Mistisisme dalam Islam
Oleh ; Mohammad Thoriqul Huda
A. Latar Belakang
Misitisisme merupakan hal yang berkembang dalam kehidupan masyarakat beragama, baik dalam islam, kristen maupun Budha, meskipun dalam ajaran ajaran agama tidak dijelaskan secara rinci akan tetapi realita di masyarakat tentang prosesi mistik masih berlaku, dalam istilah islam mistis disebut juga dengan Sufisme atau faham sufi, sedangkan dalam agama kristen mistisisme dikenal juga dengan sebutan asketisme.
Pembahasan mistisisme selanjutnya berkembang dalam kehidupan masyarakat beragama, yang mana dari mereka kebanyakan mempunyai satu tujuan yang sama yakni menyatu dengan tuhan atau dalam islam dikenal dengan sebutan Wahdatul Wujud, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana konsep mistisisme dalam agama islam, karena islam merupakan agama yang pemeluknya mencapai kateori mayoritas sehingga beragam realita kehidupan keagamaan menyertai ajaran agama islam seiring dengan berkembangnya zaman.
B. Pengertian Mistis
Sebelum lebih lanjut membahas tentang pengertian Mistis itu sendiri, Secara tata bahasa, kata mistisisme (mysticism) merupakan gabungan antara kata mistik (mystic) dengan imbuhan isme yang menyatakan paham (ajaran), sehingga mistisisme memiliki makna paham (ajaran) tentang mistik. Sedangkan kata mistis merupakan gabungan antara kata mistik dengan imbuhan is yang menyatakan sifat, sehingga misitis memiliki makna bersifat mistik.
Definisi mistik dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah: Subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan; tasawuf ; suluk ; hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa.
Menurut ensiklopedia nasional Indonesia, mistik adalah sutu proses yang bertujuan memenuhi keinginan atau hasrat manusia untuk mengalami dan merasakan bersatunya emosi dengan Tuhan atau kekuatan transenden lainnya. Adapun definisi mistisisme dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah: ajaran yang menyatakan bahwa ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal manusia.
Sedangkan dalam ensiklopedia nasional Indonesia, Mistisisme berasal dari kata Yunani myein menutup mata seseorang, adalah sejenis pengalaman batin yang tidak dapat diduga, khususnya dengan hubungan dalam dunia religius. Walaupun cukup dikenal, mistisisme sangat sulit dijelaskan dalam suatu definisi sederhana, tanpa menimbulkan konflik, tanpa membuat interpretasi dan penilaian. Padahal pemahaman mistisisme sendiri sangat variable, bahkan sering bertentangan.
Menurut ensiklopedia nasional Indonesia, mistik adalah sutu proses yang bertujuan memenuhi keinginan atau hasrat manusia untuk mengalami dan merasakan bersatunya emosi dengan Tuhan atau kekuatan transenden , Annemarie Schimmel dalam Mystical Dimension of Islam (1975) mendefinisikan mistik sebagai cinta kepada Yang Mutlak, sebab kekuatan yang memisahkan mistik sejati dari sekadar asketisme adalah cinta. Cinta ilahi membuat si pencari mampu menyandang, bahkan menikmati, segala sakit dan penderitaan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya untuk mengujinya dan memurnikan jiwanya. Cinta ilahi bisa mengantarkan jiwa sang mistikus ke Hadirat Ilahi “bagaikan elang yang membawa mangsanya,” yakni memisahkannya dari segala yang tercipta dalam ruang dan waktu. Annemarie Schimmel juga menyatakan bahwa mistik adalah arus besar kerohanian yang mengalir dalam semua agama. Di dalam Islam aspek mistik itu dikenal dengan nama tasawuf atau sufisme , mrnurut Fitjof Schuon Mistisisme dalam suatu agama adalah aspek esoteris (bathin), sisi dalam atau inti yang menjadi fundamen atas semua laku ibadat atau ritual lahiriah., Fritjof Schuon, dalam karya The Trancendental Unity of Religions. Ia menyatakan bahwa dalam inti agama-agama terdapat satu kesatuan yang bersifat moral, teologis, metafisik dalam arti yang sebenar-benarnya. Dan guna melihat titik temu tersebut, tidak cukup hanya melihat agama dari sisi luar, pada dimensi eksotorisnya saja, melainkan perlu menghayati sampai kepada sisi terdalamnya.
C. Mistis Dalam Agama Islam
Mistisisme dalam islam diberi nama Tasawwuf dan oleh kaum orientalis barat disebut sufisme. Kata fufisme dalam istilah orientalis barat dipakai untuk mistisisme islam Sufisme tidak dipakai untuk mistisisme yang terdapat diagama-agama lain. Tujuan dari tasawuf itu sendiri ialah untuk memperoleh hubungan langsung dengan tuhan, menyatu dengan tuhan dan seseorang itu menyadaria akan kehadirat tuhan. Dan intisarinya ialah menyadari akan adanya tuhan dapat berkomunikasi dan berdialog antara roh manusia dan tuhan dan biasanya dilakukan dengan kontemplasi atau mengasingkan diri. Dan dalam islam kesadaran dengan tuhan itu dapat juga dinamakan dengan ittihad yaitu bersatu dengan Tuhan. Sedangkan Tasawuf adalah suatu ilmu penegtahuan yang mempelajari bagaimana cara dan jalan seorang manusia supaya dapat lebih memdekatkan diri dengan Tuhan yaitu Alloh Swt .
Mistisisme ini muncul sebagai pemberontakan jiwa, dalam diri orang-orang yang benar-benar berpikiran ruhaniah, yang menentang formalitas agama dan juga kejumudan agama, yang selanjutnya terpengaruh oleh perasaan bahwa manusia bisa menjalin sebuah hubungan langsung dengan Tuhan, yang tidak boleh dianggap sebagai Dzat Penguasa Penuh Kuasa yang berjarak atas takdir-takdir manusia, tetapi sebagai Sahabat dan Kekasih Jiwa. Kaum mistikus memiliki hasrat mengenal Tuhan, sehingga mereka bisa mencintai-Nya, dan telah percaya bahwa jiwa dapat menerima: wahyu Tuhan, melalui sebuah pengalaman religius langsung – bukan melalui indera-indera atau kecerdasan – dan, dengan cara ini, memasuki keintiman dengan-Nya.
Mereka percaya bahwa manusia dapat memiliki pengalaman ini, pastilah ada dalam dirinya satu bagian dari Sifat Ilahiah, bahwa jiwa diciptakan untuk mencerminkan Kemegahan Tuhan, dan segala sesuatu ambil bagian dalam kehidupan Tuhan. Tetapi kaum mistikus mengajarkan bahwa tak satu jiwa pun memiliki pengalaman langsung dengan Tuhan, kecuali dengan penjernihan dari dalam diri; pembersihan jiwa dari kecintaan pada diri sendiri dan dari hawa nafsu adalah bagian mendasar bagi mereka yang hendak mencapai Kebajikan dan Penglihatan Tuhan, demi kesempurnaan Kehidupan Abadi, yang mereka percaya dapat dicapai sekarang, adalah untuk melihat Tuhan dalam Dzat-Nya. Keakuan dapat ditaklukkan dengan dukungan sebuah cinta yang lebih besar daripada kecintaan-diri, dan karenanya kaum mistikus telah menjadi kekasih-kekasih Tuhan, yang mencari penyempurnaan cinta mereka dalam penyatuan dengan Sang Kekasih .
D. Sejarah Mistis Dalam Agama Islam
Ada beberapa teori yang membahas tentang awal munculnya aliran-aliran tasawwuf ini atau mistisisme dalam agama islam juga berbeda-beda.
1. Pengaruh Kristiani dengan paham mengetahui dan hidup mengasingkan diri dalam biara-biara. Dalam literatur Arab memang terdapat tulisan-tulisan tentang rahib-rahib yang mengasingkan diri di padang pasir Arabia. Mereka menggunakan kemah yang sederhana digunakan untuk berlindung diri sendiri dan bagi orang yang yang perlu perlindungan ketika kemalaman dan dan lampu yang mereka pasang dipergunakan bagi kafilah-kafilah yang lalu, mereka juga memberi makan bagi musyafir-musyafir yang kelaparan. Sufi Islam meninggalkan dunia, memilih hidup sederhana dan mengasingkan diri adalah atas pengaruh cara hidup rahib-rahib umat kristiani ini.
2. Falasafat mistik pythagoras yang berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan jasmani merupakan penjara bagi roh. Kesenangan roh yang sebenarnya ialah dialam samawi. Ketika menginginkan kesenangan samawi, manusia harus bisa mencapai Zhud( membersihkan Roh dan meninggalkan hidup materi) untuk melanjutkan berkontemplasi,dan ini jugalah yang mempengaruhi timbulnya Zhud dan sufisme dalam Islam.
3. Falsafat emanasi plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali keTuhan, tetapi ketika Roh sudah masuk kealam materi, Roh itu akan menjadi kotor , dan jika ingin kembali ketempat asalnya Roh harus dibersihkan terlebih dahulu. Sama dengan yang lainnnya, ketika ingin membersihakan Roh manusia harus meninggalkan dunia dan mulai mendekatkan diri kepada Tuhan.
4. Dalam ajaran Budha dengan faham Nirwananya.untuk mencapai Nirwana orang harus meninggalakan dunia dan memasuki hidup berkontemplasi. Faham Nirwana ini hampir sama dengan faham Fana’.
5. Dalam ajaran Hinduisme yang juga mendorong manusia unutk meninggalkan kehidupan di dunia dan mendekati Tuhan unutk mencapai persatuan Atman dan Brahman .
E. Simpulan
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa mistis dalam agama islam disebut juga Sufi atau Sufisme, mereka beranggapan bahwa manusia bisa menjalin sebuah hubungan langsung dengan Tuhan, yang tidak boleh dianggap sebagai Dzat Penguasa Penuh Kuasa yang berjarak atas takdir-takdir manusia, tetapi sebagai Sahabat dan Kekasih Jiwa. Kaum mistikus memiliki hasrat mengenal Tuhan, sehingga mereka bisa mencintai-Nya, dan telah percaya bahwa jiwa dapat menerima: wahyu Tuhan, melalui sebuah pengalaman religius langsung – bukan melalui indera-indera atau kecerdasan – dan, dengan cara ini, memasuki keintiman dengan-Nya.
Tetapi kaum mistikus mengajarkan bahwa tak satu jiwa pun memiliki pengalaman langsung dengan Tuhan, kecuali dengan penjernihan dari dalam diri; pembersihan jiwa dari kecintaan pada diri sendiri dan dari hawa nafsu adalah bagian mendasar bagi mereka yang hendak mencapai Kebajikan dan Penglihatan Tuhan, demi kesempurnaan Kehidupan Abadi, yang mereka percaya dapat dicapai sekarang, adalah untuk melihat Tuhan dalam Dzat-Nya
DAFTAR PUSTAKA
http://dialognol.wordpress.com/2009/09/12/mistisisme-jalan-menuju-keharmonisan-ummat-beragama-1.
http://mukhtar-stain.blogspot.com/2008/03/pengertian-tasawuf.html
http://maulanusantara.wordpress.com/2009/07/03/sufisme-catatan-singkat-tentang-mistisisme-dalam-islam/.
Nasution Harun. Filsafat dan Mistisisme Islam. PT.Bulan Bintang. Cet.9. Jakarta:1995.
Setiawan,B.Ensiklopedia Nasional Indonesia.Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar