Rabu, 13 April 2011

ASKETISME
Oleh : Mohammad Thoriqul Huda
DEFINISI ASKETISME
Kata asketisme berasal dari kata benda Yunani a s k h s i V yang berarti latihan atau praktik . Kata ini biasanya dikenakan kepada para atlet yang berlatih secara sistematis untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan siap untuk bertanding. Selanjutnya, kata ini mulai dinilai secara filosofis, rohani, dan etis: latihan bukan hanya untuk fisik, tetapi juga untuk melatih kehendak, pikiran, dan jiwa untuk mencapai kehidupan rohani yang lebih tinggi., Carl Wellman mengatakan bahwa asketisme adalah ajaran yang mendorong setiap orang Kristen untuk berlatih menyangkal diri dan menyangkal keinginan dagingnya.
Asketisme dalam Kamus Besar Indonesia III bermakna paham yang mempraktekkan kesederhanaan, kejujuran dan kerelaan berkorban" .
Menurut Eddy Kristiyanto, askese ialah latihan yang ditempuh orang Kristen di bawah bimbingan Roh Kudus untuk memurnikan diri dari dosa, menguasai diri dan memurnikan sikap hati di hadapan Allah, serta menghilangkan berbagai penghalang untuk merasakan hadirat Tuhan. Askese yang benar dan sehat akan membuahkan perkembangan moral dan cinta akan Allah serta sama sekali tidak merugikan kedewasaan pribadi dan tanggung jawab akan keadilan sosial. Definisi ini diberikannya untuk menegaskan adanya kesalahpahaman banyak pihak dalam menilai asketisme, Anggapan keliru yang didasarkan pada beberapa praksis asketis di Timur ialah bahwa asketisme merupakan tindakan orang Kristen untuk melarikan diri dari kegiatan dan tanggung jawab di dunia dengan cara bertapa di tempat-tempat tersembunyi dan melakukan penyiksaan tubuh secara ekstrem.

SEJARAH ASKETISME
Asketisme pertama sekali dipakai di dalam filsafat Stoa. T.C. Hall menguraikan bahwa di hampir semua agama dan kebudayaan terdapat ide dan praksis asketis. Misalnya, dalam kebudayaan kuno, terdapat latihan-latihan untuk memasuki kehidupan pernikahan. Latihan-latihan diberikan supaya orang yang dilatih tersebut dapat menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Latihan-latihan tersebut diberi nama askese. Di dalam kebudayaan dan agama India dan Persia, bentuk-bentuk asketisme telah lama diterima. Bahkan di India, ide dan praksis askese telah lama dikenal dan sangat luas diterapkan. Konsepsi dasar India tentang asketisme ialah keinginan melepaskan diri dari samsara, suatu lingkaran yang menguasai kehidupan manusia
Menurut Schaff, sistem askese adalah esensi dari Brahmanisme dan Buddhisme, dua cabang agama India yang dalam banyak hal berhubungan satu dengan yang lain, Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa asketisme model India adalah asketisme ekstrem yang memandang tubuh jahat dan harus dihancurkan.
Ide dan praksis puasa, penyesalan diri, penyiksaan diri, dan larangan seks yang terdapat dalam sebagian tradisi Yudaisme, tidak dapat disebut sebagai askese, karena hal itu mereka lakukan bukan sebagai latihan yang dilakukan secara sadar untuk mengendalikan tubuh dan jiwa, melainkan sebagai peraturan yang dilakukan dengan keterpaksaan. Ide dan praksis askese dalam kehidupan umat Israel timbul dalam perjumpaannya dengan agama Timur dan kebudayaan Yunani. Tokoh yang memadukan Yudaisme dengan kebudayaan Yunani ialah Philo dari Aleksandria. Philo memperkenalkan dualisme antara Tuhan dan dunia yang dijembatani oleh Logos. Dualisme tubuh dan roh dijembatani dengan hidup merenung, dan dengan itu roh akan dibebaskan dari tubuh dan naik ke tingkat ilahi. Philo juga melaporkan tentang kaum Eseni yang menunjukkan kehidupan askese, seperti tampak pada makanan dan pakaian Yohanes Pembaptis.
Kekristenan yang dipengaruhi oleh Philo dan Yudaisme mulai mengenal konsep dualisme. Di dalam konsep dualisme inilah mulai dikenal konsep menjauhi dunia dan asketisme berkarakter Timur. Di Mesirlah berkembang konsep menjauhi dunia. Di tempat ini berkembang praksis askese. Akan tetapi, tidak pula dapat dikatakan bahwa asketisme Kristen berasal dari Brahmanisme, Yudaisme, maupun Hellenisme. Oleh karena, asketisme merupakan sentimen keagamaan yang sering muncul pada periode-periode tertentu sebagai tanda keterasingan terhadap dunia ini. Jadi, meskipun terdapat kesamaan ide dan praksis dan interaksi antara asketisme non-Kristen dengan asketisme Kristen, tapi jelas tidak dapat dikatakan bahwa asketisme Kristen lahir dari asketisme non-Kristen.
Menurut F.D. Wellem, penyusun kerangka teoritis pertama asketisme ialah Clemens dari Aleksandria dan Origenes dari Aleksandria., Akan tetapi, Carl Wellman menilai bahwa dasar asketisme terletak pada teologi Athanasius, Gregorius dari Nyssa, Ambrosius, dan Augustinus., Pendapat ini pada prinsipnya tidak bertentangan, karena saling melengkapi satu dengan yang lain. Apa yang dirumuskan oleh Clemens dan Origenes disempurnakan oleh generasi berikutnya .
Dari penelusuran sejarah singkat di atas terlihat bahwa sebagian orang Kristen (terutama pada periode kebiaraan) terjebak pada pola hidup mencari penderitaan. Ada beberapa hal positif yang ditawarkan oleh penganut asketisisme. Tindakan mereka didorong oleh motivasi yang baik, yaitu hidup kudus/rohani dengan sempurna. Mereka menyadari betapa bahayanya semua kesenangan duniawi (1Yoh 2:16). Tindakan mereka bisa dikatakan sebagai protes terhadap dekadensi moral yang terjadi di kalangan kekristenan. Mereka mengikuti Allah tanpa memusingkan keuntungan jasmani yang akan mereka peroleh. Mereka siap menderita apapun demi Kristus. Apa yang mereka lakukan sangat kontras dengan para pengikut Teologi Kemakmuran .
TOKOH TOKOH ASKETISME
Untuk melengkapi pengenalan kita tentang asketisme, maka di bawah ini akan meninjau secara sepintas beberapa tokoh pendiri dan tokoh penting asketisme dan juga monastisisme, seperti Clemens dari Aleksandria, Origenes, dan Augustinus
Clemens dari Aleksandria (150—215) adalah seorang filsuf Kristen yang belajar dari seorang guru terkenal, Pantaenus di kelas katekisasi di Aleksandria. Ia bersifat moderat dalam segala sesuatu. Ia memandang manusia secara positif dan menolak dualisme Gnostik. Memang manusia harus melatih dirinya untuk menjadi sempurna, tetapi bukan menganiaya dan menghancurkannya. Ia menekankan perkawinan, membolehkan minum anggur yang membuat hidup senang, membolehkan kekayaan, dan tidak vegetarian. Baginya, Allah memberikan segala sesuatu untuk dinikmati. Akan tetapi, semua hal itu harus dijadikan sarana untuk memuliakan Allah.
Origenes dari Aleksandria (185—254) adalah seorang sarjana Alkitab yang istimewa dan seorang asketis. Karakternya berbeda dengan gurunya, Clemens. Ia seorang yang fanatik dan intoleran. Ia menerapkan prinsip askesenya secara harfiah dari Matius 19:12, suatu praksis selibat yang tidak asing di antara orang Kristen Aleksandria pada masa itu. Menurutnya, keperawanan adalah mulia, karena sesuai dengan tradisi rasuli. Perempuan lebih rendah daripada laki-laki, akan tetapi mereka bisa mendapatkan kebajikan bila mengabdikan hidup mereka kepada Tuhan.
Askese yang diterapkan oleh Origenes sangat keras. Ia secara radikal mengendalikan dirinya dari segala godaan hawa nafsu laki-laki. Ia menghindari kontak yang tidak perlu dengan perempuan, khususnya murid-muridnya di kelas katekisasi. Ia sangat serius bekerja, menghabiskan waktu malam dengan belajar Alkitab dan berdoa. Bila perlu tidur, ia melakukannya di atas lantai. Ia sering berpuasa, makan hanya sedikit makanan, berjalan tanpa alas kaki, dan banyak hal lain yang hampir menghancurkannya kesehatannya. Sewaktu mengajar di Kaisarea, ia hanya mengambil sangat sedikit gaji untuk pekerjaannya.
Augustinus (354—430) adalah seorang teolog gereja yang terbesar sepanjang masa. Di samping sebagai teolog, ia juga adalah seorang asket dan pemikir tentang asketisme. Augustinus bertobat dan menjadi Kristen setelah membaca Riwayat Hidup Antonius . Setelah itu, ia menghabiskan banyak waktunya dengan cara membiara. Meskipun pada tahap selanjutnya ia disibukkan dengan tugas-tugas kegerejaan, semangat asketisme dan pemikiran asketisme tetap dipertahankannya.
Di dalam bukunya yang berjudul Confessiones yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Pengakuan-Pengakuan, Augustinus memperlihatkan kerinduannya untuk hidup seturut dengan kehendak Allah. Oleh karena itu, ia dengan pertolongan Allah akan membersihkan dirinya dari berbagai godaan kedagingan. Ia menyebutkan beberapa godaan, seperti keinginan daging, godaan selera, kerakusan dan kemabukan, godaan penciuman, godaan pendengaran, godaan penglihatan, keangkuhan, pujian, dan gengsi. Untuk melawan semua itu, ia rajin berdoa dan berpuasa. Dasar dari semua praksis asketisnya ialah Sabda Tuhan yang dikutipnya, “Jangan menuruti keinginan-keinginanmu dan jauhkanlah dirimu dari nafsu-nafsumu.” “Kita tidak rugi apa-apa, kalau kita tidak makan dan kita tidak untung apa-apa kalau kita makan.”

RELEVANSI ANTARA ASKETISME DAN MISTISISIME
Menurut ensiklopedia nasional Indonesia, mistik adalah sutu proses yang bertujuan memenuhi keinginan atau hasrat manusia untuk mengalami dan merasakan bersatunya emosi dengan Tuhan atau kekuatan transenden .
Subtansi dari mistisisme dan asketisme adalah sama yanki ingin menyatukan emosi dan pikirannya dengan tuhan dengan meninggalkan semua kesenangan duniawi yang akan mengahmbat penyatuan tersebut, meskipun pada konsepnya berbeda, istilah asketisme munculnya lebih dahulu dari pada mistisis yang lebih terkenal pada zaman modern ini.
Istilah asketisme banyak digunakan oleh orang orang gereja pada awal kemunculan Kristen, dan orang orang beragama pada umunya, hanya saja pada waktu kemunculannya asketisme islam belum datang sehingga yang mengenal awal mula istilah dan konsep asketisme di dominasi oleh orang orang Kristen, hindu dan budha.

KESIMPULAN
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa arti asketisme adalah ajaran tentang pentingnya latihan-latihan rohani dengan cara mengendalikan tubuh dan jiwa, sehingga tercapai kebajikan-kebajikan rohani. Asketisme Kristen tidak menghancurkan tubuh, melainkan mengendalikannya. Tujuannya ialah menyatu dengan Kristus dan mendapatkan kemampuan untuk diabdikan bagi kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama umat manusia.
Jadi dalam pelaksanaanya para asketis bias memilih beberapa konsep asketisme sesuai dengan beberapa pemaparan tokoh di atas, asketisme yang berasal dari lingkup Kristen banyak digunakan oleh orang orang Kristen pada umumnya, seperti halnya sufisme yang lebih umum dan lebih dikenal dalam dunia islam dari pada istilah mistisisme.

DAFTAR PUSTAKA

- http: // www. tiranus. Net /2007/ asketisme .php.
- http://en.wikipedia.org/wiki/Asceticism.
- http://ennyway.blogspot.com/2008/07/asketisme.html.
- http://www.gkri- exodus.org.

- Setiawan,B.Ensiklopedia Nasional Indonesia.Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1990.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar