Rabu, 30 Maret 2011

Makalah Agama shinto

Oleh : Mohammad Thoriqul Huda

Abstract
religion is a source of peace of mind for the wider community, Japan is one country that shelters many religions, Christianity, Islam Buddhist, and Shinto, the Shinto religion is a religion that most believers in Japan, religion is embodied in the soul of Japanese society since the year 660 before BC, who believed that in some glorified god, Amaterasu Omi god of the sun we are the most in the great glorified by the Shinto religion and became ruler of the other gods.
In addition adherents of Shinto religion also perform religious rituals such as rites of other religions in general, one is a ritual cleansing of negative qualities and characteristics to each new year celebration of the drives "us" around in the community with the intent that "we" have been dating and bring protection to the public.

Kata Kunci :sejarah, perkembangan, kitab suci
PENDAHULUAN
Wilayah jepang terdiri atas empat pulau besar yaitu hondo, hokaido, shikoku dan kyusu beserta pulau kecil lainnya penduduk kepulauan itu sepanjang arkeologi dan antropologi demikian William L. langer di dalam encyclopedia of word history edisi 1956, erat berkaitan dengan suku tunggus dan suku korea berdasarkan pembuktian linguistic, sepanjang pembuktian etnografis dan mithologis terpadu kedalam unsure belahan selatan tiongkok beserta unsur melayu dari asia tenggara dan unsur polinesia, pada masa sebelumnya unsur ainu banyak mendominasi.
Suatu suku dari pulau kyusu yang terletak pada belahan selatan dan suku itu belakngan membentuk imperium menyebrang keutara menuju lembah yamato dipulau honsyu ia memperoleh kemenangan dalam persaingan kekuasaan dengan suku izumo yang masih pertalian darah dengan suku korea, sehingga membentuk imperium baru dan naik kaisar jepang pertama pada tahun 660 SM yaitu kaisar jmmu tenno.
untuk membuat iman secara resmi dalam waktu sekitar tiga abad itu menjadi sangat berakar dalam kehidupan nasional Jepang. Jadi kita bisa membagi sejarah keagamaan Jepang menjadi dua tahap - pertama, periode awal, di mana kepala sekolah agama Shinto, kedua agama Buddha awal periode. Dari kesembilan ke abad kedua belas kami tanggal era klasik Japans administrasi budaya tetapi akhirnya menjadi lelah dan digantikan pada abad ketiga belas oleh rezim militer dan feodal. Ini periode Abad Pertengahan digantikan pada abad ketujuh belas oleh rezim Tokugawa yang berlangsung sampai 1887 periode modern dimulai Japans: sengaja sampai sekarang terisolasi dari kata pada umumnya sekarang ia berpaling untuk memperoleh keterampilan teknologi mereka yang akan menjamin kemandiriannya .
Bentuk susunan social di jepang dewasa ini terdiri atas himpunan beberapa suku (uji) yang satu persatu suku itu di bawah pimpinan seorang kepala suku (uji-no-kami), anggota suku itu menyatakan turunan satu moyang yang biasnya dewa suku (ujigami), kepala suku bertindak sebagai datu, jepang sepanjang sejarah ini sering berbenturan dengan tiongkok dan korea dan hal ini memberikan pengaruh jejak jejak di jepang,
Pertumbuhan dan perkembagan agama serta kebudayaan Jepang memang memperlihatkan kecenderungan yang asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa negeri itu telah menerima berbagai macam pengaruh, baik kultural maupun spiritual dari luar. Semua pengaruh itu tidak menghilangkan tradisi asli, dengan pengaruh-pengaruh dari luar tersebut justru memperkaya kehidupan spiritual bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa dipadukan menjadi suatu bentuk tradisi baru yang jenisnya hampir sama. Dan dalam proses perpaduan itu yang terjadi bukanlah pertentangan atau kekacauan nilai, melainkan suatu kelangsungan dan kelanjutan. Dalam bidang spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari luar itu telah membawa kelahiran suatu agama baru yaitu agama Shinto, agama asli Jepang.
Bahkan nama Shinto sendirir merupakan bentuk akulturasi budaya antara jepang dengan tiongkok adalah perubahan nama agama mereka yakni dari “kami no michi” yang artinya jalan dewa” kemudian setelah terjadi benturan budaya antara tiongkok dan jepang berubah nama menjadi agama Shinto yang artinya “jalan langit”
Perubahan bunyi itu serupa halnya dengan aliran chan , sebuah sekte agama budha madhab Mahayana di tiongkok menjadi aliran zen sewaktu berkembang di jepang.
Agama Shinto yang berkembang dijepang Merupakan salah satu agama Yang mempunyai mitos bahwa bumi di jepang merupakan ciptaan dewata yang pertama, dan bahwa jimmu temmo (660 SM) adalah turunan langsung dari amterasu omi kami yakni dewi matahari dalam perkawinannya dengan touki lomi yakni dewa bulan. .
Agama Shinto berkembang dan tumbuh di jepang, agama ini merupakan agama asli orang jepang, mulai dari sejarahnya sampai sekrang, terus bagaimanakah awal mula kemunculan ,perkembangan agama ini, hal ini akan kita bahas pada bab pembahasan.

PEMBAHASAN
Pandangan orang jepang terhadap agama
Masyarakat Jepang mempunyai pandangan yang sangat sekuler dan tidak begitu peduli pada agama. menurut Statistik mengenai agama (tahun 1992) yang disusun oleh
Departmen Pendidikan Jepang, pengikut agama Shinto; 106.643.616 orang, agama Budha 95.765.996 orang, Kristen (termasuk Katolik) 1.486.588 orang, yang lainnya 10.833.994 orang.
Statistik ini sering dipakai sebagai referensi oleh ilmuwan asing, angka tersebut sama sekali tidak bisa dipercayai. Sejumlahnya angka ini, menjadi kira-kira 2 kali dari penduduk Jepang, sekitar 120.000.000 jiwa. Angka ini berdasarkan laporan kepada Departmen Pendidikan dari sekte-sekte tersebut sendiri. Shinto menghitung semua penduduk sekitar JINJA; (tempat ibadah Shinto) sebagai pengikutnya, agama Budha menghitung semua anggota keluarga yang diatur upacara oleh pendetanya sebagai pengikutnya. Jadi, satu orang terhitung sebagai pengikut agama Budha dan Shinto kedua-duanya.
Biasanya, orang Jepang melakukan upacara perkawinan dengan cara Shinto atau Kristen, sedankan upacara kematian dengan cara Budha. Bagi kebanyakan orang Jepang, hal itu tidak dianggap aneh., Di Indonesia ada KTP. Dalam KTP tertulis agamanya apa. Di Jepang tidak ada KTP. Jarang sekali kesempatan yang menjelaskan dirinya mempercayai agama apa. Mereka menganggap agama sebagai hanya adat atau kebiasaan.
Menurut beberapa pendapat, sekitar 70% orang menjawab tidak memeluk agama. Alasannya karena orang Jepang merasa repot jika masuk salah satu organisasi agama yang dikendalikan oleh ajaran tertentu. Pengunjung tempat ibadah pada saat merayakan datangnya tahun baru dilakukan oleh kebanyakan orang Jepang. Pada upacara menjemput roh nenek moyang yang kembali ke rumahnya (seperti upacara Galungan di Bali), kebanyakan orang Jepang mudik untuk ikut upacara itu. Tetapi praktik-praktik ini dianggap sebagai adat, bukan agama.
Dalam undang-undang dasar Jepang, pemerintah tidak boleh ikut campur dalam urusan agama. Ketika berakhir perang dunia kedua, orang Jepang memetuskan bahwa negaranya harus berdasarkan atas pemisahan agama dari negara. Memang tidak ada sekolah agama negara ( seperti IAIN di Indonesia). Dilarang keras memakai anggaran negara untuk hal-hal agama. Kalau ada kasus pengeluaran anggaran negara untuk upacara keagamaan, kasus ini diadukan ke pengadilan sebagai pelanggaran undang-undang dasar. (Tetapi kebanyakannya kasus seperti itu, keputusannya bahwa upacara itu adat, bukan agama, jadi bukan pelanggaran undang-undang dasar.)
Di Jepang pernah orang Kristen menjadi Perdana Menteri, namanya OHIRA Masayoshi, selama dari tahun 1978 sampai 1980. Memang jumlahnya orang Kristen cuma 1% dari penduduk Jepang, tapi hal OHIRA adalah orang Kristen tidak sama sekali menjadi masalah dan tidak sama sekali mempengaruhi kebijaksanaannya. Kebanyakan orang Jepang tidak begitu peduli, asal tidak fanatik, agama apa penguasanya.
Seperti hal-hal tersebut di atas, masyarakat Jepang sekarang menjadi sangat sekuler. Agama yang dominan, seperti Islam di Indonesia, tidak ada. Pada masa dulu, agama yang dominan itu agama Buddha. Tetapi, di bawah kontrol selama 250 tahun oleh pemerintah TOKUGAWA BAKUFU (TOKUGAWA adalah nama warga SHOGUN, BAKUFU artinya pemerintah), agama Buddha menghilangkan daya dinamis sebagai agama dalam rakyat. Sebulumnya berdiri TOKUGAWA BAKUFU, sering meletus pembrontakan rakyat yang berdasar atas keyakinan agama Buddha, terutama sekte Jodo Shin Syu. Jadi Pemerintah TOKUGAWA BAKUFU perlu waspadai dan mengkontrol agama Buddha.
Untuk memenuhi Kebutuhan rakyat dalam bidang spiritual, pada abad 19 (akhir zaman EDO. EDO itu ibu kota TOKUGAWA BAKUFU, nama kuno Tokyo), beberapa agama-agama baru mulai muncul. Sejak saat itu sampai sekarang, kedudukan dominan agama Buddha tradisi diganti berangsur-angsur oleh agama-agama baru. Sekarang, pengikut agama Budha tradisi, kebanyakannya "Budhis KTP" (seperti Islam KTP di Indonesia). Tetapi pengikut agama-agama baru jauh lebih aktif. Pengikut agama-agama baru menjadi lebih 10% dari penduduk Jepang .
Hasil penelitian tentang agama baru di Jepang banyak sekali. Menurut karya Prof. SHIMAZONO Susumu (jurusan ilmu agama Universitas Tokyo), agama baru Jepang itu didefinisikan seperti berikut ini.
1. Agama itu muncul dan berkembang pada masa modern atau pada masa peralihan ke modern.
2.Agama itu didirikan dari, oleh dan untuk rakyat.
3. Agama itu dipisah dari agama tradisi dalam bidang baik organisasi maupun ajarannya.
AWAL MULA AGAMA SHINTO
Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara faham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah berabad-abad hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul daripada mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama dengan latar belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Karena yang menyebabkan timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah.
Agama ini muncul pada zaman prasejarah, dan siapa pembangunnya tidak dapat dikenal dengan pasti, Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke Jepang yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang, penyebarannya adalah di asia dan terbanyak di jepang, kira kira pada abad 6 masehi agama budha masuk ke jepang dari tiongkok dengan melalui korea. Satu abad kemudian agama itu telah berkembangan dengan pesat bahkan lama kelamaan agama itu dapat mendesak agama shinto akan tetapi karena agama shinto mengajarkan penganutnya untuk memuja dan berbakti kepada raja maka raja pun berusaha untuk melindunginya , sehingga apada tahun 1396 agama Shinto di tetapkan sebagai agama Negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21 juta pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti kepada negara dan politik Negara, kemudian agama Shinto bercampur dengan agama budha demikian pula dengan agama konghucu yang masuk ke jepang langsung dari tanah asalnya kira kira pada abad pertengahan ke 7, Tentang pengaruh agama Buddha yang lain nampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan figur yang disamakan dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal im berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi.
Ahirnya ketiga agama itu bergandengan bersama sampai sekarang, hal itu tidaklah aneh karena orang jepang tidak menolak kepercayaan apapun yang masuk negrinya, asalkan tidak menggangu keselamayan Negara, tujuan utama bagi pemeluk agama Shinto adalah kebahagiaan dalam kehidupan dunia, mereka menganggap bahwa orang yang sudah mati dapat membantu mereka dalam menjalankan hidup ini dari abad keabad kultus (kebaktian) terhadap roh nenek moyang selalu berubah bentuknya tetapi sifat kultus yang khas masih tetap sama.
Orang jeang tidak mengenal aliran aliran yang dating kemereka karena itu agama budha dan lainnya yang datang di jepang dapat berkembang dengan baik kalau kita perhatikan mula mula agama Shinto itu memuja dewa, kamudian memilih satu diantaranya yang terpenting yaitu “amaterasu omi kami“ maka dapat dikatakan bahwa agama Shinto adalah politeisme yang monotheisme .
PERKEMBANGAN AGAMA SHINTO
Sejarah Perkembangan agma Shinto di jepang dapat dibedakan menjadi bebrapa tahap masa sebagai berikut :
a. masa perkembangan dan pengaruh yang mutlak sepenuhnya di jepang yaitu dari tahun 660 sebelum masehi sampai tahun 552 masehi dalam masa 12 abad lamanya.
b. Masa agama budha dan konghucu dan ajaran tao masuk ke jepang yaitu tahun 552 masehi sampai tahun 800 masehi yang dalam masa dua setengah abad itu agama Shinto memperolah saingan yang sangat berat, pada than 645 masehi kaisar kotoku merestui agma budha dan mengenyampingkan kami no michi, pada tahun 671 masehi sang kaisar membelakangi dunia dan mengenakan pakaian rahib.
c. Masa singkronisasi agama Shinto dengan tiga ajaran lainnya yaitu dari tahun 800 masehi sampai 1700 masehi yang dalam sembilan abad itu lahir ryobu Shinto (Shinto paduan) .
Kemunduran pengaruh agama Shinto pada masa belakangan itu dapat disaksikan pada kenyataan bahwa upacara keagmaan yang terpandang sangat amat penting dalam agama Shinto yaitu upacara oho-line (penabalan mahkota) antara tahun 1465 masehi sampai tahun 1687 masehi, sudah dikesampingkan oleh upacara keagamaan budha.
AJARAN AGAMA SHINTO
Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”, baik roh-roh orang yang telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin” dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari kata “Yang”. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok. Sedangkan Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.
Agama pribumi orang jepang ini berdasar kepercayaan bahwa keluarga raja adalah keturunana dewi matahari amaterasu omi kami kemudian diserap didalamnya banyak ajaran dan praktek keagmaan budha, hakekat ajaran Shinto adalah gagasan bahwa “kami” maujud pada setiap saat dan dalam segala hal, oleh karenanya memberikan perhatian setiap saat betapapun kecil dan remehnya akan membuka kesadaran kearah kebenaran ,
Dalam penjelasan lain juga di jelaskan bahwa shintoisme berasal dari jepang dan berarti “jalan para dewa” nama ini di tetapkan pada abad keenam untuk membedakan dari budhisme dan konfusianisme yang saat itu merupakan agama agama pendatang .
Perkataan Shinto sendiri berasal dari bahasa tionghoa “shen” yang artinya “roh” , tao artinya jalannya dunia, bumi dan langit, jadi Shinto berarti perjalanan roh yang baik.
Agama ini mengandung 2 unsur kepercayaan yaitu :
a. menyembah alam (nature worship)
b. menyembah roh nenek moyang
menurut agama ini orang diwajibkan menyembah pada roh yang mereka sebut “kami” ,
Istilah “Kami” dalam agama Shinto dapat diartikan dengan “di atas” atau “unggul”, sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata “Kami” dapat dialih bahasakan (diartikan) dengan “Dewa” (Tuhan, God dan sebagainya). Jadi bagi bangsa Jepang kata “Kami” tersebut berarti suatu objek pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan yang ada dalam agama lain.
Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas, bahkan senantiasa bertambah, hal ini diungkapkan dalam istilah “Yao-Yarozuno Kami” yang berarti “delapan miliun dewa”. Menurut agama Shinto kepercayaan terhadap berbilangnya tersebut justru dianggap mempunyai pengertian yang positif. Sebuah angka yang besar berarti menunjukkan bahwa para dewa itu memiliki sifat yang agung, maha sempurna, maha suci dan maha murah. Oleh sebab itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50, 100, 500 dan seterusnya dianggap sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah para dewa itu tidak terbatas jumlahnya. Dan seperti halnya jumlah angka dengan bilangannya yang besar maka bilangan itu juga menunjukkan sifat kebesaran dan keagungan “Kami”.
Pengikut-pengikut agama Shinto mempunyai semboyan yang berbunyi “Kami negara - no – mishi” yang artinya : tetap mencari jalan dewa. Kepercayaan kepada “Kami” daripada benda-benda dan seseorang, keluarga, suku, raja-raja sampai kepada “Kami” alam raya menimbulkan kepercayaan kepada dewa-dewa. Orang Jepang (Shinto) mengakui adanya dewa bumi dan dewa langit (dewa surgawi) dan dewa yang tertinggi adalah Dewi Matahari (Ameterasu Omikami) yang dikaitkan dengan pemberi kamakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian.
Disamping mempercayai adanya dewa-dewa yang memberi kesejahteraan hidup, mereka juga mempercayai adanya kekuatan gaib yang mencelakakan, yakni hantu roh-roh jahat yang disebut dengan Aragami yang berarti roh yang ganas dan jahat. Jadi dalam Shintoisme ada pengertian kekuatan gaib yang dualistis yang satu sama lain saling berlawanan yakni “Kami” versus Aragami (Dewi melawan roh jahat) sebagaimana kepercayaan dualisme dalam agama Zarathustra
Dari kutipan di atas dapat dilihat adanya tiga hal yang terdapat dalam konsepsi kedewaan agama Shinto, yaitu :
1. Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan personifikasi dari gejala-gejala alam itu dianggap dapat mendengar, melihat dan sebagainya sehingga harus dipuja secara langsung.
2. Dewa-dewa tersebut dapat terjadi (penjelmaan) dari roh manusia yang sudah meninggal.
3. Dewa-dewa tersebut dianggap mempunyai spirit (mitama) yang beremanasi dan berdiam di tempat-tempat suci di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia. .
kami terebut ada yang berasal dari orang yang telah meninggal dunia tetapi ada juga yang berasal dari benda alam yang berasal dari orang yang telah meninggal, misalnya:
a. “kami” dari para leluhur tiap tiap suku (biasanya kami ini dipunyai oleh anggota dari tiap tiap suku tersebut).
b. “kami” dari para pahlawan
c. “kami” dari nenek moyang tiap keluarganya sendiri (biasanya dianggap sebagai pelindung rumah tangga ).
Sedangkan kami kami yang lain yang berasal dari benda benda alam dan kekuatan alam misalnya :
a. “kami” dari matahari
b. “kami” dari petir
c. “kami” dari bulan,
d. “kami” kilat,
e. “kami” sungai,
f. “kami” gunung,
g. “kami” pohon, dan sebagainya
Demikian pula jumlah dewa dewa yang mereka hormati banyak sekali, kira kira lebih dari 800 dewa, yang terpenting adalah amterasu omi kami (dewi matahari) yang merupakan pelindung dewa dan juga pertanian.
Di dalam penyembahan terhadap kami biasnya di pimpin oleh pendeta pendeta, para pendeta tersebut di rancang khusus untuk memuja kami tertentu dan mendapatkan bantuann dari kami yang sedang di puja dan pada saat memimpin upacara mereka berpakaian khusus, dua kali sehari pendeta tersebut menyajikan sajian di dalam kuil dengan membaca mantera mantera dan pujian pujian
Kuil Shinto di jepang banyak sekali terhitung lebih dari 200.000 buah kuil, bahkan ada juga yang menyebutkan terdapat lebih dari 80 juta kami di jepang dan para pendeta tersebut yang mengurusi kuil adalah turun menurun, setelah agama budha masuk ke jepang pada abad ke VI maka mendesaklah unsure unsure agama budha tersebut ke dalam agama Shinto lama kelamaan terjadilah percampuran antara kedua unsure agama tersebut yang kemudian aliran ini disebut “Ryobu Shinto” .
KITAB SUCI AGAMA SHINTO
Dalam agama Shinto ada dua kitab suci yang tertua, tetapi di susun sepuluh abad sepeninggal jimmi temmo (660 SM), kaisar jepang yang pertama. Dan dua buah lagi di susun pada masa yang lebih belakangan, keempat empat kitab tiu adalah sebagi berikut :
a. kojiki, yang bermakna : catatan peristiwa purbakala. Disusun pada tahun 712 masehi, sesudah kekaisaran jepang berkedudukan di nara, yang ibukota nara itu di bangun pada tahun 710 masehi menuruti model ibukota changan di tiongkok.
b. Nihonji, yang bermakna : riwayat jepang. Di susun pada tahun 720 masehi oleh penulis yang sama degan di Bantu oelh seorang pangeran di istana.
c. Yeghisiki yang bermakan : berbagai lembaga pada masa yengi, kitab ini disusun pada abad kesepuluh masehi terdiri atas 50 bab. Sepuluh bab yang pertama berisikan ulasan kisah kisah yang bersifat kultus, disusuli dengan peristiwa selanjutnya sampai abad kesepuluh masehi, tetapi inti isinya adalah 25 norito yakni do’a do’a pujaan yang sangat panjang pada berbagai upacara keagamaan.
d. Manyosiu yang bermakan : himpunan sepuluh ribu daun, berisikan bunga rampai, yang terdiri atas 4496 buah sajak, disusun antara abad kelima dengan abad kedelapan masehi.
Kitab pertama itu menguraikan tentang alam kayangan tempat kehidupan para dewa dan dewi sampai kepada amaterasu omi kami (dewi matahari ) dan tsukiyomi (dwa bulan ) diangkat menguasai langit dan puteranya jimmu tenno diangkat menguasai “tanah yang subur ”(jepang ) di bumi, lalu di susuli silsilah keturunan akisar jepang itu beserta riwayat hidup satu persatunya selanjutnya upacara upacara keagamaan yang dilakukan dalam masa yang panjang itu berkenaan dengan pemujaan terhadap kaisar beserta para dewa dan dewi.
Menurut cerita dari kitab kojiki dan nihongi, mula mula bumi dan langit serta seisinya dijadikan oleh para dewa (kami), dua diantara dewa dewa itu turun dari langit akan menjadikan bumi jepang, dua dewa tersebut adalah isanaga no kami (laki laki) dan isonami no kami (perempuan), dua dewa ini kemudian menurunkan beberapa dewa termasuk uga dewa matahari ynag bernama amaterasu omi kami.
Dewa langit ini kemudian mengirim seorang dewa kebumi bernama: ninigi no mikoto yang kemudian bercucu: jimmi tenno, raja jepang yang pertama kali, itulah sebabnya maka nama resmi raja jepang adalah tenno yang artinya “raja langit” , jimmi tenno naik tahta kerjaan pada tahun 660 sebelum masehi, dan dia itulah yang menurunkan raja raja jepang sampai sekarang ini.
Hal ini dikarenakan penganut agama Shinto pada umunya percaya bahwa temmo raja jepang itu adalah keturunan dewa surya, amaterasu omi kami, maka para penganut agama Shinto percaya dan patuh pada temmo, memuja alam dan roh, begitu pula bendera kebangsaan jepang berbentuk tanda matahari untuk menunjukan bahwa negaranya tercipta dari matahari tempat kediaman amaterasu omi kami (dewi matahari).
Sekalian kitab suci itu berisikan kisah kisah legendaris, nyanyian nyanyian kepahlawanan besrta sajak sajak tentang asal usul kedewaan, asal usul kepulauan jepang dan kerajaan jepang. Ragam kisah tentang hal hal yang berkaitan dengan kehidupan para dewa dan dewi dalam kayangana dilangit, catatan pada masa masa terahir barulah didasarkan pada kenyataan sejarah.
Buat pertama kalinya didalam sejarah jepang yang puluhan abad lamanya bahwa seorang sarjana jepang pada tahun 1893 masehi, yakni Prof.kume dari imperial university di tokio, berani mengemukakan kritiknya dan menolak banyak peristiwa dalam kedua kitab itu untuk dinyatakan sebagai peristiwa atau sejarah, karena tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. atas pendiriannya itu, yang dipandang merendahkan kepercayaan yang hidup dalam agama Shinto dia pun di pecat dari jabatannya .
Selain itu di dalam agama Shinto ada beberapa proses ritual atau ibadah ynag bertujuan untuk mensucikan diri mereka, Agama Shinto sangat mementingkan ritus-ritus dan memberikan nilai sangat tinggi terhadap ritus yang sangat mistis. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya adalah baik dan bersih. Adapun jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan keadaan negatif yang harus dihilangkan melalui upacara pensucian (Harae). Karena itu agama Shinto sering dikatakan sebagai agama yang dimulai dengan dengan pensucian dan diakhiri dengan pensucian. Upacara pensucian (Harae) senantiasa dilakukan mendahului pelaksanaan upacara-upacara yang lain dalam agama Shinto.
Ritus-ritus yang dilakukan dalam agama Shinto terutama adalah untuk memuja dewi Matahari (Ameterasu Omikami) yang dikaitkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian (beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli dan Agustus di atas gunung Fujiyama.
Selain itu juga ada beberpa peryaan yang biasnya di peringati oleh pemeluk agam Shinto dan perayaan itu diadakan untuk tujuan tujuan yang berkenaan dengan pusaka leluhur, pengudusan, pengusiran roh jahat atau pertanian, puncak puncak perayaan diadakan pada tahun baru, saat menanam padi pada musim semi dan pada saat panen pada musim gugur, musim semi dan musim gugur adalah saat untuk menghormati leluhur dan mengunjungi makamnya, selama perayaan kami sering diarak melewati jalan jalan dalam tempat pemujaan yang bisa dibawa bawa untuk membuat setiap orang yakin bahwa kami sedang mengunjungi masyarakat untuk memberikan perlindungan .
Selain itu pada zaman purbakala dulu masyarakat jepang juga mengenal korban manusia bahkan sering terjadi tradisi bunuh diri secara suka rela akan tetapi tradisi ini sekarang dilarang dan diganti dengan tanah liat atau kayu.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang sudah dikemukakan diatas tampak bahwa agama rakyat merupakan sistem kepercayaan dan peribadatan yang benar-benar hidup di kalangan rakyat Jepang dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka seperti yang terlihat dalam kegiatan-kegiatan keluarga, rukun tetangga dan hari-hari libur nasional Jepang. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap kepercayaan tradisional Jepang dan tempat agama rakyat, dalam kehidupan masyarakat Jepang modern yang termuat dalam laporan hasil penelitian yang diberi judul Nihonjin-no-kokuminsei (sifat nasional Jepang), maka pemujaan terhadap arwah nenek moyang menempati kedudukan utama dalam kehidupan masyarakat Jepang.
Di samping itu rangkaian upacara dan perayaan tahunan masih tetap memainkan peranan penting dalam agama rakyat, terutama dalam lingkungan masyarakat pertanian yang umumnya terdapat dalam agama rakyat fungsinya sudah jauh berkurang, namun berbagai rangkaian kegiatan yang sepanjang tahun menjadi salah satu diantara ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama yang sudah melembaga seperti agama Shinto.
Dalam agama Shinto terdapat banayak keprcayaan terhadap dewa dewa ada banyak sekali dewa yang di percayai oleh penganut agama Shinto namun yang paling popular adalah dewi matahari (amaterasu omi kami) yang menjadi dewanya para dewa dan juga dewa bulan, penganut Shinto juga sangat patuh terhadap raja mereka yakni tenno, hal ini dikarenakan mereka percaya bahwa tenno adalah keturunan dewa jadi wajib bagi mereka untuk patuh pada tenno.
Selain itu terdapat pula beberapa upacara yang diselengagarakan oleh penganut agama Shinto, sslah satunya adalah upacara pembersihan diri yakni dengan memuja muja dewa matahari dan juga mengaraknya mengelilingi masyarakat sebagai tanda bahwa amaterasu omi kami telah dating dan memberikan perkindungan pada mereka.
Ada beberapa kitab suci yang dipercaya oleh penganut Shinto :
a. kojiki, yang bermakna : catatan peristiwa purbakala.
b. Nihonji, yang bermakna : riwayat jepang.
c. Yeghisiki yang bermakan : berbagai lembaga pada masa yengi
d. Manyosiu yang bermakan : himpunan sepuluh ribu daun.


DAFTAR PUSTAKA
- Ahmadi abu, Perbandingan Agama, Jakarta :PT.Rineka Cipta,1991
- Http://bukucatatan-part.blogspot.com/2009/01/agama-shintoajaran-dan-sejarahnya-di.html
- Kene Michael, Agama agama Dunia, Yogyakarta : Kanisus, 2006.
- Syadili Hasan, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta : Van hoeve, 1984.
- Sou yb Josep, Agama agama besar Dunia, Jakarta : PT.al-Husna Zdikro, 1983.
- Smart Niniant, the religious experience of mankind, USA :Chaules Ecribners sons, 1984.
- Takhesi Isizawa, Makalah Seminar dikantor Alocita, Yogyakarta pada tgl 15 februari 1997.http://www.02.246 ne.jp/-semar/agamabaru.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar