Sabtu, 29 September 2012

“Ajaran Konghucu”

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia Tian (Tuhan) Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup didalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, yaitu sebagai hakikat kemanusiaan". Hidup beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus menegakkan firmanNya. Nabi konghucu lahir pada tahun 551 S.M, bila di hitung menurut lik pada tanggal 27 bulan 8. Ayah nabi konghucu wafat ketika usia 3 tahun S.M, (tahun 525) sedangkan ibu Qan tien cay wafat ketika nabi berusia 25 tahun. Ajaran Kong Hu Cu, Kong Fu Tze atau Konfusius dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di" Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama melainkan hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya. Seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik atau Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau Shang Di. Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannyan perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu. BAB II PEMBAHASAN A. Ajaran kong hu cu Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM, Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Ia meninggal dunia pada tahun 479 SM. Kong Hu Cu mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajari supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku. Kong Hu Cu tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha untuk memperbaiki moral. B. Intisari dari ajaran Khong Hu Cu  Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu: 1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian) 2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De) 3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming) 4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen) 5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi) 6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo) 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu) 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao). C. Pokok Ajaran konghucu Pokok ajaran konghucu dapat kita ketahui sebagai berikut: 1) Setiap manusia harus memiliki jen, yang mana mengandung pengertian, bahwa setiap insan harus terdapat dalam dirinya tentang suatu kebaikan, budi pekerti dan cinta kemanusiaan. 2) Watak yang berhubungan dengan jen ialah “Chung Tzu” bila orang memiliki jen, maka Chung Tzu muncul sebagai watak ideal. Sedangkan “Chun Tzu” juga bisa diartikan sebagai sifat lelaki yang mulia dan terpuji. 3) Bilamana orang sudah memiliki sifat jen dan Chun Tzu maka ia mempunyai ikatan dengan “Li”. Dan “Li” disini mempunyai 2 arti yaitu: - Li yang pertama peraturan atau kaidah yang menjaga keseimbangan dari manusia adalah suatu cara atau jalan dari segala sesuatu yang harus dilalui oleh siapapun. - Li tang Kedua yaitu berarti ritual dalam sepanjang hidup manusia. 4) Setiap manusia harus memelihara kekuatan batin yang disebut “TE”, sedangkan menurut Kung Hu Cu dalam pengertian psikologi yang mana berarti “kekuatan atau kekuasaan” yang tidak hanya terbatas pada kekuatan jasmaniah. 5) Konsep terpenting dalam Kong Hu Cu ialah apa yang di sebut “WEN” yang artinya damai. Sedangkan untuk Kong Hu Cu yang arti dari kata ‘WEN” dengan “bentuk kehidupan yang tentram “jauh pada peperangan. D. Ada lima istilah kunci dalam ajaran khong hu cu : 1. Jen, yang secara etimologis terbentuk darai dua huruf cina untuk terjadi di antara manusia. Kata ini di terjemahkan dalam banyak arti,seperti kabaikan, dari manusia ke-manusia, pemurah hati, ataupun cinta, namun barang kali lebih baik di terjemahkan sebagai berhati-manusiawi. Dalam pandangan konfusius tentang kehidupan, Jen adalah kabajikan dari segala kebajikan. Ia adalah intisari dari kesempurnaan adikodrati, yang diakuinya sendiri belum pernah dilihatnya terwujud sepenuhnya. Jen merupakan suatu kebajikan yang sedemikian tingginya sehingga untuk membicarakannya, harus dilakukan secara hati-hati. Bagi mereka yang berwatak jujur, jen bahkan lebih penting daripada kehidupan itu sendiri. Para sarjana yang tekun dan manusia, Jen bahkan bersedia mengorbankan nyawanya sendiri untuk memelihara kekuatan Jen mereka. Jen sekaligus mencakup suatu perasaan manusiawi terhadap orang lain dan pengorbanan terhadap diri sendiri, suatu perasaan mengenai keagungan martabat manusia dimanapun juga. Selanjutnya akan muncul secara otomatis sikap-sikap, seperti kemurahan hati, percaya, dan dermawan. Dalam bimbingan Jen terletak kesempurnaan segala hal yang membedakan manusia dari hewan dan menyebabakan menjadi manusia secara sungguh-sungguh. Dalam kehidupan pribadinya ia bersikap hormat, tidak mementingkan diri sendiri, dan dikaruniai kemampuan merasakan perasaan orang lain,”mampu mengukur perasaan orang lain dengan perasaannya sendiri.” 2. Konsep kedua adalah Chun-tzu. Jika Jen adalah hubungan ideal antara semua manusia, maka Chun-tzu adalah istilah ideal bagi hubungan demikian. Istilah ini telah diterjemahkan dengan kemanusiaan yang benar, manusia sempurna, dan kemanusiaan yang terbaik. Chun-tzu adalah kebalikan dari seorang yang berjiwa kecil, orang yang kasar, dan orang picik. Karena merasa berkecukupan, ia bersikap tenang, dan terhadap kehidupan secara keseluruhan ia mempunyai sikap bagaikan seorang tuan rumah yang memahami lingkungannya sedemikian rupa sehingga benar-benar bersikap tentram. Dalam keadaan demikian ia dapat mengerahkan seluruh perhatiannya untuk menentramkan orang lain. Karena ia tidak memerlukan apapun juga, maka ia terbuka untuk melayani siapa saja. Oleh karena telah sampai pada tingkat dimana ia merasa menyatu dengan seluruh alam semesta, maka Chun-tzu pada umumnya menghayati selama hidupnya sifat sebagai tuan rumah yang ideal tersebut. Dengan rasa kecukupan seorang tuan, timbullah suatu suasana yang menyenangkan dan sikap sopan. Tenang, percaya pada diri sendiri, dan mampu. Ia seorang yang mempunyai nama baik. Gerakannya bebas dari segala kekasaran dan kekerasan, ekspresi wajahnya terus terang dan perkataannya tidak mengandung nafsu dan kebiadaban. 3. Li, mempunyai dua arti. Arti pertama adalah kesopanan, yaitu cara bagaimana seharusnya segala sesuatu harus dilakukan. Konfusius berpendapat bahwa jika individu-individu harus memulai segala sesuatu dari awal, maka tidak banyak yang akan mencapainya dalam mencari keindahan dan kebaikan. Arti lainnya dari kata ini adalah ibadat. Jika tanggapan yang pantas itu diperinci secara panjang lebar dalam istilah-istilah konfusius, maka keseluruhan hidup pribadi seorang telah ditata dalam suatu ritus yang kaya, cermat dan penuh dengan upacara. Hidup selurunya telah diatur. Setiap langkah dalam perjalanan hidup ini, telah ditentukan sehingga tidak ada lagi peluang ataupun kebutuhan akan perbaikan. Setiap perbuatan sudah ada polanya, mulai dari cara kaisar melakukan upacara tiga kali setahun untuk mempertanggung jawabkan kekuasaannya, sampai kepada cara melayani tamu yang paling sederhana dalam rumah kediamanmu dan menyuguhkan air teh kepadanya. 4. Te, secara harfiah kata ini berarti kekuatan, khususnya kekuatan untuk memerintah manusia. Konfusius tidak setuju dengan tesis kaum realis bahwa satu-satunya pemerintah yang efektif adalah pemerintah yang menggunakan kekerasan fisik. Konfusius yakin bahwa tidak ada negara yang mampu membelenggu semua warganya pada saat yang sama atau sebagian besar dari mereka dalam waktu yang lama. Kekuasaan negara harus berdasarkan pada penerimaan yang luas dikalangan rakyat terhadap kehendaknya, yang selanjutnya menghendaki adanya suatu himpunan kepercayaan yang positif terhadap keseluruhan watak negara itu. Persetujuan spontan warganya ini, yaitu moral yang merupakan persyaratn mutlak untuk kehidupan masyarakat itu, hanya timbul jika suatu masyarakat merasa bahwa para pemimpin mereka adalah orang yang mempunyai kemampuan, mengabdi secara jujur kepada kepentingan bersama, dan memiliki watak yang mendorong timbulnya penghormatan. Oleh karena itu, Te sesungguhnya terletak dalam kekuatan yang terkandung dalam teladan moral. 5. Wen, ini hubungan dengan “seni perdamaian” yang berlawanan dengan “seni berperang”. Wen berkaitan dengan musik, seni lukis, puisi, rangkaian budaya dalam bentuknya yang estetis. Konfusius sangat menghargai seni. Suatu musik sederhana pada suatu ketiak sangat memukaunya sehingga selama 3 bulan beliau tidak dapat merasakan rasa dagingnya. Jika memang ada orang yang sama sekali kebal terhadap seni, beliau mengatakan bahwa “orang demikian tidak mempunyai tempat dalam masyarakat manusia”. Namun secara keseluruhan konfusius bukan penganjur paham”seni demi sei itu sendiri.” Beliau menghargainya terutama sebagai sarana pendidikan moral. Secara garis besar ajaran konfusianisme dalam bidang filsafat dapat dikelompokkan dalam ajaran tentang metafisika dan etika. Metafisikanya bertolak dari konsep Tien atau Thian, yang dalam bahasa bahasa inggris heaven merupakan faktor spiritual yang utama dalam bidang keagamaan. Oleh karena itu didalam Ju Chiao, konsep tentang Thian perlu mendapatkan perhatian khusus walaupun hal ini cukup rumit mengingat keterbatasan manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya. Namun demikian manusia dengan kemampuan jiwa yang terdiri dari daya cipta, rasa dan karsa akan mampu memahami dan mengerti apakah yang dimaksud dengan Tuhan. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya nilai kepercayaan yang ada dalam jiwa manusia. Menurut pandangan pengikut Konfusius, segala sesuatu di alam semesta ini terdiri dari dua prinsip yang berlawanan. Yin Yang merupakan dua prinsip yang saling melengkapi. Ajaran ini cukup dalam bagi penganut Taoisme maupun konfusianisme, walaupun sampai saat ini belum diketahui dengan pasti siapakah yang mengajarkan pertama kalinya dan sejak kapan ajaran ini diperkenalkan. Yin Yang merupakan dua prinsip dimana segala sesuatu yang ada didalam alam semesta ini dapat digerakkan dan yang terjadi tanpa berhenti jadi selalu menjadi. Yin sebagai unsur negatif seperti air, dingin, gelap, wanita, bulan. Sedangkan Yang sebagai unsur positif seperti api, panas, terang, laki-laki, dan matahari. Sepintas kedua unsur ini saling meniadakan akan tetapi pada hakikatnya mereka selalu berada dalam keadaan yang harmonis dan saling mengisi bahkan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Menurut ajaran Yin Yang, realitas kehidupan manusia saling berpasang-pasangan dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, yang apabila mereka saling bersatu maka akan diperoleh kemajuan. Walaupun perlu disadari bahwa didalamnya terdapat berbagai perbedaan, namun itu tidak perlu dipertentangkan. Tujuan hidup yang ingin dicapai dalam ajaran konfusianisme adalah untuk menjadi Chun tzu atau gentlemen. Dalam menghadapi lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia hendaknya berusaha untuk dapat berperan serta, karena untuk dapat menjadi Chun tzu dan dapat hidup di dalam masyarakat dengan baik dalam arti dapat diterima oleh masyarakat, maka perlu direalisasikan ajaran tentang Jen. Jen merupakan ini dari ajaran etika Konfusius, sehingga beberapa pakar sering menyatakan bahwa ajaran Konfusianisme adalah etika. Dalam Konfusianisme jen adalah proses perkembangan nilai-nilai spiritual. Jen terdiri dari dua unsur yaitu Shu dan chung. Shu atau reciprocity merupakan suatu prinsip timbal balik atau tepaseliro. Sedangkan Chung berarti kesetiaan terhadap kewajiban dan kemanusiaan, sehingga dalam melakukan suatu perbuatan tidak mengharapkan imbalan apapun baik berupa materi maupun pujian, yang berarti pula sepi ing pamrih. Jadi melakukan suatu perbuatan adalah demi perbuatan itu sendiri, atau karena perbuatan itu memang layak bagi kemanusiaan atau Yi. Lebih lanjut diajarkan pula bahwa pelaksanaan Jen akan dapat memperoleh manfaat apabila didasarkan pada Li atau aturan sopan santun. E. Ajaran- ajaran khonghucu yang wajib di amalkan oleh para pengikutnya: 1. Beriman terhadap tuhan yang maha esa. 2. Beriman bahwa hidupnya (oleh dan )mengemban firman tuhan. 3. Beriman bahwa tuhan itu menjadi tugas suci yang wajib di pertanggungjawabkan dan sekaligus menjadi rahmat dan kemampuan di dalam hidupnya. 4. Beriman bahwa hidupnya mampu mengikuti , tepat, selaras,serasi, dan seimbang dengan watak sejati itu. 5. Beriman bahwa agama karunia bimbingan tuhan Yang Maha esa untuk membina di ri menempuh jalan kebenaran (suci) itu. 6. Beriman bahwa jalan suci itu menghendakai hidup memahami, menghayati, mengembangakan,menggemilangkan kebajikan, benih kesucian dalam watak sejatinya. 7. Beriman bahwa kesetiaan menggemilangkan kebajikan itu wajib di amalkan dengan mencintai , teposeliro sesama manusia,sesama mahkluk dan menyayangi lingkungan. 8. Beriman bahwa kebajikan suci ialah menggembilangkan kebajikan dan mengamalkany sam[pai puncak baik. 9. Beriman hanya di dalam kebajikan itu tuhan berkenan, hidup itu bermakna apabila dapat setia kepada khaliknya dan saudara sejati kepada sesamanya. 10. Beriman bahwa kebajikan itu jalan, keselamatan ;kebahagiaan tertinggi di dalam haekat dan martabat manusia sebagai mahluk termulia ciptaan tuhan. Pada saat mengalami kematian roh seorang manusia meninggalkan badan dan orang yang semasa hidupnya mampu hidup sesuai dengan fitrah atau watak sejatinya , rohnya menjadi Sheng. “Orang yang sungguh sepenuh hati menempuh jalan suci,lalu mati, dia lurus di dalam firman”(bingcu VIIA). Sheng naik ke surga dan immortal, artinya dia hidup abadi di dalam surga ( shian thian) di samping tuhan. Sebaliknya orang yang berlumuran dosa , yang mengingkari jalan suci rohnya manjadi kuei atau hantu turun ke neraka dalam pujian yang di tujukan kepada raja suci Bun atau nabi king ciang. F. Ajaran Konfusius Tentang Alam Jalan yang mengatur alam adalah jalan yang sama yang harus di ikuti oleh manusia, jika mereka ingin sejahterah. Upacara keagamaan yang dilakukan oleh penguasa adalah penghubung antara langit dan bumi. Kekuasaan mereka dari kekuasaan alam semesta, kekuasaan penciptaan. Jika mereka dapat membuat persoalan manusia seharmonis persoalan alam mereka akan berhasil secara mengagumkan. Awal tahun baru, tibanya musim semi, hari-hari yang diberkahi pada musim panas, waktu penenan di musim gugur, berakhirnya tahun di musim dingin. Dan semua ini sangat berpengaruh dalam kekaisaran dan di samping itu juga berpengaruh pada jiwa dan hati manusia. Kerja langit adalah penentuan akhir segalah sesuatu pada yang akan terjadi di bumi. Takdir seluruh dari kekaisaran pada akhirnya terletak di luar kendali manusia. Seseorang harus menjaga hubungan yang baik dengan langit. Dan melalui upacara keagamaan tradisional dengan tepat dan indah. Secara garis besar ajaran konghucu adalah dalam bidang filsafat dapat di kelompokkan dalam ajaran tentang metafisi dan etika, dan metafisiknya bertolak dari konsep Tien atau Thian. G. POKOK AJARAN (PEMUJAAN) AGAMA KONGHUCU Sebelum kita perhatikan tentang ajaran pokok konghucu kita perhatikan dulu tentangadanya tingkatan adanya keagamaan Tionghoa. Tingkatan ini terdiri atas tiga bagian yaitu: 1. Pemujaan Alam 2. Hormat pada leluhur 3. Pemukaan langit Mereka lebih ringan hidup dari dalam keselarasan dengan susunan dunia, di mana manusia saling menghormati tempat kedudukannya. Jadi etikalah yang pokok. Setelah kita ketahui tentang tingkatan kreagamaan Tionghoa sekarang kita bicarakan tentang pokok ajaran konghucu dan pokok ajaran tersebut disimpulkan sebagai berikut. Setiap manusia harus memiliki Yen yang man mengandung pengertian bahwa setiap insan harus terdapat dalam dirinya suatu kebaikan dan budi pekerti. Dan orang yang memiliki Yen akan senantiasa bersedia untuk dirinya dan juga menjaga keseimbangan dirinya dengan orang lain. Orang harus menjaga adanya timbal balik sebagai sesuatu lingkaran keseimbangan hidup yaitu hubungan yang seimbang. o Antara Ayah dan anak : hal ini menyebabkan ayah menyintai anaknya sedangkan anak menghormati ayahnya. o Antara saudara tua dengan saudara muda yaitu hubungan demikian menyebabkab yang tua berlaku baik terhadap yang muda sedangkan yang tua berlaku baik terhadap yang muda sedangkan yang muda menghormatinya. o Antara suami dan istri dan dalam hubungan tersebut menyebabkan suami berbuat baik terhadap istrinya, sedangkna istrinya memperhatikan suaminya. o Antara kawan yang lebih tua dengan yang lebih muda umumnya. Hubungan antara keduanya menyebabkan suami berbuat perasaan kasih sayang terhadap satu sama lain, sedang yang satunya menghargai dan menghormatinya. o Antara Raja dengan rakyatnya. Hubungan antara keduanya menimbulkan tindakan adil dan melindungi dari raja terhadap rakyatnya sedang setia dan taat kepada rakyatnya. Kun Fi Tze mengharapkan agar dalam kelima hubungan ini terbentuk dalam rangka di dalam manusia dengan mencapai kepribadiannya yang sesuai. Setiap manusia harus memelihara kekuatan batin yang disebuty TE menurut Kun Fi Tze mengandung sebuah pengertian psikologis. Ajaran konghucu berada pada posisi yang kurang untung, dan memang para penganut ajaran ini yang dalam prakteknya juga menganut ajaran ini dengan ajaran Taoisme dan Budhisme dalam Tri Dharma setidaknya dapat berlindung di balik payung Budhisme. Tetapi mereka yang mau Konfusianis (pengikut konghucu) murni meghadapi kesulitan. H. Garis Besar agama Konghucu Ajaran ini berisi bahwa Tien memberikan kekuasaan suatu negara terhadap orang yang di pilihnya yaitu orang yang di anggap mampu untuk memimpin suatu negara. Dan ajaran ini muncul pada Dinasti Chou baru saja mengambil kekuasaan Dinasti Shang karena pada saat itu mereka sudah tidak mampu memerintah sebagai akibat banyak nilai-nilai moral yang di langgar oleh pemeluknya. Jelaslah di sini bahwa hidup manusia akan lebih berarti dan bermakna apabila manusia dapat membawah diri ditengah kehidupan masyarakat dan bukan hidup untuk menyendiri atau mengasingkan diri dari realitas. Untuk dapat menjadi Chun Tzu yaitu harus dapat hidup di masyarakat dengan baik dalam arti dapat di terimah oleh masyarakat. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Jadi dari uraian di atas bisa kita siimpulkan bahwah Ajaran Kong Hu Cu ialah ajaran yang dimana hanya mengajarkan tentang etika dan moral jika seseorang berperilaku baik maka akan berakhir baik. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama melainkan hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang di sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik atau Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di". Oleh karena itu ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM dan pada saat itu Chiang Tsai berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, dan Kong Hu Cu pun banyak menulis buku-buku tentang moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Ia meninggal dunia pada tahun 479 SM. Kong hu cu mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku. Kong hu cu pun tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah hal yang keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral. Akan tetapi ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu. Sedangkan pokok dari agama konghucu terletak pada jen ialah manusia harus mempunyai jen, Chun Tzu ialah watak yang berhubungan dengan jen, Li ialah Li disini bila sudah mencapai jen dan chun Tzu maka bisa mencapai ikatan yaitu Li. Ti ialah manusia harus memelihara kekuatan batin dan yang terakhir yaitu Wen ialah konep terpenting dalam Kong Hu Cu. Jika semua itu bisa tercapai maka mereka harus mengamalkan ajaran tersebut. Daftar Pustaka Cenggana,Anly dkk.1998.Hak Asasi Beragama dan Perkawinan Khonghucu Prespektif Sosial,Legal, dan Teologi.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama Bekerja Sama Dengan MATAKIN Keene,Michael.2006.Agama-Agama Dunia.Yogyakarta:Kanisius Mathar Qasim, Muhammad.2003.Sejarah ,Teologi dan Etika Agama-Agama.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Smith, Huston,2001.Agama-Agama manusia.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia Anly Cenggana dkk, 1998 “Hak Asasi beragama dan perkawinan konghucu dalam prespektif legal dan teologoi” Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Abdurrahman Wahit, 1995“Pergulatan Mencari Jati Diri”Yogyakarta: PT. Rineka cipta http://id.wikipedia.org/wiki/Konfusianisme Abu Ahmadi, 1991 “Ilmu Perbandingan Agama” Jakarta: PT.reneka citra http://www.khonghucuindonesia.com/agama-khonghucu/pokok-ajaran-agama-khonghucu M.Iksan Tanggok .2000. “Jalan Melalui Agama Konghucu” Jakarta: PT Gramedia Pystaka Utama.orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar