Sabtu, 29 September 2012
KITAB SUCI SU SI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agama Konghucu dikenal pula sebagai Ji Kauw (dialek Hokian) atau Ru Jiao (Hua Yu), yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan atau agama bagi kaum terpelajar. Agama ini sudah dikenal sejak 5.000 tahun lalu, lebih awal 2.500 tahun dibanding usia Kongzi sendiri.Nabi pertama yang tercatat dalam sejarah Ru Jiao adalah Fu Xi, hidup pada 30 abad sM, yang mendapat wahyu dan menuliskan Kitab Yi Jing atau Kitab Perubahan. Fu Xi beristrikan Nabi Nu Wa, yang menciptakan Hukum Perkawinan. Sejak saat itu anak bukan lagi dianggap anak ibu saja, melainkan juga anak ayah. Selain Nu Wa, di dalam Ru Jiao dikenal nabi perempuan lain, yaitu Lei Zu.
Sedagkan dalam kitab-kitab yang diimani umat konfusian itu sebagai kitab suci yang telah di bakukan sampai saat ini yang terdiri dari Ngo king, Su-Si, dan Hau King. Yang mana kitab SU SI atau di sebut dengan kitab yang empat adalah kitab suci yang pokok dalam membawakan ajaran Agama Kong Hu Cu yang terdiri atas Tai Hak yang disebut dengan ajaran besar. Tiong Yong yang disebut tenga sempurna.Lun GI yang disebut sabda suci Bingcu ditulis oleh murid Bingcu sendiri. Dan Magzi, dari sinilah pemakala akan mempaparkan kitab yang empat tadi.
RUMUSAN MASALAH
a. Apakah kitab SU SI itu?
b. Dan mengajarkan tentang apa ?
c. Jelaskan diri kandungan kitab SU SI yang empat itu ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KITAB SUCI SU SI
Si Shu (Kitab Yang Empat) yang terdiri atas:
a. Kitab Ajaran Besar - 大學 Da Xue
b. Kitab Tengah Sempurna - 中庸 Zhong Yong
c. Kitab Sabda Suci - 論語 Lun Yu
d. Kitab Mengzi - 孟子 Meng Zi
Kitab suci agama Konghucu sampai pada bentuknya yang sekarang mengalami perkembangan yang sangat panjang. Kitab suci yang tertua berasal dari Yao (2357-2255 sM) atau bahkan bisa dikatakan sejak Fu Xi (30 abad sM). Yang termuda ditulis cicit murid Kongzi, Mengzi (wafat 289 sM), yang menjabarkan dan meluruskan ajaran Kongzi, yang waktu itu banyak diselewengkan.
Kitab SuSi adalah Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau/Ru Jiao. THAI HAK Kitab ini adalah terjemahan asli dari Su Si (Kitab Yang Empat) berhuruf Han yang telah diperbaiki oleh Team Penyempurna Terjemahan Su Si pada tahun 1970an. . Kitab su si terhimpun dan terbukukan oleh Nabi Khongcu dan para penerusnya. Yang terdiri dari:
• Thai Hak ( ajaran besar).
Guru Thiacu berkata, “Thai Hak ini adalah Kitab Warisan Mulia kaum Khong yang merupakan Ajaran Permulaan untuk masuk Pintu Gerbang Kebajikan. Yang berisi tentang ajaran yang memberi tuntutan membina diri dimulai dari yang terdalam, dalam diri sendiri sampai kepada hal rumatanga, masyarakat,negara dan dunia. Dengan ini akan dapat diketahui urutan cara belajar orang-orang jaman dahulu. Hanya oleh terpeliharanya Kitab ini, selanjutnya dapat dipelajari baik-baik Kitab Lun Gi dan Kitab Bingcu. Maka yang bermaksud belajar hendaklah mulai dengan bagian ini. Kitab ini ditulis oleh Cingcu/Zeng zi atau Cham/ Can alias Cu I/ Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda. Yang berisi satu bab utama dan sepuluh bab uraian. Kitab Thai Hak juga terdiri dari 1753 huruf dan 134 vokal. Adapun Jalan Suci yang dibawakan Ajaran Besar (Thai Hak) ini, ialah : Menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya (Bik Tik), mengasihi rakyat, dan berhenti pada Puncak Kebajikan.Bila sudah diketahui Tempat Hentian, akan diperoleh Ketetapan (Tujuan), setelah diperoleh Ketetapan, barulah dapat dirasakan Ketentraman, setelah Tenteram barulah dapat dicapai Kesentosaan (Bathin), setelah Sentosa barulah dapat Berpikir Benar, dan dengan Berpikir.
Adapaun beberapa bab uraian sebagai berikut:
Bab I ebajikan yang bercahaya.
Bab II Menjadi rakyat baru.
Bab III Puncak kebaikan.
Bab IV Pangkal dan ujung.
Bab V Meneliti hakekat setiap perkara.
Bab VI Mengimankan tekad.
Bab VII Meluruskan hati membina diri.
Bab VIII Membina diri membereskan rumah tangga.
Bab IX Membereskan rumah tangga mengatur Negara.
Bab X Teratur Negara damai dunia
Bab I Kebajikan yang bercahaya
1. Adapun Jalan Suci yang dibawakan Ajaran Besar (Thai Hak) ini, ialah: meng-gemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya (Bing Tik), mengasihi rakyat, dan ber-henti pada puncak Kebaikan.
2. Bila sudah diketahui Tempat Hentian, akan diperoleh Ketetapan (Tujuan); setelah diperoleh Ketetapan, baharulah dapat dirasakan Ketenteraman; setelah Tenteram, baharulah dapat dicapai Kesentosaan (Bathin); setelah Sentosa, baharulah dapat Berfikir Benar, dan dengan Berfikir Benar, baharulah orang dapat Berhasil.
3. Tiap benda mempunyai pangkal dan ujung, dan tiap perkara itu mempunyai awal dan akhir. Orang yang mengetahui mana hal yang dahulu dan mana hal yang kemudian, ia sudah dekat dengan Jalan Suci.
4. Orang jaman dahulu yang hendak menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya itu pada tiap umat di dunia, ia lebih dahulu berusaha mengatur negerinya; untuk mengatur negerinya, ia lebih dahulu membereskan rumah tangganya; untuk membereskan rumah tangganya, ia lebih dahulu membina dirinya; untuk membina dirinya, ia lebih dahulu meluruskan hatinya; untuk meluruskan hatinya, ia lebih dahulu mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia lebih dahulu mencukupkan pengetahuannya; dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia meneliti hakekat tiap perkara.
5. Dengan meneliti hakikat tiap perkara dapat cukuplah pengetahuannya; dengan cukup pengetahuannya akan dapatlah Mengimankan tekadnya; dengan tekad yangberimanakandapatlah meluruskan hatinya; dengan hati yang lurus akan dapatlah membina dirinya; dengan diri yang terbina akan dapatlah membereskan rumah tangganya; dengan rumah tangga yang beres akan dapatlah mengatur negerinya; dan dengan negeri yang teratur akan dapat dicapai damai di dunia.
6. Karena itu dari raja sampai rakyat jelata mempunyai satu kewajiban yang sama, yang mengutamakan pembinaan diri sebagai pokok.
7. Adapun pokok yang kacau itu tidak pernah menghasilkan penyelesaian yang teratur baik, karena hal itu seumpama menipiskan benda yang seharusnya tebal dan menebalkan benda yang seharusnya tipis. Hal ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi.
BAB I. KEBAJIKAN YANG BERCAHAYA
1. Di dalam Khong-koo (salah satu bab kitab Kerajaan Ciu) tertulis, “Tekunlah di dalam Kebajikan Yang Bercahaya itu” (Suking V.9.1).
2. Di dalam Thai Kak (salah satu bab kitab kerajaan Siang) tertulis, “Pandang dan camkanlah Firman Tuhan Yang Gemilang itu.” (Suking IV.5A.2).
3. Di dalam Kitab Hikayat bagian Raja Giau tertulis, “Camkan benar-benar Kebajikan Yang Bercahaya Lagi Mulia itu” (Suking 1.1.2.).
4. Sesungguhnya untuk memperoleh Kegemi-langan itu hanya tergantung pada usaha orang itu sendiri.
BAB II. MENJADI RAKYAT BARU
1. Pada tempayan Raja Thong terukir kalimat, “Bila suatu hari dapat membaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya!”
2. Di dalam Khong-koo tertulis, “Jadilah rakyat yang baharu”. (Suking V.9.2).
3. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Negeri Ciu, biar negeri tua, Firman itu tetap dipelihara sehingga senantiasa baharu.” (Suking III.1.1.1).
4. Maka seorang Kuncu (Susilawan) tidak pernah tidak berusaha sungguh-sungguh.
BAB III. PUNCAK KEBAIKAN
1. Di dalam Kitab Sanjak tertulis,” Daerah ibu kota yang seribu li luasnya itu, menjadi tempat kediaman rakyat.” (IV.3.3.4).
2. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Berkicau burung kepodang, hinggap jauh di gunung rimbu.” Nabi bersabda, “Seekor burung hanya, namun tahu dia Tempat Hentian. Teralahkah manusia oleh seekor burung?” (II.8.6.2).
3. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Sungguh agung dan luhur Raja Bun, betapa gemilang budinya karena selalu di Tempat Hentian. Sebagai Raja ia berhenti di dalam Cinta Kasih; sebagai menteri berhenti pada Sikap Hormat (akan tugas); sebagai anak berhenti pada Sikap Bakti; sebagai ayah berhenti pasa Sikap Kasih Sayang; dan di dalam pergaulan dengan rakyat senegeri berhenti pada Sikap Dapat Dipercaya.” (III.1.1.4).
4. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Pandanglah tebing sungai Ki, hijau berkilau jajaran bambu. Adalah seorang Kuncu yang mengesankan, laksana (tanduk) dibelah, dikikir; laksana (batu) di pahat, di gosok. Betapa teliti dan tekun dia, betapa terang dan mulia. Adalah seorang Kuncu yang senantiasa tak boleh dilupakan.” ‘Laksana dibelah, dikikir’ itulah cara belajarnya. ‘Laksana dipahat, digosok’ itulah cara membina dirinya. ‘Betapa teliti dan tekun’ itulah cara meluruskan hatinya. ‘Betapa terang dan mulia’ itulah yang menyebabkan orang hormat kepadanya, dan ‘Adalah seorang Kuncu yang senantiasa tak boleh dilupakan’ itulah melukiskan Jalan Suci yang jaya dan Kebajikan yang mencapai puncak kebaikan, maka rakyat tidak dapat melupakannya. (I.5.1.1).
5. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “O, sungguh tidak dapat dilupakan baginda yang terdahulu (Bun dan Bu) itu. Sebagai pembesar hormat kepada yang wajib dihormati; kasih kepada yang wajib dikasihi. Rakyat merasa bahagia dalam hal yang menggirangkan dan merasa beruntung dalam hal yang menguntungkan. Itulah yang menyebabkannya tidak dapat dilupakan.” (IV.1A.4.3).
BAB. IV. PANGKAL DAN UJUNG
Nabi bersabda, “Untuk memutuskan perkara di ruang pengadilan Aku dapat menyelesaikan seperti orang lain; tetapi yang wajib diutamakan ialah mengusahakan agar orang tidak saling mendakwa sehingga orang yang berhati tidak luruspun tidak berani berbuat fitnah, dan setiap orang menaruh hormat yang besar kepada harapan rakyat.” Inilah yang dinamai mengetahui pangkal. (SS.XII:13).
BAB V. MENELITI HAKEKAT TIAP PERKARA
1. Adapun yang dinamai meluaskan pengetahuan dengan meneliti hakekat tiap perkara itu ialah: Bila kita hendak meluaskan pengetahuan, kita harus meneliti Hukum (Li) sembarang hal sampai sedalam-dalamnya. Oleh karena manusia itu mempunyai kekuatan bathin, sudah selayaknya tidak ada hal yang tidak dapat diketahui; selain itu juga karena tiap hal di dunia ini sudah mempunyai Hukum tertentu. Tetapi kalau kita belum dapat mengetahui Hukum itu sedalam-dalamnya, itulah karena kita belum sekuat tenaga menggunakan kecerdasan. Maka Kitab Thai Hak itu mula-mula mengajarkan kita yang hendak belajar, supaya dapat menyelami dalam-dalam segala hal ihwal di dunia ini. Seorang yang mempunyai pengetahuan Hukum itu sedalam-dalamnya, akan menjadikan ia sanggup mencapai puncak kesempurnaan.
BAB VI. MENGIMANKAN TEKAD
1. Adapun yang dinamai mengimankan tekad itu ialah tidak mendustai diri sendiri, yakni sebagai membenci bau busuk dan menyukai keelokan. Inilah yang dinamai bahagia di dalam diri sejati. Maka seorang Kuncu sangat hati-hati pada waktu seorang diri.
2. Seorang rendah budi (Siau Jien) pada saat terluang dan menyendiri suka berbuat hal-hal yang tidak baik dengan tanpa mengenal batas. Bila saat itu terlihat oleh seorang Kuncu, ia mencoba menyembunyikan per-buatannya yang tidak baik itu dan berusaha memperlihatkan kebaikannya. Tetapi bila orang mau memperhatikannya baik-baik, niscaya dapat melihat terang isi hati dan perutnya. Maka apakah gunanya perbuatan palsu itu? Inilah yang dinamai Iman yang di dalam itu akan nampak meraga di luar. Maka seorang Kuncu sangat hati-hati pada waktu seorang diri. (Suking IV.3.3).
3. Cingcu berkata, “Sepuluh mata melihat sepuluh tangan menunjuk, tidaklah itu menakutkan?”.
4. Harta benda dapat menghias rumah, laku bajik menghias diri; hati yang lapang itu akan membawa tubuh kita sehat. Maka seorang Kuncu senantiasa mengimankan tekadnya. (Bc. VII:21.4).
BAB VII. MELURUSKAN HATI MEMBINA DIRI
1. Adapun yang dinamai ‘untuk membina diri harus lebih dahulu meluruskan hari’ itu ialah: diri yang diliputi geram dan merah, tidak dapat berbuat lurus; yang diliputi takut dan khawatir tidak dapat berbuat lurus, yang diliputi suka dan gemar, tidak dapat berbuat lurus, dan yang diliputi sedih dan sesal, tidak dapat berbuat lurus.
2. Hati yang tidak pada tempatnya, sekalipun melihat takkan tampak, meski mendengar takkan terdengar dan meski makan takkan merasakan.
3. Inilah sebabnya dikatakan, bahwa untuk membina diri itu berpangkal pada melurus hati.
BAB VIII. MEMBINA DIRI MEMBERESKAN RUMAH TANGGA
1. Adapun yang dikatakan ‘untuk memberes-kan rumah tangga harus lebih dahulu mem-bina diri’ itu ialah: di dalam mengasihi dan mencintai biasanya orang menyebelah; di dalam menghina dan membenci biasanya orang menyebelah; di dalam menjunjung dan menghormati biasanya orang menyebelah; di dalam menyedihi dan mengasihi biasanya orang menyebelah; dan di dalam merasa bangga dan agungpun biasanya orang menyebelah2. Maka di dalam peribahasa dikatakan, “Orang tidak tahu keburukan anaknya, seperti petani tidak tahu kesuburan padinya.3. Inilah yang dikatakan, bahwa diri yang tidak terbina itu takkan sanggup membereskan rumah tangganya.
BAB IX. MEMBERESKAN RUMAH TANGGA MENGATUR NEGARA
1.Adapun yang dikatakan ‘untuk mengatur Negara harus lebih dahulu membereskan rumah tangga’ itu ialah: tidak dapat mendidik keluarga sendiri tetapi dapat mendidik orang lain itulah hal yang takkan terjadi. Maka seorang Kuncu biar tidak keluar rumah, dapat menyempurnakan pendidikan di negaranya. Dengan berbakti kepada ayah bunda, ia turut mengabdi kepada raja; dengan bersikap rendah hati, ia turut mengabdi kepada atasannya; dan dengan bersikap kasih sayang, ia turut mengatur masyarakatnya.
2. Di dalam Khong-koo tertulis, “Berlakulah seumpama merawat bayi,” bila dengan sebulat hati mengusahakannya, meski tidak tepat benar, niscaya tidak jauh dari yang seharusnya. Sesungguhnya tiada yang harus lebih dahulu belajar merawat bayi baru boleh menikah. (V.9.3).
3. Bila dalam keluarga saling mengasihi niscaya seluruh Negara akan di dalam Cinta Kasih. Bila dalam tiap keluarga saling mengalah, niscaya seluruh Negara akan di dalam suasana saling mengalah. Tetapi bilamana orang tamak dan curang, niscaya seluruh Negara akan terjerumus ke dalam kekalutan; demikianlah semua itu berperan. Maka dikatakan, sepatah kata dapat merusak perkara dan satu orang dapat berperan menenteramkan Negara. (S.S. XX:1.5;II.2)
4. Giau dan Sun dengan Cinta Kasih memerintah dunia, maka rakyatpun meng-ikutinya. Kiat dan Tiu dengan kebuasan memerintah dunia, maka rakyatpun meng-ikutinya. Perintah yang tidak sesuai dengan kehendak rakyat, rakyat takkan menurut; maka seorang Kuncu lebih dahulu menuntut diri sendiri, baharu kemudian mengharap dari orang lain. Bila diri sendiri sudah tak bercacat baharu boleh mengharapkan dari orang lain. Bila diri sendiri belum dapat bersikap Tepasarira (Tahu Menimbang /Tenggang rasa), tetapi berharap dapat memperbaiki orang lain, itulah suatu hal yang belum pernah terjadi. (S.S.V:12;XV:24)
5.. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Hormatilah kakakmu, cintailah adikmu. Hormatilah kakakmu, cintailah adikmu.” Dengan demi-kianlah baharu dapat mendidik rakyat Negara. (II.2.6.3)
6. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Laku yang tanpa cacad itulah akan meluruskan hati rakyat di empat penjuru Negara.” Dapat melaksanakan tugas sebagai bapak, sebagai anak, sebagai kakak dan sebagai adik, baharulah kemudian dapat berharap rakyat meneladan kepadanya. (I.14.3.3)
BAB X. TERATUR NEGARA DAMAI DUNIA
1. Adapun yang dikatakan ‘damai di dunia itu berpangkal pada teraturnya negara’ ialah: Bila para pemimpin dapat hormat kepada yang lanjut usia, niscaya rakyat bangun rasa baktinya; bila para pemimpin dapat berendah hati kepada atasannya, niscaya rakyat bangun rasa rendah hatinya; bila para pemimpin dapat berlaku kasih dan memperhatikan anak yatim piatu, niscaya rakyat tidak mau ketinggalan. Itulah sebabnya seorang Kuncu mempunyai Jalan Suci yang bersifat siku.
2. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Bahagialah seorang Kuncu, karena dialah ayah bunda rakyat.” Ia menyukai apa yang disukai rakyat dan membenci apa yang dibenci rakyat. Inilah yang dikatakan sebagai ayah bunda rakyat. (II.2.5.3)
3. Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Pandang Gunung Selatan, tinggi megah batu di pun-caknya, ingatlah akan kebesaranmu Menteri Ien, rakyat selalu melihatmu.” Maka seorang yang memegang kekuasaan di dalam Negara tidak boleh tidak hati
4. Bing Hiancu berkata, “Seorang yang mempunyai kuda dan kereta tidak seharusnya rebut akan soal ayam dan babi; seorang yang berkedudukan tinggi tidak seharusnya ribut akan soal kerbau dan kambing; dan seorang pembesar yang dapat mengurus seratus kereta perang tidak seharusnya memakai pegawai yang suka memeras rakyat. Daripada mempunyai pegawai yang suka memeras rakyat lebih baik mempunyai pegawai yang suka mencuri. Inilah yang dikatakan bahwa Negara janganlah menganggap keuntungan sebagai Keberuntungan, tetapi pandanglah Kebenaran sebagai Keberuntungan. (Siking I.15.1.8; SS.XI:17)
• Tiong Yong ( tengah sempurna).
Kitab ini berisi ajaran rokhani pemeluk agama Khonghucu. mencakup tentan ajaran keimanan yang memberi tuntunan sebagaimana manusia yang beriman kepada THIAN, memahami akan jati dirinya sebagai makluk ciptaan THIAN serta tangung jawabnya sebagai pengemban Firnan Tuhan dan mampu membangun watak dan sikap agar mampu bertindak tengah-tengah (TIONG) dan dalam pelaksanaanya dapat menciptakan suasana harmonis, Kitab ini ditulis oleh Zisi atau Kongji alias Khong Khiep cucu Nabi Khongcu. Cusu ( Khong Khiep) khawatir lama-kelamaan akan berkurang isinya, maka dibukukan untuk diserahkan kepada Bing-cu. Kitab Tiong Yong terdiri dari satu bab utama, 32 bab uraian dan 3.658 huruf. Kitab ini dibukukan oleh Cu Su, cucu nabi Khongcu. Berisi pokok-pokok ajaran keimanan seseorang umat khongcu sehingga didalam hidup ini dapat menempatkan diri dan bersikap tengah tepat, harmonis didalam jalan suci yang difirmankan Tuhan bagi hidup insani.
Sebenarnnya ada 32 bab uraian dalam Tiong Yong tapi Cuma saya sebutkan sebagai berikut:
Bab I Susilawan /kuncu.
Bab II Jarang yang tangah sempurna.
Bab III Yang k
Bab IV Keprihatinan Nabi.
Bab V Suka bertanya dan suka meneliti.
Bab VI Jangan barbangga pandai.
Bab VII Mendekap tengah sempurna.
Bab VIII Sulitnya tengah sempurna.
Bab IX Keperwiraan.
Bab X Yang wajar dan tekun.
Bab XI Luasnya jalan suci.
Bab XII Jalan suci itu Satya dan Tepasasira.
Bab XIII Berperilaku tepat.
Bab XIV Setapak demi setapak.
Bab XV Tuhan yang maha Rokh.
Bab XVI Laku bakti yang besar.
Bab XVII Yang berpenerus.
Bab XVIII Sempurnanya bakti.
XIX Jalan suci dan pemerintahan.
Bab XX Iman dan sadar.
• LUN GI/ LUN YU (sabda suci).
Kitab ini merupakan kumpulan tulisan percakapan dan diskusi, terutama antara CingcudenganYucu berisi tentang , yang berisi sabda-sabda konfusius percakapan Kongzi dengan murid-muridnya atau dengan orang zaman dahulu, yang terdiri dari 20 jilid. Kitab ini dibukukan oleh beberapa murid utama Kongzi, yang waktu itu berjumlah 3.000 murid, dimana 72 orang di antaranya tergolong murid utamat. Kitab ini terdiri dari A dan B, masing-masing 10 bab dan terdiri dari 15.917 huruf. Seluruh aspek tentang Nabi Khongcu dan Ajarannya, selaku Bok Tok / Genta Rohani kita dapati juga dalam Kitab ini.
Adapaun isinya dari kitab Lun Gi yaitu:
Jilid I Hak Ji.
Contoh : Nabi bersabda, “ Belajar dan selalu dilatih, tidakkah itu menyenangkan? 2. Kawan-kawan dating dari tempat jauh, tidakkah itu menyenangkan? 3. “ sekalipun orang tidak mau tahu, tidak menyesali; bukankah itu sikap seorang Kuncu?”
Jlid II Wi cing.
Contoh: Nabi bersabda, “ pemerintahan yang berdasarkan kebajikan itu laksana bintang kutub utara tetap di tempatnya dan bintang-bintang lain mengelilinginya.”
Jilid III Pat iet.
Nabi Khongcu berkata tentang keluarga Kwi, “ mereka mementaskan tarian Pat Let dib alai rumahnya.ini keterlaluan. Kalau hal ini dapat dilakukan, apalagi yang tidak akan dilakukan?” ( S.S. 11:5).
Jilid IV Li Jien.
Nabi bersabda, “ Bertempat tinggal dekat tempat kediaman orang yang berperi cinta kasih, itulah yang sebaik-baiknya. Bila tidak mau tempat yang disuasanai cinta kasih itu, bagaimana memperoleh kebijaksanaan?” ( Bc.IIA.7/2).
Jilid V Kong- Ya Tiang.
Nabi membicarakan tentang kong-ya tiang, “ Ia boleh diterima menjadi menantu. Sekalipun pernah dipenjara, itu bukan karena ia telah berbuat jahat.” Maka diterimalah sebagai menantuNya.
Jilid VI Yong Ya.
Nabi bersabda, “ Jiang-Yong sesungguhnya dapat diberi tugas menghadap ke selatan ( menjadi kepala Negara).” ( SS. V.2,5).
Jilid VII Sut Ji.
Nabi bersabda, “Aku hanya meneruskan, tidak mencipta. Aku sangat menaruhpercaya dan suka kepada( ajaran dan kitab-kitab) yang kuno itu. Aku ingi dapat membandingkan diriku dengan Loo phing.”
Jilid VIII Thai Pik.
Nabi bersabda, “ sungguh sempurna kebajikan Thai –Pik; tiga kali ia rela melepaskan haknya sebagai seorang putera mahkota. Maka rakyat tidak mengerti bagaimana harus memujinya.” (S.S.XIV:7).
Jilid IX Cu Han.
Nabi jarang membicarakan hal keuntungan, melainkan hal firman, melainkan hal cinta kasih.
Jilid X Hiang tong.
Pada waktu nabi Khongcu di kampong halaman sendiri, Nampak sangat hormat seperti tidak cakap bicara. 2. Pada saat di dalam bio leluhur atau di istana, sangat lancar bicara, hanya saja selalu barhati-hati.( S.S.III:15).
• BING CU/ MENGZI.
Kitab bing cu sebagian ditulis oleh bingcu sendiri, sebagian catatan Ban ciang/ Wan zhang dan Khongsun thio/Gong Sunchou, murid-muridnya. dengan petunjuk beliau yang mencatat ajaran dan perjuangan dalam meluruskan dan menegakan ajaran agama khongucu dari penyimpangan dari berbagai aliran. Kitab ini terdiri dari 7 bab, masing-masing A dan B, serta terdiri 35.377 huruf. Kitab bing adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dangan para raja-raja jaman itu, tokoh-tokoh berbagai aliran dan murid-muridnya. Merupakan penegasan Bingcu dalam menegakkan Kemurnian Ajaran Agama Khonghucu.
Jilid I LIANG HWI ONG
Berisi: Bing cu menemui Raja Hwi dari Negri Liang,ketika itu Raja berdiri di tepi telaga buatan sambil melihat berjenis-jenis agsa dan rusa,Raja bertanya dapatkah seorang bijaksana menikmati hal semacam ini? Bingcu menjawab: Hanya orang bijaksana yang dapat menikmati benar-benar,seorang bijaksana tidak dapat menikmati.
Jilid II KONG –SUN THIO
Berisi: Kong-sun thio bertanya, “ Bila guru beroleh jabatan tertinggi di Negeri Cee, dapatkah pekerjaan-pekerjaan besar seperti yang telah dilakukan oleh Kwan tiong dan yancu itu terulang kembali?” Bingcu menjawab, “ Kamu sungguh-sugguh seorang Negeri Cee, maka hanya Kwan tiong Yancu kamu ketahui.
Jilid III TIN BUN KONG
Berisi: Ketika Raja muda Bun dari Negeri Tin masih menjadi putera mahkota, ia pergi ke negeri Cho. Tatkala melewati Negeri Song, ia menjumpai Bingcu. ( IB:13). Bingcu mengatakan bahwa watak sejati manusia itu baik dan selalu membicarakan serta memuji raja Giau dan Sun.
Jilid IV LI LO
Berisi: bingcu berkata ,Belajar seluas mgkin dan membicarakan sejelasmugkin, ialah untuk mengenal semuanya dan dapat mengugkapkan secara sigkat.
Jilid V BAN CIANG
Berisi: Ban –ciang berkata kalau cinta Aya Bunda, dalam kegembiraan tidak boleh melupakan diri; kalau di benci Aya Bunda, meskipun harus bersusa paya tidak boleh menyesalinya
Jilid VI KO-CU
Berisi: Ko-cu berkata, “ Watak sejati itu laksana kayu pohon ki-liu ( willow), dan kebenaran itu laksana cawan dan mangkuk yang dianyam dari padanya. Kalau watak sejati itu hendak dijadikan bersifat cinta kasih dan benar, ialah laksana kayu pohon ki-liu yang harus dianyam supaya menjadi cawan dan mangkuk itu.
Jilid VII CIEN SIEM
Berisi: Bing cu berkata, “ Yang benar-benar dapat menyelami hati, akan mengenal watak sejatinya;yang mengenal watak sejatinnya akan mengenal Tuhan YME.
Jilid I LIANG HWI ONG
Berisi: Cong po menemui bingcu dan berkata, “ ketika Po menemui raja, baginda berkata kepada Po bahwab ia suka music. Po tidak dapat member pandangan bagaimana bila raja suka music?”. Bingcu menjawab, “ kalau benar-benar raja suka music, ada harapan negeri Cee sejahtera.
Jilid II KONG –SUN THIO
Berisi: bingcu berkata, “ kesempatan itu tidak sebanding dengan keuntungan keadaan tempat. Keuntungan keadaan tempat tidak sebanding dengan persatuan orangnya.
Jilid III TIN BUN KONG
Berisi: tien tai bertanya, “ tidak mau menemui murid rajamuda itu bukankah suatu sikap yang sempit? Kalau dengan sekali menemui akan dapat mengangakatnya, besar sebagai raja besar atau kecil sebagai raja muda pemimpin; bukankah didalam kitab tertulis, dengan membengkokkan yang sejengkal akan dapat memperoleh delapan jengkal yang lurus’ bukankah ini boleh dilakukan?” bingcu menjawab, “ dahulu tatkala raja muda king dari negeri Cee berburu pernah memanggil penjaga hutannya dengan memanggil panji-panji. Penjaga hutan itu tidak mau datang sehingga akan dihukum mati. ( khongcu memuji penjaga hutan itu); seorang yang keras kemauanya itu tidak lupa bahwa sikapnya mungkin menyebabkan jenazahnya akan dilempar keselokan atau jurang; seorang pemberani tidak lupa bahwa mungkin suatu ketika ia akan kehilangan kepala mengapakah Khongcu memujinya? Orang itu karena tidak dipanggil dengan cara yang benar, ia tidak mau datang; bagaimanakah akau akan datang tanpa undangan?
Jilid IV LI LO
Berisi: Bingcu berkata, “ Sun dilahirkan di Cuping, kemudian pindah ke HU-he dan wafat di Bing-tiau.dia termasuk suku bangsa I timur.
Jilid V BAN CIANG
Berisi: Bingcu berkata, “ Pak-I, matanya tidak mau melihat pemandangan yang buruk, telinganya tidak mau mendengar kata-kata yang buruk. (IV.B:6/2).
Jilid VI KO-CU
Berisi: seorang negeri Jiem bertanya kepada Ok-lo, “ antara kesusilaan dan makan, mana yang lebih penting? “ kesusilaan lebih penting!”
Jilid VII CIEN SIEM
Berisi: bingcu berkata, “ sungguh, tidak berperi cinta kasih raja Hwi dari negeri Liang. Perbuatan cinta kasih itu dimulai terhadap orang yang di sayangi selanjutnya sampai juga kepada orang yang tidak disayangi. Perbuatan tidak cinta kasih itu dimulai terhadap orang yang tidak disayangi selanjutnya sampai juga kepada orang yang disayangi.” ( IA:5).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau. Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari :
1. KITAB THAI HAK / Da Xue / Kitab Ajaran Besar.
Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda. Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V. Merupakan Kitab Tuntunan Pembinaan Diri. Sedangkan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.
2. KITAB TIONG YONG / Zhong Yong / Kitab Tengah Sempurna.
Ditulis oleh Cu Su / Zi Si alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu. Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab uraian, 3.568 huruf. Merupakan Kitab Keimanan bagi Umat Ji. Sedangkan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.
3. KITAB LUN GI / Lun Yu / Kitab Sabda Suci.
Merupakan kumpulan tulisan percakapan dan diskusi, terutama antara Cingcu dengan Yucu. Terdiri dari A dan B, masing-masing 10 Bab, sama dengan 20 Bab, 15.917 huruf. Seluruh aspek tentang Nabi Khongcu dan Ajarannya, selaku Bok Tok / Genta Rohani kita dapati dalam Kitab ini.
4. KITAB BINGCU / Meng Zi / Kitab Bingcu.
Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya. Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf. Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakMerupakan penegasan Bingcu .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar