebagai "ritus" atau "upacara-upacara atau ketentuan-ketentuan kepantasan"."ritus" ini betul-betul diajarkan oleh Khonghucu kepada murid-muridnya dengan tujuan agar orang-orang yang berkedudukan rendah dapat menempati istana-istananyadan sekaligus menciptakan lembaga tersebut penuh dengan orang-orang yang beradab. Ada juga yang berpendapat bahwa Li menpunyai dua arti, yakni kesopanan dan ibadat.arti pertama adalah kesopanan, kesopanan ialah cara segala sesuatu yang harus dilakukan. Menurut Khonghucu jika individu harus memulai sesuatu dari awal, maka tidak banyak yang akan dicapainya dalam mencari keindahan dan kebaikan. Dan arti kedua ialah ibadat,menurut Khonghucu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari penuh dengan ritus dan upacara. Setiap langkah dalam perjalanan hidup ini telah ditentukan sehingga tidak ada lagi peluang atau kebutuhan akan perbaikan. Pembahasan tentang Kesusilaan terdapat pada Kitab Tengah Sempurna sebanyak 4 pasal 6 ayat, Sabda Suci 16 pasal 40 ayat dan Meng Zi 8 pasal 16 ayat. Dalam kamus Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta arti kata dari kesusilaan adalah kesopanan ; sopan santun, keadaban. Pada jaman sekarang, kesopanan atau kesusilaan sudah merupakan barang mahal. Maksudnya adalah semakin langka orang berlaku sopan terhadap orang tuanya, saudara-saudara tuanya, orang-orang lain yang lebih tua. Perkembangan ini menunjukkan suatu kemerosotan moral dan cukup memprihatinkan. Demikianlah pengertian Li menurut pandangan Khonghucu, seorang yang sudah memiliki jen, dan Gi harus juga dilengkapi dengan Li. 4. Ce/ Ti Secara harfiah, Ce/Ti berarti bijaksana atau kebijaksanaan, pengertian dan kearifan. Ce juga diartikan "kekuatan", khususnya kekuatan untuk memerintah manusia. Khonghucu tidak setuju dengan konsep yang dikembangkan oleh kaum realis, bahwa saru-satunya pemeintahan yang efektif adalah pemerintahan yang mengguanakan kekerasan fisik. Ce sesungguhnya terletak dalam kekuatan yang terkandung dalam masyarakat bukan diperoleh melalui kekuatan fisik dan bukan pula melalui paksaan hukum, melainkan melalui kepribadian yang luhur. Segala sesuatu yang terjadi di masyarakat tergantung dari watak orang yang menjadi pimpinannya. Jika seorang pemimpin berwatak buruk, maka tidak ada harapan akan adanya ketertiban dalam masyarakat. Pembahasan tentang kebijaksanaan terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 4 pasal 10 ayat, Tengah Sempurna 5 pasal 5 ayat, Sabda Suci 14 pasal 42 ayat dan Meng Zi 9 pasal 23 ayat. Kebijaksanaan asal kata dari bijak artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budinya (W.J.S. Poerwadarminta). Nabi bersabda, "Orang yang memahami ajaran lama lalu dapat menerapkan pada yang baru, dia boleh dijadikan guru". (Tengah Sempurna XXVI : 6). Kata-kata atau ungkapan yang bijak selalu berlaku sepanjang masa, maka Nabi Agung Kong Zi dijuliki Nabi Sepanjang Masa. 5. Sin Sin Pengertian Hsin dalam ajaran Confucius, tidak hanya berarti bahwa orang percaya pada dirinya sendiri, tetapi juga harus dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam era kehidupan saat ini, terdapat begitu banyak orang yang hanya percaya pada dirinya sendiri, tetapi tidak berhasil memperoleh kepercayaan dari orang lain, sehingga terjadi kemerosotan nilai moralitas di dalam kehidupan bermasyarakat. Kepercayaan dapat diartikan sebagai suatu gandaran dari kendaraan. Suatu kendaraan tentunya tidak bisa dijalankan apabila tidak memilki gandaran. Demikian juga , apabila seseorang telah kehilangan sifat dapat dipercaya oleh orang lain, maka akan sulitlah kehidupannya. Guru Khung Fu Zi bersabda : ” Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada seseorang, bila dia tidak lagi memiliki kepercayaan ? Bagaimana bisa menjalankan sebuah gerobak besar, yang tidak mempunyai gandaran atau sebuah gerobak kecil yang tidak mempunyai gandaran ? ” (Lun Yu II/22). Suatu pemerintahan harus memiliki legitimasi dan kepercayaan dari rakyatnya. Tanpa kepercayaan rakyat tersebut, maka suatu pemerintahan tidak berarti apa-apa lagi. Kita sering melihat berbagai pemberontakan, gerakan reformasi, gerakan separatisme, dan berbagai gerakan demonstrasi melanda suatu negara, dimana pemerintahnya sudah tidak memiliki kepercayaan ataupun legitimasi pemerintahan dari rakyatnya lagi. Kekuatan rakyat yang tergabung dalam suatu gerakan, merupakan gelombang dasyat yang dapat meruntuhkan berbagai rangkap tembok kekuasaan. Zi Kung menanyakan mengenai pemerintahan kepada Guru Khung Fu Zi yang dijawab,” Yang diperlukan dalam suatu pemerintahan adalah makanan yang cukup, senjata yang memadai dan kepercayaan rakyat kepada pemerintahannya.” Lalu Zi Kung menanyakan lebih lanjut, bahwa jika terpaksa harus menyerahkan salah satu dari tiga hal tersebut, maka mana yang harus didahulukan ?, yang dijawab oleh Guru Khung Fu Zi,” Serahkan senjatanya.” Kemudian Zi Kung menanyakan lagi, bahwa apabila kita tidak mempunyai pilihan selain menyerahkan yang dua tersisa tersebut, maka mana yang harus didahulukan, dan Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Serahkanlah makanannya. Sejak dulu, kematian tidak bisa dihindarkan, namun bila rakyat tidak mempunyai kepercayaan terhadap pemerintahannya, maka akan tidak ada apa-apa lagi yang bisa dipegang.” (Lun Yu XII/7). B. Pengertian Pa Te' Seorang Budiman [C’un Zi] selain dituntut memiliki Lima Sifat Mulia [Wu Chang], juga harus memperluas sifat mulia tersebut menjadi Delapan Sifat Mulia Kebajikan atau Pa Te’. Sifat mulia yang tercakup dalam Pa Te’, sebagian besar sudah teruraikan dalam Wu-Chang, kecuali sifat mulia Jen (Cinta Kasih), yang oleh sebagian kalangan dianggap suatu sifat mulia pokok terpenting yang sepenuhnya berdiri sendiri dengan hakikat sejati sifat Jen tersebut. Sifat lainnya dari Wu Chang yang tidak tercakup dalam Pa Te’ yaitu sifat Chih (Kebijaksanaan). Delapan Sifat Mulia Kebajikan atau Pa Te’ , terdiri dari : 1. Hsiao : Bhakti , yakni berbhakti terhadap orangtua, leluhur, dan guru. 2. Ti : Persaudaraan , yakni senantiasa berlaku hormat terhadap yang lebih tua sebagai saudara atau adanya sifat rendah hati. 3. Cung : Kesetiaan, yakni kesetiaan terhadap atasan, teman dan kerabat. 4. Hsin : Dapat Dipercaya, yakni senantiasa memiliki sifat-sifat dan bertingkah laku yang dapat dipercaya 5. Li : Susila, yakni bersusila atau bertata-krama, sopan santun dan berbudi pekerti yang luhur 6. I : Kebenaran, yakni senantiasa menjunjung tinggi kebenaran sejati atau suatu sifat solidaritas 7. Lien : Sederhana, yakni sifat hidup yang sederhana dan senantiasa menjaga kesucian, yaitu tidak menyimpang atau menyeleweng. 8. Ch’e : Tahu Malu, yakni suatu sifat tahu diri atau tahu malu untuk tidak berbuat asusila. Delapan sifat tersebutlah merupakan delapan sifat mulia itulah. Disini akan diperinci lebih lanjut mengenai pengertian dari kedelapan sifat tersebut. 1. Bhakti [Hsiao) Hsiao, merupakan suatu sifat kepatuhan, bhakti, dan peduli terhadap orang tua , leluhur, dan guru. Hsiao merupakan suatu dasar perbuatan moral seseorang yang berpengaruh terhadap kerukunan sosial. Hsiao meletakkan kepentingan terhadap orangtua dan leluhur di atas dirinya sendiri, pasangan hidupnya, dan anak-anaknya, tunduk kepada nasihat orangtua, dan melayani mereka secara susila [Li]. Confucius memunculkan sifat Hsiao sebagai suatu sila moralitas dengan menempatkannya sebagai dasar pembentukan sifat Jen, yaitu penggalian sifat cinta kasih kepada orang lain. Hal ini dapat dipandang sebagai suatu pengembangan moralitas yang serasi. Confucius juga menguraikan pentingnya sifat Hsiao bagi kerukunan keluarga, dan stabilitas sosial-politik, dimana dalam prakteknya lebih diutamakan kepada ritual keagamaan dan sifat yang berkaitan dengan hal tersebut. Seseorang harus menjaga nama baik keluarga, menghormati serta merawat mereka sewaktu masih hidup ataupun sesudah mereka meninggal. Seseorang akan tetap dianggap durhaka dan tercela, tidak tergantung bagaimana pintar dan cakapnya orang tersebut, apabila dia tidak mempunyai sikap bhakti terhadap orangtuanya sendiri. Guru Khung Fu Zi bersabda : ” Bila orang tua anda masih hidup, janganlah berpergian jauh. Jika anda harus berpergian jauh, anda harus memberitahu mereka di mana anda berada, supaya mereka tidak merasa khawatir mengenai anda.” (Lun Yu IV/19). Rasa hormat dan bhakti terhadap seorang guru yang membimbing kita bisa diwujudkan dalam berbagai cara, yang tentunya berperilaku yang baik. Menyampaikan suatu barang yang dapat dimanfaatkan oleh guru dengan tujuan untuk menghormatinya, maka hal tersebut akan merupakan suatu sifat bhakti yang melebihi segala-galanya. Guru Khung Fu Zi bersabda ” Kepada siapapun yang memberikan sesuatu hadiah untuk menghormati gurunya. Saya senang sekali menerima dan melatihnya.” (Lun Yu VII/7). Perlakuan bhakti tidak hanya asal kelihatan dari bentuk luar saja, namun rasa bhakti yang dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh hormat, itulah bhakti yang sebenarnya. Guru Khung Fu Zi bersabda, “Sekarang yang dikatakan laku bhakti adalah asal dapat memelihara, tetapi anjing dan kudapun dapat memberi pemeliharaan. Bila tidak disertai hormat, apa bedanya?” Buddhisme juga sangat menekankan mengenai perlunya berperilaku patut / sopan dengan menunjukkan suatu bhakti terhadap orangtua, Sang Buddha dan para siswa Sang Buddha (Sangha), yang mana dikaitkan dengan menimbun kebaikan, sebagaimana sabda Sang Buddha, “Jika seseorang berperilaku patut terhadap ayah dan ibunya, terhadap Sang Buddha yang telah mencapai kesempurnaan, dan terhadap para siswa Sang Buddha; orang seperti itu menimbun banyak sekali kebaikan. ” (Anguttara Nikaya II, 4). 2. Persaudaraan [Ti] Ti mengandung arti kata persaudaraan, yaitu rasa hormat terhadap yang lebih tua di antara saudara, ataupun sikap merendah diri. Ini berarti bahwa seorang adik harus menghormati kakaknya dan juga di dalam tata krama pergaulan yang lebih muda seyogyanya menghormati yang lebih tua . Kehidupan dan kematian tidak dapat dihindari (takdir), demikian kekayaan dan kehormatan adalah sesuai dengan karma kehidupan sebelumnya (telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa, dalam arti oleh akumulasi karma kita sendiri, karena karma kitalah Yang Maha Kuasa). Adakalanya seseorang bersedih, karena tidak memiliki saudara kandung. Tetapi kalau kita selalu berlaku hormat dan berbudi terhadap setiap orang, maka kita senantiasa memiliki saudara di setiap tempat yang kita singgahi. Kepada seseorang yang menanyakan mengenai saudara laki-lakinya, Murid Confucius, Zi Hsia berkata kepada Sze Ma Niu yang dengan penuh keingintahuan menanyakan; kenapa dia tidak memiliki saudara sedangkan yang lain punya, ” Saya mendengar bahwa hidup dan mati adalah takdir; kekayaan dan kehormatan ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa. Jika seseorang berbudi yang mempunyai kemampuan hormat dan tidak melakukan kesalahan dan memperlakukan orang secara terhormat, maka semua yang ada dalam empat lautan, bisa menjadi saudara laki-lakinya. Mengapa orang yang berbudi itu harus susah karena dia tidak mempunyai saudara laki-laki ? ” (Lun Yu XII/5). 3. Kesetiaan [Cung] Cung mengandung arti setia, yaitu setia terhadap atasan, guru, teman dan kerabat. Cung juga berarti dapat melaksanakan apa yang telah dijanjikan dan dapat memegang teguh janji yang diucapkan. Seseorang yang penuh kesetiaan senantiasa menunjukkan kesungguhan hati dan kerukunan terhadap gurunya, teman maupun saudaranya. Zi Lu bertanya, “Bagaimanakah seseorang itu pantas disebut sebagai seorang Siswa?” Guru Khung Fu Zi bersabda, “Seseorang yang penuh kesungguhan hati, kesetiaan dan kerukunan, maka dapatlah disebut seorang Siswa. Dengan kawan dia menunjukkan kesungguhan dan kesetiaan, dengan saudara dia menunjukkan kesabaran dan kerukunan.” (Lun Yu XIII/28) Tingkah laku seseorang akan dapat diterima oleh siapapun apabila dia senantiasa memegang teguh dan senantiasa bersikap penuh kesetiaan terhadap semua perkataan ataupun perbuatan yang dilakukannya. Guru Khung Fu Zi bersabda, “Hendaklah seseorang itu senantiasa memegang teguh perkataannya dengan Kesetiaan dan dapat dipercaya; perbuatanmu hendaklah selalu diperhatikan dengan kesungguhan hati. Dengan demikian di manapun, tingkah lakumu akan dapat diterima. Kalau perkataanmu tidak dipegang dengan Kesetiaan dan dapat dipercaya, perbuatanmu tidak diperhatikan secara sungguh-sungguh, maka sekalipun di kampung halaman sendiri mungkinkah dapat didengar?” (Lun Yu XV/6 (2) Sikap setia dalam melakukan tugas bukanlah diukur dari cepat diselesaikannya suatu pekerjaan, ataupun hanya dengan melihat keuntungan yang biasa saja. Sikap yang demikian, akan menjadikan seseorang tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik (karena terburu-buru), dan tidak akan mencapai sesuatu yang luhur (karena mengharapkan keuntungan yang biasa saja). Pada waktu Zi Hsia menjadi gubernur Ju Fu, dia meminta nasehat Guru Khung Fu Zi mengenai pemerintahan, maka Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Janganlah tergesa-gesa mengharapkan hasilnya; janganlah hanya melihat keuntungan yang biasa-biasa saja. Jika anda ingin mendapat hasil yang cepat, anda tidak akan bisa menyelesaikan tugas anda. Dan jika hanya melihat keuntungan yang biasa-biasa saja, anda tidak akan bisa mencapai sesuatu yang luhur.” (Lun Yu XIII/17). 4. Dapat Dipercaya [Hsin] Sifat ini sudah dijelaskan terperinci diatas. Bahwasannya shin mempunyai arti dapat dipercaya. Sin Pengertian Hsin dalam ajaran Confucius, tidak hanya berarti bahwa orang percaya pada dirinya sendiri, tetapi juga harus dapat dipercaya oleh oranglain. Dalam era kehidupan saat ini, terdapat begitu banyak orang yang hanya percaya pada dirinya sendiri, tetapi tidak berhasil memperoleh kepercayaan dari orang lain, sehingga terjadi kemerosotan nilai moralitas di dalam kehidupan bermasyarakat. 5. Susila [Li] Sifat ini mempunyai arti susila, sopan santun, tata krama. Seperti yang sudah dijelaskan panjang lebar diatas. Pengertian Li menurut Khonghucu adalah "sopan santu" dan "tata krama" atau "budi pekerti". Suatu hubungan yang dilakukan oleh manusia yang satu dengan yang lain harus dilakukan dengan Li. Li adalah suatu pedoman yang harus ditaati oleh manusia dalam berhubungan antara satu dengan yang lainnya. 6. Kebenaran (I) Sifat ini mempunyai arti kebenaran, dan hal ini juga diterangkan lebih lanjut diatas. Chau Ming, mengartikan I atau Gi, sebagai rasa solidaritas, rasa senasib-sepenanggungan dan rasa sepenanggungan dan rasa membela kebenaran. Sedangkan Fung Yu Lan mengartikan I atau Gi sebagai "keadilan" dan "kebenaran". Hal ini dapat dilihat dalam perkataan Khonghucu, "seorang kungcu (manusia budiman)hanya mengerti akan kebenaran, sebaliknya seorang rendah budi hanya mengerti akan keuntungan." ( Lun Gi IV:16) 7. Kesederhanaan [Lien] Lien berarti pola hidup sederhana, dapat menahan diri untuk tidak melakukan penyelewengan-penyelewengan atau senantiasa menjaga kesucian dalam kepribadian kita. Kehidupan di kota besar yang penuh dengan berbagai godaan, sering menyebabkan kelemahan batin seseorang untuk melakukan penyelewengan, berfoya-foya menghabiskan harta kekayaan, ataupun senang mengubar hawa nafsu belaka. Pengendalian diri melalui meditasi pada saat usia muda, akan dapat mengendalikan Chi’ (suatu komponen dasar dari alam semesta yang mengisi tubuh manusia dan bersikulasi dengan darah), sehingga tidak terbawa oleh hawa nafsu yang sering memuncak pada usia muda. Demikian juga pada waktu usia tua, dimana Chi’ telah berkurang, maka kitapun tetap harus menjaga diri dengan pengolahan diri ke dalam (meditasi). Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Tiga hal yang harus diwaspadai oleh seorang Budiman dalam menjalani kehidupan ini : Bila dia masih muda, darah dan Chi’ tidak stabil, untuk itu dia harus menjaga dirinya terhadap hawa nafsu. Setelah cukup dewasa, darah dan Chi’-nya memuncak, untuk itu dia harus menjaga diri terhadap keinginan melawan alam. Pada usia tua, darah dan Chi’-nya berkurang, maka dia harus menjaga dirinya.” (Lun Yu XVI/7). Ajaran Sang Buddha juga menekankan perlunya sikap sederhana atau tidak berfoya-foya sewaktu masih muda, sebagaimana sabda Sang Buddha berikut : “Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda, akan merana seperti bangau tua yang berdiam di kolam yang tidak ada ikannya. Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda, akan terbaring seperti busur panah yang rusak, menyesali masa lampaunya.” (Dhammapada, 155-156). 8. Kesadaran Diri / Rasa malu [Ch'e] Ch’e mengandung arti tahu malu, yaitu suatu sikap mawas diri untuk merasa malu apabila melakukan suatu perbuatan yang melanggar susila atau budi pekerti. Seseorang yang tidak memiliki rasa malu, maka kehidupannya akan sulit sekali. Segala perbuatan yang melanggar susila ataupun budi pekerti, akan dianggapnya biasa saja. Hal ini sering menimpa para pejabat tinggi negara yang bermental korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), dimana apabila terjadi perombakan (reformasi), maka kehidupannya tidaklah akan tenang. Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Bagi seseorang yang tidak mempunyai apa-apa untuk merasa malu dan tidak mempunyai apa-apa yang disembunyikan. Ini berarti bahwa tingkah laku sehari-harinya diuji keras.” (Lun Yu XIV/21). Sering kita menemui orang-orang ataupun pejabat tinggi pemerintahan yang tidak pernah merasa malu mengucapkan sesuatu dimana terkesan hanya untuk menyenangkan pihak lain. Usaha untuk membela diri dari perbuatannya yang melanggar budi pekerti, sudah sering kita baca dan dengar dari berbagai pernyataan yang diberikan oleh seorang pejabat tinggi negara yang tidak tahu malu, tidak memiliki kesadaran diri. Perbuatan yang dilakukan sama sekali jauh dari kenyataan atas apa yang diucapkannya. Guru Khung Fu Zi bersabda, Seorang Budiman [C'un Zi] akan malu bila apa yang diucapkannya melampaui perbuatannya.” Sikap tahu malu juga sangat dituntut dalam ajaran Sang Buddha, dimana dikatakan bahwa sangatlah sulit untuk hidup selalu tahu malu, tetapi hidup itu mudah bagi yang tahu malu. Hal ini mencerminkan betapa sulitnya kita dapat membina sikap tahu malu. Budaya tahu malu, tidaklah semudah pengucapannya. Sang Buddha bersabda, ” Hidup ini mudah bagi orang yang tidak tahu malu, yang suka menonjolkan diri seperti seekor bubuk gagak, suka menfitnah, tidak tahu sopan – santun, pongah dan menjalankan hidup kotor. Hidup ini sukar bagi orang yang tahu malu, yang senantiasa mengejar kesucian, yang bebas dari kemelekatan, rendah hati, menjalankan hidup bersih dan penuh perhatian ” ( Dhammapada, 245) Pelaksanaan Delapan Sifat Mulia Kebajikan [Pa Te'] tersebut di atas sangat penting sekali untuk dapat dimengerti, diingat dan dilakukan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat menjadi seorang manusia yang Budiman (C’un Zi). C. Chun Tzu atau Kuncu Menurut Pandangan Khonghucu Setelah seseorang dapat melasanakan San Kang (tiga hubungan tata krama), Ngo lun (lima norma kesopanan dalam masyarakat), Wu Chang (lima sifat mulia), dan Pa te (delapan Kebajikan), maka ia akan sampai pada pengertian manusia yang ideal yang oleh khonghucu di sebut Chun Tzu atau kuncu (manusia budiman). Istilah Indonesia untuk Chun tzu adalah susilawan, yang dalam bahasa inggris diartikan "gentleman" atau " superiorman". Chun Tzu dapat diwujudkan melalui pengembangan watak dan moral yang baik berdasarkan ajaran Khonghucu. Dan Chun tzu atau Kuncu merupakan salah satu tujuan dari hidup manusia. Seorang yang ingin memperolaeh sifat Chun Tzu, ia harus bermoral baik dalam rumah tangga, terhadap semua saudara, teman, orang tuanya, atasannya dan masyarakat umumnya. Bila itu tidak terpenuhi, maka sulit untuk sampai pada taraf Chun Tzu atau Kuncu. Sampai pada tingkat "insane kamil", kun fu tse member gambaran sebagai berikut: " bahwa hanya orang yang benar-benar sempurna dapat membina fondasi besar bagi bangsanya (masyarakat) yang beradap. Bilamana kejujuran berada, maka terdapatlah keindahan dalam watak (akhlak) dan barulah keseimbangan dalam rumah terwujud, dan bilamana ada keseimbangan dalam rumah, maka ada ketertiban dalam kehidupan bangsa (masyarakat). Bilamana ketertiban dapat terwujud, maka timbullah perdamaian dunia." BAB III PENUTUP Kesimpulan Khonghucu merupakan agama yang mempunyai suatu etika-etika yang mengatur dalam kehidupan pemeluknya. Ada beberapa sifat mulia yang seharusnya dimiliki oleh para umatnya yakni Wu Chang (lima sifat mulia) dan Pa te (delapan sifat mulia). Sifat tersebut sangat penting untuk dilakukan, karena dengan melakukan sifat tersebut maka ia akan mencapai Chun Tzu (manusia budiman). Yang hal itu merupakan impian dari Khonghucu. Jika dilihat dari sudut pandang Islam, islam juga mengajarkan tentang insan kamil. Yang mengajarkan bahwasanya manusia yang sempurna ialah manusia yang bisa menjadi pndasi bagi bangsanya (masyarakat) yang beradap.dan mewujudkan suatu ketertiban dalam kehidupan bangsa. Bilamana ketertiban terwujud maka akan timbul perdamaian dunia. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 1991. Perbandingan Agama. Jakarta: Rineka Pustaka Arifin, Muhammad. 1998. Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden Terayon Press http://agama.kompasiana.com/2010/12/20/agama-tridharma-buddha-tao-dan-konghucu-sebuah-latar-belakang/ http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/1072 http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/1166 http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Khonghucu http://www.bagansiapiapi.net/id/topic.php?id=186 Keene, Michael.2006. Agama-agama dunia. Yogyakarta: kanisius Khung, Lim. 2010. Hidup Bahagia Dalam Jalan Suci Tian. Bandung: Mascot Jaya Lasiyo dkk. 1995. Pergulatan Mencari Jati Diri. Yogyakarta: interfidei Singgih, Marga. 2007. Tridarma. Jakarta: bakti Smith, Hunston. 2001. Agama-agama Manusia. Jakarta: obor Indonesia Tjang. 2007. Pengetahuan Umum Tentang tridharma. Semarang: benih bersemi Tanggok, ikhsan M. 2000. Jalan Keselamatan Melalui Khonghucu. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

KITAB SUCI SU SI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Agama Konghucu dikenal pula sebagai Ji Kauw (dialek Hokian) atau Ru Jiao (Hua Yu), yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan atau agama bagi kaum terpelajar. Agama ini sudah dikenal sejak 5.000 tahun lalu, lebih awal 2.500 tahun dibanding usia Kongzi sendiri.Nabi pertama yang tercatat dalam sejarah Ru Jiao adalah Fu Xi, hidup pada 30 abad sM, yang mendapat wahyu dan menuliskan Kitab Yi Jing atau Kitab Perubahan. Fu Xi beristrikan Nabi Nu Wa, yang menciptakan Hukum Perkawinan. Sejak saat itu anak bukan lagi dianggap anak ibu saja, melainkan juga anak ayah. Selain Nu Wa, di dalam Ru Jiao dikenal nabi perempuan lain, yaitu Lei Zu. Sedagkan dalam kitab-kitab yang diimani umat konfusian itu sebagai kitab suci yang telah di bakukan sampai saat ini yang terdiri dari Ngo king, Su-Si, dan Hau King. Yang mana kitab SU SI atau di sebut dengan kitab yang empat adalah kitab suci yang pokok dalam membawakan ajaran Agama Kong Hu Cu yang terdiri atas Tai Hak yang disebut dengan ajaran besar. Tiong Yong yang disebut tenga sempurna.Lun GI yang disebut sabda suci Bingcu ditulis oleh murid Bingcu sendiri. Dan Magzi, dari sinilah pemakala akan mempaparkan kitab yang empat tadi. RUMUSAN MASALAH a. Apakah kitab SU SI itu? b. Dan mengajarkan tentang apa ? c. Jelaskan diri kandungan kitab SU SI yang empat itu ? BAB II PEMBAHASAN A. KITAB SUCI SU SI Si Shu (Kitab Yang Empat) yang terdiri atas: a. Kitab Ajaran Besar - 大學 Da Xue b. Kitab Tengah Sempurna - 中庸 Zhong Yong c. Kitab Sabda Suci - 論語 Lun Yu d. Kitab Mengzi - 孟子 Meng Zi Kitab suci agama Konghucu sampai pada bentuknya yang sekarang mengalami perkembangan yang sangat panjang. Kitab suci yang tertua berasal dari Yao (2357-2255 sM) atau bahkan bisa dikatakan sejak Fu Xi (30 abad sM). Yang termuda ditulis cicit murid Kongzi, Mengzi (wafat 289 sM), yang menjabarkan dan meluruskan ajaran Kongzi, yang waktu itu banyak diselewengkan. Kitab SuSi adalah Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau/Ru Jiao. THAI HAK Kitab ini adalah terjemahan asli dari Su Si (Kitab Yang Empat) berhuruf Han yang telah diperbaiki oleh Team Penyempurna Terjemahan Su Si pada tahun 1970an. . Kitab su si terhimpun dan terbukukan oleh Nabi Khongcu dan para penerusnya. Yang terdiri dari: • Thai Hak ( ajaran besar). Guru Thiacu berkata, “Thai Hak ini adalah Kitab Warisan Mulia kaum Khong yang merupakan Ajaran Permulaan untuk masuk Pintu Gerbang Kebajikan. Yang berisi tentang ajaran yang memberi tuntutan membina diri dimulai dari yang terdalam, dalam diri sendiri sampai kepada hal rumatanga, masyarakat,negara dan dunia. Dengan ini akan dapat diketahui urutan cara belajar orang-orang jaman dahulu. Hanya oleh terpeliharanya Kitab ini, selanjutnya dapat dipelajari baik-baik Kitab Lun Gi dan Kitab Bingcu. Maka yang bermaksud belajar hendaklah mulai dengan bagian ini. Kitab ini ditulis oleh Cingcu/Zeng zi atau Cham/ Can alias Cu I/ Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda. Yang berisi satu bab utama dan sepuluh bab uraian. Kitab Thai Hak juga terdiri dari 1753 huruf dan 134 vokal. Adapun Jalan Suci yang dibawakan Ajaran Besar (Thai Hak) ini, ialah : Menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya (Bik Tik), mengasihi rakyat, dan berhenti pada Puncak Kebajikan.Bila sudah diketahui Tempat Hentian, akan diperoleh Ketetapan (Tujuan), setelah diperoleh Ketetapan, barulah dapat dirasakan Ketentraman, setelah Tenteram barulah dapat dicapai Kesentosaan (Bathin), setelah Sentosa barulah dapat Berpikir Benar, dan dengan Berpikir. Adapaun beberapa bab uraian sebagai berikut:  Bab I ebajikan yang bercahaya.  Bab II Menjadi rakyat baru.  Bab III Puncak kebaikan.  Bab IV Pangkal dan ujung.  Bab V Meneliti hakekat setiap perkara.  Bab VI Mengimankan tekad.  Bab VII Meluruskan hati membina diri.  Bab VIII Membina diri membereskan rumah tangga.  Bab IX Membereskan rumah tangga mengatur Negara.  Bab X Teratur Negara damai dunia Bab I Kebajikan yang bercahaya 1. Adapun Jalan Suci yang dibawakan Ajaran Besar (Thai Hak) ini, ialah: meng-gemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya (Bing Tik), mengasihi rakyat, dan ber-henti pada puncak Kebaikan. 2. Bila sudah diketahui Tempat Hentian, akan diperoleh Ketetapan (Tujuan); setelah diperoleh Ketetapan, baharulah dapat dirasakan Ketenteraman; setelah Tenteram, baharulah dapat dicapai Kesentosaan (Bathin); setelah Sentosa, baharulah dapat Berfikir Benar, dan dengan Berfikir Benar, baharulah orang dapat Berhasil. 3. Tiap benda mempunyai pangkal dan ujung, dan tiap perkara itu mempunyai awal dan akhir. Orang yang mengetahui mana hal yang dahulu dan mana hal yang kemudian, ia sudah dekat dengan Jalan Suci. 4. Orang jaman dahulu yang hendak menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya itu pada tiap umat di dunia, ia lebih dahulu berusaha mengatur negerinya; untuk mengatur negerinya, ia lebih dahulu membereskan rumah tangganya; untuk membereskan rumah tangganya, ia lebih dahulu membina dirinya; untuk membina dirinya, ia lebih dahulu meluruskan hatinya; untuk meluruskan hatinya, ia lebih dahulu mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia lebih dahulu mencukupkan pengetahuannya; dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia meneliti hakekat tiap perkara. 5. Dengan meneliti hakikat tiap perkara dapat cukuplah pengetahuannya; dengan cukup pengetahuannya akan dapatlah Mengimankan tekadnya; dengan tekad yangberimanakandapatlah meluruskan hatinya; dengan hati yang lurus akan dapatlah membina dirinya; dengan diri yang terbina akan dapatlah membereskan rumah tangganya; dengan rumah tangga yang beres akan dapatlah mengatur negerinya; dan dengan negeri yang teratur akan dapat dicapai damai di dunia. 6. Karena itu dari raja sampai rakyat jelata mempunyai satu kewajiban yang sama, yang mengutamakan pembinaan diri sebagai pokok. 7. Adapun pokok yang kacau itu tidak pernah menghasilkan penyelesaian yang teratur baik, karena hal itu seumpama menipiskan benda yang seharusnya tebal dan menebalkan benda yang seharusnya tipis. Hal ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi. BAB I. KEBAJIKAN YANG BERCAHAYA 1. Di dalam Khong-koo (salah satu bab kitab Kerajaan Ciu) tertulis, “Tekunlah di dalam Kebajikan Yang Bercahaya itu” (Suking V.9.1). 2. Di dalam Thai Kak (salah satu bab kitab kerajaan Siang) tertulis, “Pandang dan camkanlah Firman Tuhan Yang Gemilang itu.” (Suking IV.5A.2). 3. Di dalam Kitab Hikayat bagian Raja Giau tertulis, “Camkan benar-benar Kebajikan Yang Bercahaya Lagi Mulia itu” (Suking 1.1.2.). 4. Sesungguhnya untuk memperoleh Kegemi-langan itu hanya tergantung pada usaha orang itu sendiri. BAB II. MENJADI RAKYAT BARU 1. Pada tempayan Raja Thong terukir kalimat, “Bila suatu hari dapat membaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya!” 2. Di dalam Khong-koo tertulis, “Jadilah rakyat yang baharu”. (Suking V.9.2). 3. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Negeri Ciu, biar negeri tua, Firman itu tetap dipelihara sehingga senantiasa baharu.” (Suking III.1.1.1). 4. Maka seorang Kuncu (Susilawan) tidak pernah tidak berusaha sungguh-sungguh. BAB III. PUNCAK KEBAIKAN 1. Di dalam Kitab Sanjak tertulis,” Daerah ibu kota yang seribu li luasnya itu, menjadi tempat kediaman rakyat.” (IV.3.3.4). 2. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Berkicau burung kepodang, hinggap jauh di gunung rimbu.” Nabi bersabda, “Seekor burung hanya, namun tahu dia Tempat Hentian. Teralahkah manusia oleh seekor burung?” (II.8.6.2). 3. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Sungguh agung dan luhur Raja Bun, betapa gemilang budinya karena selalu di Tempat Hentian. Sebagai Raja ia berhenti di dalam Cinta Kasih; sebagai menteri berhenti pada Sikap Hormat (akan tugas); sebagai anak berhenti pada Sikap Bakti; sebagai ayah berhenti pasa Sikap Kasih Sayang; dan di dalam pergaulan dengan rakyat senegeri berhenti pada Sikap Dapat Dipercaya.” (III.1.1.4). 4. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Pandanglah tebing sungai Ki, hijau berkilau jajaran bambu. Adalah seorang Kuncu yang mengesankan, laksana (tanduk) dibelah, dikikir; laksana (batu) di pahat, di gosok. Betapa teliti dan tekun dia, betapa terang dan mulia. Adalah seorang Kuncu yang senantiasa tak boleh dilupakan.” ‘Laksana dibelah, dikikir’ itulah cara belajarnya. ‘Laksana dipahat, digosok’ itulah cara membina dirinya. ‘Betapa teliti dan tekun’ itulah cara meluruskan hatinya. ‘Betapa terang dan mulia’ itulah yang menyebabkan orang hormat kepadanya, dan ‘Adalah seorang Kuncu yang senantiasa tak boleh dilupakan’ itulah melukiskan Jalan Suci yang jaya dan Kebajikan yang mencapai puncak kebaikan, maka rakyat tidak dapat melupakannya. (I.5.1.1). 5. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “O, sungguh tidak dapat dilupakan baginda yang terdahulu (Bun dan Bu) itu. Sebagai pembesar hormat kepada yang wajib dihormati; kasih kepada yang wajib dikasihi. Rakyat merasa bahagia dalam hal yang menggirangkan dan merasa beruntung dalam hal yang menguntungkan. Itulah yang menyebabkannya tidak dapat dilupakan.” (IV.1A.4.3). BAB. IV. PANGKAL DAN UJUNG Nabi bersabda, “Untuk memutuskan perkara di ruang pengadilan Aku dapat menyelesaikan seperti orang lain; tetapi yang wajib diutamakan ialah mengusahakan agar orang tidak saling mendakwa sehingga orang yang berhati tidak luruspun tidak berani berbuat fitnah, dan setiap orang menaruh hormat yang besar kepada harapan rakyat.” Inilah yang dinamai mengetahui pangkal. (SS.XII:13). BAB V. MENELITI HAKEKAT TIAP PERKARA 1. Adapun yang dinamai meluaskan pengetahuan dengan meneliti hakekat tiap perkara itu ialah: Bila kita hendak meluaskan pengetahuan, kita harus meneliti Hukum (Li) sembarang hal sampai sedalam-dalamnya. Oleh karena manusia itu mempunyai kekuatan bathin, sudah selayaknya tidak ada hal yang tidak dapat diketahui; selain itu juga karena tiap hal di dunia ini sudah mempunyai Hukum tertentu. Tetapi kalau kita belum dapat mengetahui Hukum itu sedalam-dalamnya, itulah karena kita belum sekuat tenaga menggunakan kecerdasan. Maka Kitab Thai Hak itu mula-mula mengajarkan kita yang hendak belajar, supaya dapat menyelami dalam-dalam segala hal ihwal di dunia ini. Seorang yang mempunyai pengetahuan Hukum itu sedalam-dalamnya, akan menjadikan ia sanggup mencapai puncak kesempurnaan. BAB VI. MENGIMANKAN TEKAD 1. Adapun yang dinamai mengimankan tekad itu ialah tidak mendustai diri sendiri, yakni sebagai membenci bau busuk dan menyukai keelokan. Inilah yang dinamai bahagia di dalam diri sejati. Maka seorang Kuncu sangat hati-hati pada waktu seorang diri. 2. Seorang rendah budi (Siau Jien) pada saat terluang dan menyendiri suka berbuat hal-hal yang tidak baik dengan tanpa mengenal batas. Bila saat itu terlihat oleh seorang Kuncu, ia mencoba menyembunyikan per-buatannya yang tidak baik itu dan berusaha memperlihatkan kebaikannya. Tetapi bila orang mau memperhatikannya baik-baik, niscaya dapat melihat terang isi hati dan perutnya. Maka apakah gunanya perbuatan palsu itu? Inilah yang dinamai Iman yang di dalam itu akan nampak meraga di luar. Maka seorang Kuncu sangat hati-hati pada waktu seorang diri. (Suking IV.3.3). 3. Cingcu berkata, “Sepuluh mata melihat sepuluh tangan menunjuk, tidaklah itu menakutkan?”. 4. Harta benda dapat menghias rumah, laku bajik menghias diri; hati yang lapang itu akan membawa tubuh kita sehat. Maka seorang Kuncu senantiasa mengimankan tekadnya. (Bc. VII:21.4). BAB VII. MELURUSKAN HATI MEMBINA DIRI 1. Adapun yang dinamai ‘untuk membina diri harus lebih dahulu meluruskan hari’ itu ialah: diri yang diliputi geram dan merah, tidak dapat berbuat lurus; yang diliputi takut dan khawatir tidak dapat berbuat lurus, yang diliputi suka dan gemar, tidak dapat berbuat lurus, dan yang diliputi sedih dan sesal, tidak dapat berbuat lurus. 2. Hati yang tidak pada tempatnya, sekalipun melihat takkan tampak, meski mendengar takkan terdengar dan meski makan takkan merasakan. 3. Inilah sebabnya dikatakan, bahwa untuk membina diri itu berpangkal pada melurus hati. BAB VIII. MEMBINA DIRI MEMBERESKAN RUMAH TANGGA 1. Adapun yang dikatakan ‘untuk memberes-kan rumah tangga harus lebih dahulu mem-bina diri’ itu ialah: di dalam mengasihi dan mencintai biasanya orang menyebelah; di dalam menghina dan membenci biasanya orang menyebelah; di dalam menjunjung dan menghormati biasanya orang menyebelah; di dalam menyedihi dan mengasihi biasanya orang menyebelah; dan di dalam merasa bangga dan agungpun biasanya orang menyebelah2. Maka di dalam peribahasa dikatakan, “Orang tidak tahu keburukan anaknya, seperti petani tidak tahu kesuburan padinya.3. Inilah yang dikatakan, bahwa diri yang tidak terbina itu takkan sanggup membereskan rumah tangganya. BAB IX. MEMBERESKAN RUMAH TANGGA MENGATUR NEGARA 1.Adapun yang dikatakan ‘untuk mengatur Negara harus lebih dahulu membereskan rumah tangga’ itu ialah: tidak dapat mendidik keluarga sendiri tetapi dapat mendidik orang lain itulah hal yang takkan terjadi. Maka seorang Kuncu biar tidak keluar rumah, dapat menyempurnakan pendidikan di negaranya. Dengan berbakti kepada ayah bunda, ia turut mengabdi kepada raja; dengan bersikap rendah hati, ia turut mengabdi kepada atasannya; dan dengan bersikap kasih sayang, ia turut mengatur masyarakatnya. 2. Di dalam Khong-koo tertulis, “Berlakulah seumpama merawat bayi,” bila dengan sebulat hati mengusahakannya, meski tidak tepat benar, niscaya tidak jauh dari yang seharusnya. Sesungguhnya tiada yang harus lebih dahulu belajar merawat bayi baru boleh menikah. (V.9.3). 3. Bila dalam keluarga saling mengasihi niscaya seluruh Negara akan di dalam Cinta Kasih. Bila dalam tiap keluarga saling mengalah, niscaya seluruh Negara akan di dalam suasana saling mengalah. Tetapi bilamana orang tamak dan curang, niscaya seluruh Negara akan terjerumus ke dalam kekalutan; demikianlah semua itu berperan. Maka dikatakan, sepatah kata dapat merusak perkara dan satu orang dapat berperan menenteramkan Negara. (S.S. XX:1.5;II.2) 4. Giau dan Sun dengan Cinta Kasih memerintah dunia, maka rakyatpun meng-ikutinya. Kiat dan Tiu dengan kebuasan memerintah dunia, maka rakyatpun meng-ikutinya. Perintah yang tidak sesuai dengan kehendak rakyat, rakyat takkan menurut; maka seorang Kuncu lebih dahulu menuntut diri sendiri, baharu kemudian mengharap dari orang lain. Bila diri sendiri sudah tak bercacat baharu boleh mengharapkan dari orang lain. Bila diri sendiri belum dapat bersikap Tepasarira (Tahu Menimbang /Tenggang rasa), tetapi berharap dapat memperbaiki orang lain, itulah suatu hal yang belum pernah terjadi. (S.S.V:12;XV:24) 5.. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Hormatilah kakakmu, cintailah adikmu. Hormatilah kakakmu, cintailah adikmu.” Dengan demi-kianlah baharu dapat mendidik rakyat Negara. (II.2.6.3) 6. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Laku yang tanpa cacad itulah akan meluruskan hati rakyat di empat penjuru Negara.” Dapat melaksanakan tugas sebagai bapak, sebagai anak, sebagai kakak dan sebagai adik, baharulah kemudian dapat berharap rakyat meneladan kepadanya. (I.14.3.3) BAB X. TERATUR NEGARA DAMAI DUNIA 1. Adapun yang dikatakan ‘damai di dunia itu berpangkal pada teraturnya negara’ ialah: Bila para pemimpin dapat hormat kepada yang lanjut usia, niscaya rakyat bangun rasa baktinya; bila para pemimpin dapat berendah hati kepada atasannya, niscaya rakyat bangun rasa rendah hatinya; bila para pemimpin dapat berlaku kasih dan memperhatikan anak yatim piatu, niscaya rakyat tidak mau ketinggalan. Itulah sebabnya seorang Kuncu mempunyai Jalan Suci yang bersifat siku. 2. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Bahagialah seorang Kuncu, karena dialah ayah bunda rakyat.” Ia menyukai apa yang disukai rakyat dan membenci apa yang dibenci rakyat. Inilah yang dikatakan sebagai ayah bunda rakyat. (II.2.5.3) 3. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Pandang Gunung Selatan, tinggi megah batu di pun-caknya, ingatlah akan kebesaranmu Menteri Ien, rakyat selalu melihatmu.” Maka seorang yang memegang kekuasaan di dalam Negara tidak boleh tidak hati 4. Bing Hiancu berkata, “Seorang yang mempunyai kuda dan kereta tidak seharusnya rebut akan soal ayam dan babi; seorang yang berkedudukan tinggi tidak seharusnya ribut akan soal kerbau dan kambing; dan seorang pembesar yang dapat mengurus seratus kereta perang tidak seharusnya memakai pegawai yang suka memeras rakyat. Daripada mempunyai pegawai yang suka memeras rakyat lebih baik mempunyai pegawai yang suka mencuri. Inilah yang dikatakan bahwa Negara janganlah menganggap keuntungan sebagai Keberuntungan, tetapi pandanglah Kebenaran sebagai Keberuntungan. (Siking I.15.1.8; SS.XI:17) • Tiong Yong ( tengah sempurna). Kitab ini berisi ajaran rokhani pemeluk agama Khonghucu. mencakup tentan ajaran keimanan yang memberi tuntunan sebagaimana manusia yang beriman kepada THIAN, memahami akan jati dirinya sebagai makluk ciptaan THIAN serta tangung jawabnya sebagai pengemban Firnan Tuhan dan mampu membangun watak dan sikap agar mampu bertindak tengah-tengah (TIONG) dan dalam pelaksanaanya dapat menciptakan suasana harmonis, Kitab ini ditulis oleh Zisi atau Kongji alias Khong Khiep cucu Nabi Khongcu. Cusu ( Khong Khiep) khawatir lama-kelamaan akan berkurang isinya, maka dibukukan untuk diserahkan kepada Bing-cu. Kitab Tiong Yong terdiri dari satu bab utama, 32 bab uraian dan 3.658 huruf. Kitab ini dibukukan oleh Cu Su, cucu nabi Khongcu. Berisi pokok-pokok ajaran keimanan seseorang umat khongcu sehingga didalam hidup ini dapat menempatkan diri dan bersikap tengah tepat, harmonis didalam jalan suci yang difirmankan Tuhan bagi hidup insani. Sebenarnnya ada 32 bab uraian dalam Tiong Yong tapi Cuma saya sebutkan sebagai berikut:  Bab I Susilawan /kuncu.  Bab II Jarang yang tangah sempurna.  Bab III Yang k  Bab IV Keprihatinan Nabi.  Bab V Suka bertanya dan suka meneliti.  Bab VI Jangan barbangga pandai.  Bab VII Mendekap tengah sempurna.  Bab VIII Sulitnya tengah sempurna.  Bab IX Keperwiraan.  Bab X Yang wajar dan tekun.  Bab XI Luasnya jalan suci.  Bab XII Jalan suci itu Satya dan Tepasasira.  Bab XIII Berperilaku tepat.  Bab XIV Setapak demi setapak.  Bab XV Tuhan yang maha Rokh.  Bab XVI Laku bakti yang besar.  Bab XVII Yang berpenerus.  Bab XVIII Sempurnanya bakti.  XIX Jalan suci dan pemerintahan.  Bab XX Iman dan sadar. • LUN GI/ LUN YU (sabda suci). Kitab ini merupakan kumpulan tulisan percakapan dan diskusi, terutama antara CingcudenganYucu berisi tentang , yang berisi sabda-sabda konfusius percakapan Kongzi dengan murid-muridnya atau dengan orang zaman dahulu, yang terdiri dari 20 jilid. Kitab ini dibukukan oleh beberapa murid utama Kongzi, yang waktu itu berjumlah 3.000 murid, dimana 72 orang di antaranya tergolong murid utamat. Kitab ini terdiri dari A dan B, masing-masing 10 bab dan terdiri dari 15.917 huruf. Seluruh aspek tentang Nabi Khongcu dan Ajarannya, selaku Bok Tok / Genta Rohani kita dapati juga dalam Kitab ini. Adapaun isinya dari kitab Lun Gi yaitu:  Jilid I Hak Ji. Contoh : Nabi bersabda, “ Belajar dan selalu dilatih, tidakkah itu menyenangkan? 2. Kawan-kawan dating dari tempat jauh, tidakkah itu menyenangkan? 3. “ sekalipun orang tidak mau tahu, tidak menyesali; bukankah itu sikap seorang Kuncu?”  Jlid II Wi cing. Contoh: Nabi bersabda, “ pemerintahan yang berdasarkan kebajikan itu laksana bintang kutub utara tetap di tempatnya dan bintang-bintang lain mengelilinginya.”  Jilid III Pat iet. Nabi Khongcu berkata tentang keluarga Kwi, “ mereka mementaskan tarian Pat Let dib alai rumahnya.ini keterlaluan. Kalau hal ini dapat dilakukan, apalagi yang tidak akan dilakukan?” ( S.S. 11:5).  Jilid IV Li Jien. Nabi bersabda, “ Bertempat tinggal dekat tempat kediaman orang yang berperi cinta kasih, itulah yang sebaik-baiknya. Bila tidak mau tempat yang disuasanai cinta kasih itu, bagaimana memperoleh kebijaksanaan?” ( Bc.IIA.7/2).  Jilid V Kong- Ya Tiang. Nabi membicarakan tentang kong-ya tiang, “ Ia boleh diterima menjadi menantu. Sekalipun pernah dipenjara, itu bukan karena ia telah berbuat jahat.” Maka diterimalah sebagai menantuNya.  Jilid VI Yong Ya. Nabi bersabda, “ Jiang-Yong sesungguhnya dapat diberi tugas menghadap ke selatan ( menjadi kepala Negara).” ( SS. V.2,5).  Jilid VII Sut Ji. Nabi bersabda, “Aku hanya meneruskan, tidak mencipta. Aku sangat menaruhpercaya dan suka kepada( ajaran dan kitab-kitab) yang kuno itu. Aku ingi dapat membandingkan diriku dengan Loo phing.”  Jilid VIII Thai Pik. Nabi bersabda, “ sungguh sempurna kebajikan Thai –Pik; tiga kali ia rela melepaskan haknya sebagai seorang putera mahkota. Maka rakyat tidak mengerti bagaimana harus memujinya.” (S.S.XIV:7).  Jilid IX Cu Han. Nabi jarang membicarakan hal keuntungan, melainkan hal firman, melainkan hal cinta kasih.  Jilid X Hiang tong. Pada waktu nabi Khongcu di kampong halaman sendiri, Nampak sangat hormat seperti tidak cakap bicara. 2. Pada saat di dalam bio leluhur atau di istana, sangat lancar bicara, hanya saja selalu barhati-hati.( S.S.III:15). • BING CU/ MENGZI. Kitab bing cu sebagian ditulis oleh bingcu sendiri, sebagian catatan Ban ciang/ Wan zhang dan Khongsun thio/Gong Sunchou, murid-muridnya. dengan petunjuk beliau yang mencatat ajaran dan perjuangan dalam meluruskan dan menegakan ajaran agama khongucu dari penyimpangan dari berbagai aliran. Kitab ini terdiri dari 7 bab, masing-masing A dan B, serta terdiri 35.377 huruf. Kitab bing adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dangan para raja-raja jaman itu, tokoh-tokoh berbagai aliran dan murid-muridnya. Merupakan penegasan Bingcu dalam menegakkan Kemurnian Ajaran Agama Khonghucu.  Jilid I LIANG HWI ONG Berisi: Bing cu menemui Raja Hwi dari Negri Liang,ketika itu Raja berdiri di tepi telaga buatan sambil melihat berjenis-jenis agsa dan rusa,Raja bertanya dapatkah seorang bijaksana menikmati hal semacam ini? Bingcu menjawab: Hanya orang bijaksana yang dapat menikmati benar-benar,seorang bijaksana tidak dapat menikmati.  Jilid II KONG –SUN THIO Berisi: Kong-sun thio bertanya, “ Bila guru beroleh jabatan tertinggi di Negeri Cee, dapatkah pekerjaan-pekerjaan besar seperti yang telah dilakukan oleh Kwan tiong dan yancu itu terulang kembali?” Bingcu menjawab, “ Kamu sungguh-sugguh seorang Negeri Cee, maka hanya Kwan tiong Yancu kamu ketahui.  Jilid III TIN BUN KONG Berisi: Ketika Raja muda Bun dari Negeri Tin masih menjadi putera mahkota, ia pergi ke negeri Cho. Tatkala melewati Negeri Song, ia menjumpai Bingcu. ( IB:13). Bingcu mengatakan bahwa watak sejati manusia itu baik dan selalu membicarakan serta memuji raja Giau dan Sun.  Jilid IV LI LO Berisi: bingcu berkata ,Belajar seluas mgkin dan membicarakan sejelasmugkin, ialah untuk mengenal semuanya dan dapat mengugkapkan secara sigkat.  Jilid V BAN CIANG Berisi: Ban –ciang berkata kalau cinta Aya Bunda, dalam kegembiraan tidak boleh melupakan diri; kalau di benci Aya Bunda, meskipun harus bersusa paya tidak boleh menyesalinya  Jilid VI KO-CU Berisi: Ko-cu berkata, “ Watak sejati itu laksana kayu pohon ki-liu ( willow), dan kebenaran itu laksana cawan dan mangkuk yang dianyam dari padanya. Kalau watak sejati itu hendak dijadikan bersifat cinta kasih dan benar, ialah laksana kayu pohon ki-liu yang harus dianyam supaya menjadi cawan dan mangkuk itu.  Jilid VII CIEN SIEM Berisi: Bing cu berkata, “ Yang benar-benar dapat menyelami hati, akan mengenal watak sejatinya;yang mengenal watak sejatinnya akan mengenal Tuhan YME.  Jilid I LIANG HWI ONG Berisi: Cong po menemui bingcu dan berkata, “ ketika Po menemui raja, baginda berkata kepada Po bahwab ia suka music. Po tidak dapat member pandangan bagaimana bila raja suka music?”. Bingcu menjawab, “ kalau benar-benar raja suka music, ada harapan negeri Cee sejahtera.  Jilid II KONG –SUN THIO Berisi: bingcu berkata, “ kesempatan itu tidak sebanding dengan keuntungan keadaan tempat. Keuntungan keadaan tempat tidak sebanding dengan persatuan orangnya.  Jilid III TIN BUN KONG Berisi: tien tai bertanya, “ tidak mau menemui murid rajamuda itu bukankah suatu sikap yang sempit? Kalau dengan sekali menemui akan dapat mengangakatnya, besar sebagai raja besar atau kecil sebagai raja muda pemimpin; bukankah didalam kitab tertulis, dengan membengkokkan yang sejengkal akan dapat memperoleh delapan jengkal yang lurus’ bukankah ini boleh dilakukan?” bingcu menjawab, “ dahulu tatkala raja muda king dari negeri Cee berburu pernah memanggil penjaga hutannya dengan memanggil panji-panji. Penjaga hutan itu tidak mau datang sehingga akan dihukum mati. ( khongcu memuji penjaga hutan itu); seorang yang keras kemauanya itu tidak lupa bahwa sikapnya mungkin menyebabkan jenazahnya akan dilempar keselokan atau jurang; seorang pemberani tidak lupa bahwa mungkin suatu ketika ia akan kehilangan kepala mengapakah Khongcu memujinya? Orang itu karena tidak dipanggil dengan cara yang benar, ia tidak mau datang; bagaimanakah akau akan datang tanpa undangan?  Jilid IV LI LO Berisi: Bingcu berkata, “ Sun dilahirkan di Cuping, kemudian pindah ke HU-he dan wafat di Bing-tiau.dia termasuk suku bangsa I timur.  Jilid V BAN CIANG Berisi: Bingcu berkata, “ Pak-I, matanya tidak mau melihat pemandangan yang buruk, telinganya tidak mau mendengar kata-kata yang buruk. (IV.B:6/2).  Jilid VI KO-CU Berisi: seorang negeri Jiem bertanya kepada Ok-lo, “ antara kesusilaan dan makan, mana yang lebih penting? “ kesusilaan lebih penting!”  Jilid VII CIEN SIEM Berisi: bingcu berkata, “ sungguh, tidak berperi cinta kasih raja Hwi dari negeri Liang. Perbuatan cinta kasih itu dimulai terhadap orang yang di sayangi selanjutnya sampai juga kepada orang yang tidak disayangi. Perbuatan tidak cinta kasih itu dimulai terhadap orang yang tidak disayangi selanjutnya sampai juga kepada orang yang disayangi.” ( IA:5). BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau. Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari : 1. KITAB THAI HAK / Da Xue / Kitab Ajaran Besar. Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda. Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V. Merupakan Kitab Tuntunan Pembinaan Diri. Sedangkan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri. 2. KITAB TIONG YONG / Zhong Yong / Kitab Tengah Sempurna. Ditulis oleh Cu Su / Zi Si alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu. Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab uraian, 3.568 huruf. Merupakan Kitab Keimanan bagi Umat Ji. Sedangkan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri. 3. KITAB LUN GI / Lun Yu / Kitab Sabda Suci. Merupakan kumpulan tulisan percakapan dan diskusi, terutama antara Cingcu dengan Yucu. Terdiri dari A dan B, masing-masing 10 Bab, sama dengan 20 Bab, 15.917 huruf. Seluruh aspek tentang Nabi Khongcu dan Ajarannya, selaku Bok Tok / Genta Rohani kita dapati dalam Kitab ini. 4. KITAB BINGCU / Meng Zi / Kitab Bingcu. Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya. Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf. Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakMerupakan penegasan Bingcu .