Kamis, 14 April 2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agama Hindu dalam Bahasa Sansekerta disebut Sanatana Dharma yang artinya kebenaran abadi, dan Vaidika Dharma yang artinya pengetahuan kebenaran (Agama Weda). Dengan ungkapan ini dinyatakan, bahwa Kitab Weda menjadi kitab dasar agama Hindu. Agama ini berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini merupakan agama tertua dan terbesar ketiga di dunia setelah Agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat terbanyak. Sebenarnya agama Hindu bukanlah agama dalam arti biasa. Agama Hindu adalah suatu bidang keagamaan dan kebudayaan yang meliputi zaman kira-kira 1500 SM hingga zaman sekarang.
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran Polytheisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu filsafat agama Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala sesuatu yang ada (Brahman). Brahman adalah asas alam semesta, sedang Atman adalah asas manusia. Hanya Brahman dan Atman inilah yang memiliki kenyataan. Dunia bendani yang tampak ini tidaklah nyata, keadaannya hanya semu saja (maya). Tetapi pada akhirnya Brahman adalah Atman.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari agama Hindu?
2. Apa pengertian Brahman?
3. Apa pengertian Atman?
4. Apa pengertian dari Maya?
5. Bagaimana inti dari ajaran Brahman, Atman dan Maya sehingga menjadi ajaran pokok dalam Hinduisme?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian agama Hindu.
2. Mengetahui pengertian Brahman.
3. Mengetahui pengertian Atman.
4. Mengetahui pengertian Maya.
5. Mengetahui inti ajaran dari Brahman, Atman dan Maya dalam Hinduisme.














BAB II
PEMBAHASAN
A. Brahman
Brahman adalah salah satu sebutan yang digunakan dalam Upanishad untuk menamakan Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam semesta ini. Sebutan yang lain adalah Purushottama atau Maha Purusha. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta, pemelihara, transformer, dan sumber dari segala sesuatu. Brahman berada dimana-mana dan mengisi seluruh alam semesta.
Brahman adalah roh yang paling tinggi, diluar jangkauan manusia, tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Ia adalah sinar roh yang selalu murni. Ia adalah sat cit ananda, Esa tanpa duanya. Ia adalah Bhuma (tak terbatas dan tak terkondisikan). Ia bersemayam dalam hati manusia. Di dalam Weda disebut Iswara, dalam Whraspati tatwa disebut Parama Ciwa dan dalam lontar Purwabhumi Kemulan disebut Sanghyang Widhi Wasa. Apapun nama-Nya tetapi yang dimaksud adalah Beliau yang merupakan asal mula, pencipta, dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta ini. Beliau disebut SAT, sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain di luar beliau.
Etadyonini bhutani
Sarvani’ty upadharaya
Aham krtsnasya jagatah
Prabahavah pralayas tatha
Artinya : ketahuilah bahwa semua insane yang mempunyai kelahiran disini
Aku adalah asal mula alam semesta ini, demikian pula kiamatnya ini kelak.
(Bh.G VII.6).
Maya tatam idam sarvam
Jagad avyaktamurtina
Matsthani sarva bhutani
Na cha’ham teshv avasthitah
Artinya : Alam semesta ini diliputi oleh-Ku
Dengan wujud-Ku yang maya
Semua makhluk ada pada-Ku
Tetapi Aku tidak berada pada mereka
(Bh. G. IX.4).

Brahman adalah absolute dalam segala-galanya. Brahman tidak dilahirkan karena beliau ada dengan sendirinya. Walaupun Brahman tidak dilahirkan namun Brahman memiliki prabawa sebagai asal mula dari segala yang ada. Waktu tempat dan keadaan adalah kekuatan maya-Nya Brahman. Dari kekuatan ini terciptalah unsur-unsur alam semesta ini.

Bhumir apo ‘nalo wayuh
Kham mano buddhir eva ca
Ahankara iti ‘yam me
Bhinna prakrtir astadha
Artinya: tanah, air, api, dan udara, ether, akal budi, pikiran dan ego merupakan delapan unsur alamKu. (Bhag.VII.4).
Brahman juga dapat disebut “yang menjadikan dunia”.

Gambar 1. Omkara
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu

Aksara suci bagi umat Hindu yang melambangkan “Brahman” atau Tuhan sang pencipta. Umat Hindu menyakini akan kekuasaan yang Maha Esa yang disebut dengan Brahman , dan memuja Brahma, Wisynu, atau Syiwa sebagai perwujudan Brahman dalam menjalankan fungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta.
Di dalam Weda, istilah Tuhan Yang Maha Esa disebut Dewa (deva) di samping itu juga disebut “Tat” (itu) atau “Sat” (kebenaran mutlak). Kata Dewa mengandung dua pengertian, yaitu Dewa sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Dewa sebagai makhluk yang tertinggi ciptaan-Nya (Rg Weda X.129.6) dengan berbagai tingkatannya.
1. Keyakinan tentang Brahman
Menurut ajaran Kitab Veda bahwa alam semesta itu beserta segenap makhluk, baik makhluk rohani maupun jasmani adalah diciptakan oleh Wujud Tunggal Maha Sempurna , yang dipanggil dengan Brahman.
Selanjutnya di dalam Kitab Veda dinyatakan bahwa Brahman itu yang merupakan Wujud Tunggal Pencipta, memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, tidak dapat didengar. Ia dikenali melalui pernyataannya di dalam alam semesta. Brahman itu sajalah yang disembah lainnya tidak.
Ajaran Upanisad seringkali disebut monism, yang bersifat idealistis. Sebab, ajarannya mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada dapat dikembalikan kepada satu azas yaitu Brahman dan Atman. Brahman adalah azas alam semesta. Sedang Atman merupakan azas manusia. Diakui bahwa Brahman Atman inilah yang hanya memiliki kenyataan. Dunia bendani yang tampak tidaklah nyata. Keadannya hanya maya dan pada akhirnya Brahman adalah Atman.
Dengan demikian Brahman di masa-masa ini juga sudah diakui sebagai azas pertama dan roh yang memimpin alam semesta. Sedang di masa Upanisad, Brahman diyakini sebagai sebab adanya dunia atau sebab bendani dunia.
B. Atman
Di dalam Weda Samhita, Atman diartikan napas, jiwa, dan pribadi. Di dalam kitab-kitab Brahmana sudah dikemukakan bahwa Atman adalah pusat segala fungsi jasmani dan rohani manusia. Atman atau Atman (bahasa Sansekerta) dalam Hindu merupakan percikkan kecil dari Brahman yang berada di dalam setiap makhluk hidup. Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu yang menghidupkan manusia. Jivatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang bersifat maya, maka jivatman tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan jivatma mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi itu dapat diakhiri apabila Jivatma mencapai moksa.
Jiwa atau roh diselubungi oleh lima lapisan (kosa), seperti lapisan padang bawang. Lima lapisan itu adalah: lapisan makanan (anamaya kosa), lapisan Vita (pranamaya kosa), lapisan mental (mnomy kosa), lapisan intelektual ( wijnanamaya kosa), dan lapisan kebahagiaan (anandamaya kosa).
Mengenai Atman dikatakan, bahwa ia itu tiada bermutu (qualiteitloos), intisari semata-semata, melulu “ada”, tanpa “rupa” sedikitpun. Walaupun demikian pada atman dibedakan tiga buah cirri, yaitu:
1. “sat” artinya “ada”.
2. “cit” artinya kesadaran
3. “ananda” artinya kebahagiaan. Perumpaman yang melukiskan kebahagian itu ialah tidur yang nyenyak.
Atman adalah kesatuan yang tidak dapat dikenal dan tidak dapat dirumuskan, yang ada dibelakang gejala-gejala dan pertengahan-pertengahan kosmis.
Demikian Atman itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di alam semesta ini). Atman berasal dari Brahman, bagaikan matahari dengan sinarnya. Brahman sebagai matahari, dan atman-atman sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.
1. Sifat-sifat Atman
Dalam Bhagavad Gita dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, diantaranya :
a. Achedya : tak terlukai oleh senjata.
b. Adahya : tak terbakar oleh api.
c. Akledya : tak terkeringkan oleh angin.
d. Acesyah : tak terbasahkan oleh air.
e. Nitya : abadi.
f. Sarwagatah : diamana-mana ada.
g. Sthanu : tak berpindah-pindah.
h. Acala : tak bergerak.
i. Sanatana : selalu sama
j. Awyakta : tak dilahirkan.
k. Acintya : tak terpikirkan.
l. Awikara : tak berubah dan dan sempurna tidak laki-laki maupun perempuan.
Atman tidak dapat menjadi subjek atau objek dan tindakan atau pekerjaan. Atman tidak terpengaruh akan perubahan-perubahan yang dijalani maupun dialami pikiran, hidup dan jasad atau badan jasmani.
2. Empat jalan menemukan Atman
Untuk menemukan Atman tersembunyi di dalam diri manusia, manusia harus melakukan Yoga. Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna. Atman mencapai kekekalan dan kebahagiaan abadi. Ia menggabungkan dirinya dalam Brahman atau samudra kebahagiaan. Ada empat jalan (Yoga) untuk menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa kepada tujuan yang satu yaitu suka merenung. Aktif, emosional dan empiris (menekankan pengalaman). Tahap-tahap dari Yoga ada delapan tingkat, yaitu :
a. Persiapan etis atau perisapan dibidang kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan harus murni secara batin.
b. Persiapan badani, yaitu orang harus menguasai gerak-gerik, nafas tubuh serta perasaannya.
c. Merenung yaitu orang harus dapat memusatkan perhatiannya kepada sesuatu supaya menjadi tenang.
d. Samadhi.
Jika telah dapat mencapai tahap ini, maka ia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu adalah satu dan dengan pengalamannya ia merealisasikan kesatuan ini. Baginya hanya Atman atau Brahman saja yang yang kekal, sedangkan segala yang lain di dunia adalah maya atau tidak nyata.
Dalam Kitab Brahmana sebagaimana diketahui Atman dianggap sebagai pusat segala fungsi jasmani dan rohani manusia. Dan dalam Kitab Upanisad diyakini bahwa Atman adalah subjek yang tetap ada ditengah-tengah segala yang berubah dan menjadi hakikat manusia yang sebenarnya.
Dalam kitab Upanisad pelajaran tentang nisbah Brahman dan Atman sering diterangkan dalam perumpamaan-perumpamaan. Mengenai Atman diyakini ia tidak memiliki kualitas. Hanya intisari semata., hanya ada tanpa rupa. Padanya dibedakan tiga cirri yakni : sat (ada), cit (kesadaran), dan ananda (kebahagiaan).

C. Maya
Maya adalah istilah sansekerta untuk menamakan sesuatu yang bersifat illusi yaitu keadaan yang selalu berubah baik nama maupun bentuk tergantung dari waktu, tempat dan keadaan. Maya adalah sakti (kekuatan) dari Tuhan, yang merupakan Karana Sarira (badan penyebab) dari Tuhan. Dalam Weda Dewa Indra sering menggunakan maya-Nya merubah rupa dan namanya menurut kehendakNya. Dalam Swethashvatara Upanishad disebutkan bahwa alam semesta ini adalah maya dan penguasa maya ini adalah Tuhan itu sendiri. Maya memiliki dua kekuatan yaitu daya menyelubungi atau Awarana Sakti dan daya pemantulan atau Wiksepa Sakti.
Pada ilmu tentang Maya itu terkaitlah ilmu tentang keempat keadaan sukma. Ia membedakan keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Jaga. Yang paling hakiki di dalam keadaan Jaga ialah mengalami susah dan takut.
2. Mimpi. Ini suatu keadaan yang lebih tinggi karena di dalam mimpi susah dan takut itu menjadi sesuatu yang tidak sesungguhnya.
3. Tidur nyenyak. Ini suatu keadaan yang lebih tinggi lagi. Karena di dalam tidur nyenyak orang terbebas dari rasa susah dan takut yang tidak sesungguhnya itu.
4. Ekstase atau lupa diri. Ini tingkatan yang tertinggi, karena di dalam ekstase manusia mengalami ketentraman tidur secara sadar.
Salah satu konsekwensi yang ditarik oleh Upanisad-upanisad dari ajarannya tentang hakikat yang terdalam dari segala yang ada ialah pernyataan, bahwa segala rupa itu hanya “maya” belaka.
Mengenai ajaran tentang karman dan perindahan sukma itu sangat individualistis, sebab kebenaran itu relative (nisbi) dan selamanya tidak dapat diberikan kepada orang lain. Dan akhirnya baik perpindahan sukma maupun karman termasuk dalam dunia “maya” , karena sesungguhnya hanya Brahman yang ada. Adapun peralihan dari Yang Kekal (Sat) ke dunia yang jasmani dengan mempergunakan hikmah itu disebut Maya. Tetapi maya itupun bersifat ilusi atau khayal, dimana sukma perseorangan itu berada, selama ia menyangka bahwa keadaannya dan tanggapan-tanggapannya betul-betul ada.










BAB III
KESIMPULAN
Di dalam ajaran-ajaran pokok Hinduisme terdapat tiga ajaran yaitu Brahman, Atman, dan Maya. Brahman adalah salah satu sebutan yang dipergunakan dalam Upanisad untuk menamakan Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam semesta ini. Sebutan yang lain adalah Purushottama atau Maha Purusha. Kata Brahman sebetulnya sudah dikenal di zaman Weda Samhita
Atman, dalam Weda Samhita, diartikan nafas, jiwa dan pribadi. Dalam kitab brahmana Atman dianggap sebagai pusat segala fungsi jasmani dan rohani manusia. Dan di dalam kitab Upanisad diyakini Atman adalah subjek yang tetap ada ditengah-tengah segala yang yang berubah dan menjadi hakikat manusia sebenarnya.
Sedangkan ajaran yang ketiga yaitu Maya, dalam istilah Sansekerta untuk menamakan sesuatu yang bersifat ilusi yaitu keadaan yang selalu berubah baik nama maupun bentuk tergantung dari waktu, tempat dan keadaan.









DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Moinuddin. 1994. Religions of All Mankind. New Delhi: Kitab Bhava.
Arifin, Syamsul. 1996. Hinduisme dan Budhisme dalam Lintasan Sejarah Agama. Alfa Grafika.
Cudamani. 1993. Pengantar Agama Hindu. Jakarta: Hanuman Sakti.
Hadiwijono, Harun. 2001. Agama Hindu dan Buddha. Jakarta: Gunung Mulia.
. 1971. Sari Filsafat India. Jakarta: BPK Gunumg Mulia.
Honig Jr, Dr.A.G. 1997. Ilmu Agama. Cet 8. Jakarta: Gunung Mulia.
Keene, Michael. 2006. Agama-agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius.
Sivananda, Sri Swami.1996. Intisari Ajaran Hindu. Surabaya: Paramita.
Sou’yb, Joesoef. 1983. Agama-agama Besar di Dunia. Jakarta: PT.Al Husna Zikra.
Smith, Huston. 1993. Agama-agama Manusia. Jakarta: Obor.
Takwin, Bagus. 2003.Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-pemikiran Timur. Depok: Jalasutra.
Titib, I Made. 1994. Ketuhanan Dalam Weda. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar