Selasa, 29 Maret 2011

sekte

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Hindu berkembang menjadi banyak sekte. Ini disebabkan karena Weda tidak diwahyukan kepada seorang Maha-Rsi saja, dan juga tidak diwahyukan dalam kurun waktu yang sama dan diwahyukan pula di tempat yang berbeda.
Ada tujuh Maha Rsi yang menerima wahyu Weda, yaitu:Maha-Rsi Grtsamada, Maha-Rsi Wiswamitra, Maha-Rsi Wamadewa, Maha-Rsi Atri, Maha-Rsi Bharadwaja, Maha-Rsi Wasistha dan Maha-Rsi Kanwa.
Weda diwahyukan sekitar 1.150 sampai 1.000 tahun Sebelum Masehi, di tujuh lembah sungai-sungai suci di India, yaitu: Gangga, Sindhu, Saraswaty, Yamuna, Godawari, Narmada, dan Sarayu.
Ketujuh Maha-Rsi itu menafsirkan wahyu-wahyu yang diterima, kemudian mendirikan perguruan-perguruan serta mempunyai murid atau pengikut masing-masing. Inilah bentuk awal dari adanya sekte-sekte Agama Hindu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah sekte-sekte dalam hindu di Bali dan India?
2. Bagaimana ajaran dari sekte-sekte tersebut?

C. Tujuan
Mengetahui macam-macam sekte dalam agama hindu di Bali maupun di India, beserta ajaran-ajaran dari sekte-sekte tersebut



BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran-Aliran dalam Hindu di Bali
Menurut Goris sekte-sekte yang pernah ada di Bali setelah abad IX adalah sekte Siwa Sidhanta, sekte Brahmana, sekte Resi, sekte Sora, sekte Pasupata, sekte Ganapati, sekte Bhairawa, sekte Waisnawa dan sekte Sogatha (Goris, 1974 : 10 – 12). Di antara sekte-sekte tersebut yang paling besar pengaruhnya di Bali adalah Siwa Sidhanta. Ajaran Siwa Sidhanta termuat dalam rontal Bhuanakosa:
1. Sekte Siwa memiliki cabang yang banyak. Antara lain Pasupata, Kalamukha, Bhairawa, Linggayat dan Siwa Sidhanta yang paling besar pengikutnya. Kata Sidhanta berarti inti atau kesimpulan. Jadi Siwa Sidhanta berarti kesimpulan atau inti dari ajaran Siwaisme. Siwa Sidhanta ini mengutamakan pemujaan kehadapan Tri Purusha yaitu Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa. Brahma, Wisnu dan dewa-dewa lainnya tetap dipuja sesuai dengan tempat dan fungsinya karena semua dewa-dewa itu tidak lain dari manifestasi Siwa sesuai dengan fungsinya yang berbeda-beda. Siwa Sidhanta ini mula-mula berkembang di India Tengah (Madyapradesh) yang kemudian disebarkan ke India selatan dipimpin oleh Maharesi Agastya.
Penganut Hindu dari sekte Siwa Siddhanta meyakini Tuhan adalah Siwa. Salah satu bentuk pemujaan Siwa yang dilakukan oleh pada Pendeta Siwa adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut sebagai Mantra Catur Dasa Siwa, yakni empat belas wujud Siwa. Mantra ini digunakan untuk mendapat pengaruh ke-Tuhan-an yang kuat dan suci serta untuk mendapat kebahagian sekala-niskala.
Ajaran Siwa Siddhanta di Bali terdiri dari tiga kerangka utama yaitu Tattwa, Susila dan Upacara keagamaan. Tatwa atau filosofi yang mendasarinya adalah ajaran Siwa Tattwa. Di dalan Siwa Tattwa, Sang Hyang Widhi adalah Ida Bhatara Siwa. Dalam lontar Jnana Siddhanta dinyatakan bahwa Ida Bhatara Siwa adalah Esa yang bermanifestasi beraneka menjadi Bhatara - Bhatari.
2. Sekte Pasupata juga merupakan sekte pemuja Siwa. Bedanya dengan Siwa Sidhanta adalah dalam cara pemujaannya. Cara pemujaan sekte Pasupata adalah dengan menggunakan lingga sebagai simbol tempat turunnya/berstananya Dewa Siwa. Jadi penyembahan Lingga sebagai lambang Siwa adalah merupakan ciri khas sekte Pasupata.
Perkembangannya sekte Pasupata di Bali adalah dengan adanya pemujaan Lingga. Di beberapa tempat terutama di beberapa pura yang tergolong kuno terdapat Lingga dalam jumlah besar. Ada yang dibuat berlandaskan konsepsi yang sempurna dan ada pula dibuat sangat sederhana sehingga merupakan Lingga semu. Pemujaan Lingga sebagai lambang Dewa Siwa adalah merupakan ciri-ciri khas aliran Pasupata.
3. Adanya sekte Waisnawa di Bali dengan jelas diberikan petunjuk dalam konsepsi agama Hindu di Bali tentang pemujaan Dewi Sri. Dewi Sri dipandang sebagai pemberi rejeki, pemberi kebahagiaan dan kemakmuran. Di kalangan petani di Bali Dewi Sri dipandang sebagai Dewanya padi yang merupakan keperluan hidup yang utama. Ceritera-ceritera mengenai Awatara Wisnu ke dunia untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran akibat dominasi adharma juga dikenal dan sangat popular di Bali dan ini pula bukti berkembangnya sekte Waisnawa di Bali.
4. Adanya sekte Bodha atau Sogatha di Bali dibuktikan dengan adanya penemuan mantra Bhuda tipe “yete mantra” dalam zeal meterai tanah liat yang tersimpan dalam stupika. Stupika seperti itu diketahui di Pejeng – Gianyar. Menurut penelitian Dr. W. F. Stutterheim mantra Budha aliran Mahayana yang diperkirakan sudah ada di Genuruan-Bedulu, arca Boddhisatwa Padmapani di Pura Galang Sanja-Pejeng, arca Boddha di Gua Gajah dan di tempat lainnya lagi.

5. Adanya sekte Brahmana menurut DR. R. Goris seluruhnya telah luluh dengan Siwa Sidhanta. Di India sekte Brahmana disebut Smarta tetapi sebutan Smarta tidak dikenal di Bali. Kitab-kitab Sasana, Adigama, Purwadigama, Manawa yang bersumberkan Manawa Dharmasastra merupakan produk dari sekte Brahmana.
6. Mengenai sekte Rsi di Bali, Goris memberi suatu uraian yang sumir dengan petunjuk kepada suatu kenyataan bahwa di Bali Rsi adalah seorang Dwijati yang bukan berasal dari Wangsa Brahmana. Istilah Dewaresi atau Rajaresi pada orang Hindu adalah merupakan orang suci di antara Raja-raja dari Wangsa Ksatria.
7. Pemujaan terhadap Surya sebagai dewa utama dilakukan oleh sekte Sora suatu tanda adanya sekte Sora. Sistem pemujaan Dewa Matahari yang disebut Suryasewana dilakukan pada waktu matahari akan terbit dan matahari akan terbenam adalah ciri penganut sekte Sora. Pustaka Lontar yang membentangkan Suryasewana ini juga sekarang terdapat di Bali. Selain itu yang lebih jelas lagi adalah setiap upacara agama di Bali selalu dilakukan pemujaan terhadap Dewa Surya sebagai Dewa yang memberikan persaksian bahwa seseorang telah melakukan yadnya.
8. Sekte Ganapati atau Ganapatya adalah kelompok pemuja Dewa Ganesa sebagai Dewa tertnggi. Adanya sekte ini dahulu di Bali terbukti dengan banyaknya didapatkan arca Ganesa baik dalam wujud besar maupun kecil. Ada dibuat dari batu padas dan ada dibuat dari logam tersimpan dalam beberapa pura diBali. Fungsi Arca Ganesa adalah sebagai Wigna, Wigna yaitu penghalang gangguan. Oleh karena itu pada dasarnya Ganesa diletakan pada tempat-tempat di mana dianggap bahaya.
Misalnya dilereng gunung yang berbahaya, di lembah, laut, pada pertemuan sungai dan sebagainya. Setelah zaman Gelgel banyak patung-patung itu dipindahkan dari tempatnya yang terpencil ke dalam salah satu tempat pemujaan. Dengan demikian patung Ganesa itu tidak mendapat pemujaan secara khusus lagi melainkan dianggap sama dengan patung-patung Dewa yang lain.
Umat Hindu dari segala sekte memulai persembahyangan maupun upacara keagamaan dengan terlebih dahulu memanggil Ganesa. Ganapatya ini merupakan salah satu dari lima sekte Hindu yang utama, sejalan dengan aliran Saiwisme, Saktisme, Waisnawisme, dan Smartisme yang mengikuti filsafat Adwaita. Meski sekte Ganapatya tidak sebesar empat sekte yang pertama, namun sekte itu telah memberikan pengaruh.
Ganapati juga dipuja sebagai sebuah bagian dari aliran Saiwisme sejak abad ke-5. Sekte ini sempat dipopulerkan oleh Sri Morya Gosavi. Sekte Ganapatya menjadi terkenal pada abad ke-17 dan 19 di wilayah Maharashtra di India Barat, berpusat di sekitar Cinchwad.
9. Sekte Bhairawa adalah sekte yang memuja Dewi Durga sebagai dewa utama. Pemujaan terhadap Dewi Durga di Pura Dalem yang ada di tiap desa adat di Bali merupakan pengaruh dari sekta ini. Begitu juga pemujaan terhadap Ratu Ayu (Rangda) juga merupakan pengaruh dari sekta ini. Sekta ini merupakan salah satu sekta wacamara (sekte aliran kiri) yang mendambakan kekuatan magik yang bersifat untuk kekuasaan duniawi. Ajaran Sadcakra yaitu ajaran tentang enam lingkungan dalam badan dan ajaran mengenai Kundalini yang hidup dalam tubuh manusia juga bersumber dari sekte ini. Menurut ajaran sekte ini lingkaran Muladara dalam bagian perut bawah adalah bebentuk lingga dan yang mengelilinginya dengan tiga setengah adalah Durga-Dewi. Dengan latihan-latihan khusus Durga ini dapat dibangunkan dari sikap tidurnya yang melingkar dan naik sampai ke lingkaran-lngkaran badan yang paling tinggi.
Bhairawa adalah merupakan perkembangan lebih lanjut dari mazhab Tantrayana yang termasuk kedalam sekte Sakta atau Saktiisme, dari mazhab Siva (sivapaksa). Disebut saktiiame, karena yang dijadikan obyek penyembahannya adalah Sakti.
Masih menurut R. Goris, ada bentuk tertinggi dari kemoksaan atau kelepasan menurut sekte Bhairava dengan praktek yang disebut Panca Tattwa atau lazim disebut dengan istilah Panca-Ma(kara), yaitu Madya (alkohol), Mangsa/Mamsa(daging), Matsya( ikan), Mudra (sikap tangan), dan Maithuna (persetubuhan) yang pada penggunaan ritual menyebabkan ekstase yang tertinggi. Namun kini praktek keseluruhan ajaran ini tidak ditemukan lagi di Indonesia.

B. Aliran-Aliran dalam Hindu Di India
Orang-orang hindu dipisahkan menjadi 3 golongan besar , yaitu : waisnawa, yang memuja Wisnu sebagai Tuhan; Saiwa, yang memuja siwa sebagai Tuhan, Sakta, yang memuja Dewi atau ibu dari Tuhan. Sebagai tambahan ada Gaura, yang memuja Dewa Matahari; Ganaptya, yang memuja Ganesa sebagai tertinggi; dan Kaumara, yang memuja Skanda sebagai Tuhan.
1. Waisnawa
a. Kelompok Wadagalai dan Kelompok Tengalai
Waisnawa biasanya dibedakan menjadi 4 Sampradaya pokok atau sekte, di antaranya yang sangat kuno adalah Sri Sampradaya yang diperkenalkan oleh Ramanuja acarya, kira-kira pertengahan abad ke-12. Para pengikut Ramanuja memuliakan Wisnu dan Laksmi beserta inkarnasinya. Mereka disebut pengikut Ramanuja atau sri Sampradayin atau Sri Waisnawa. Para guru mereka adalah kaum Brahmana, dan siswa-siswanya boleh dari golongan manapun. Mereka semua mengulang-ulang Astaksara Mantra “OM NAMO NARAYANAYA”. Mereka menempatkan 2 garis putih dan satu garis merah ditengah pada dahinya.
Wedanta Desika, seorang pengikut Ramanuja, membuat beberapa perubahan pada kepercayaan Waisnawa. Hal ini menimbulkan formasi dari 2 kelompok Ramanuja yang saling bertentanga, yang satu disebut kelompok Utara (Wadagalai) dan yang lainnya Kelomok Selatan (Tengalai). Para pengikut kelompok Tengalai menganggap Prapatti atau penyerahan diri sebagai satu-satunya cara pembebasan diri. Para pengikut Wadagalai berpendapat bahwa ada satu jalan pembebasan. Menurut mereka, Para Bhakti atau pemuja seperti anak kera yang harus mengusahakannya sendiri dan bergantung pada induknya (Markata-Nyaya atau teori kera); sedangkan, menurut kelompok selatan, Bhakta atau pemuja adalah seperti anak kucing yang dibawa induknya tanpa suatu usaha bagi dirinya sendiri (Marjara-Nyaya atau teori cengkeraman kucing). Kelompok Utara meneriam naskah-naskah Sanskreta yaitu Weda, sedangkan kelompok selatan sedang menyusun Weda bagi kelompok mereka yang disebut “NALAYIRA PRABANDHA” atau “Empat Ribu Sloka”, dalam bahasa Tamil dan menganggap lebih tua dari pada Weda Sankreta. Sesungguhnya, ke-4.000 Sloka mereka didasarkan pada upanisad, bagian dari Weda. Dalam semua pemujaannya mereka mengulang-ulang bagian dari sloka-sloka tamil mereka.
Para pengikut Wadagalai menganggap Laksmi sebagai sakti dari wisnu. Dan Laksmi sendiri tak terbatas, tak diciptakan dan layak dipuja sebagai satu cara (upaya) untuk pembebasan. Para pengikut Tengalai menganggap Laksmi sebagai seorang makhluk wanita yang diciptakan, walaupun bersifat Tuhan. Menurut mereka, beliau bertindak sebagai perantara atau menteri (Purusakara) dan bukan sebagai suatu saluran yang layak untuk pembebasan.
Kedua sekte tersebut memiliki tanda-tanda wajah yang berbeda. Para Wagadalai membuat sebuah garis lengkung putih seperti huruf U untuk menyatakan satu-satunya kaki padma Wisnu yang kanan, sebagai sumber dari Sungai Ganga. Mereka menambahkan tanda garis merah di tengah sebagai simbol Laksmi. Para Tangalai membuat tanda garis putih seperti huruf Y yang menyatakan kedua kaki Padma Wisnu. Mereka menggambar sebuah garis putih separuh, menurun ke hidung.
Kedua sekte tersebut bercirikan lambang Wisnu, yaitu cakra dan kerang, pada dada, bahu dan lengan mereka. Para pengikut Tengalai melarang para janda di antara mereka dari pencukuran rambut.
Nama keluarga dari para Brahmana ramanuja biasanya adalah Aiyangar, Acarya, Carlu dan Acarlu.
b. Ramanandi
Para pengikut Ramananda adalah Ramanandi. Mereka terkenal dikalangan orang-orang Hindustan. Mereka merupakan sebuah cabang dari sekte Ramanuja, yang mempersembahkan pemujaan kepada Rama, Sita, Laksmana, dan Hanuman. Ramananda adalah seorang murid dari Ramanuja. Ia berkembang di Waranasi kira-kira pada awal abad ke-14. Para pengikutnya banyak terdapat dilembah Sungai Ganga. Karya favorit mereka adalah “BHAKTI-MALAT”. Tanda ke-sekte-an mereka adalah seperti orang-orang pengikut Ramanuja. Di antara para pertapa Ramanandi mereka disebut Wairagi.
c. Wallabhacarin atau Rudra sampradayin
Para pengikut Wallabhacarin membentuk sebuah sekte yang sangat penting di Bombay, Gujarat dan India Tengah. Penganjurnya lahir di hutan Campara pengikut Wallabhacarin memuja Krsna sebagai Bala-Gopala. Patung pemujaan mereka menggambarkan Krsna pada masa kanak-kanaknya hingga berumur 12 tahun. Gosain atau para guru merupakan orang laki-laki yang selalu tinggal di rumah.
Delapan upacara sehari-hari kepada Tuhan dikuil-kuil adalah Mangala, Sringara Gwala, Raja Bhoga, Utthapana, Bhoga, Sandhya dan Sayana; yang semuanya ini menyatakan berbagai bentuk kemuliaan Tuhan.
Tanda pada kening mereka terdiri dari 2 garis tegak lurus berwarna merah yang pertemuannya dipangkal hidung membentuk setengah bulatan dan memiliki sebuah titik bundar merah di antara dua garis tersebut. Kalung dan tasbihnya dari dahan pohon Tulasi (Basil Suci).
Otoritas yang terbesar dari sekte ini adalah Srimad Bhagawatam seperti yang dijelaskan dalam Subhodini yang merupakan komentar dari Wallabhacarya. Anggota-anggota dari sekte ini hendaknya mengunjungi sebuah tempat suci Sri Nathdwara, paling sedikit sekali dalam hidupnya.
d. Caitannya
Sekte ini terutama tersebar di Bengala dan orissa. Penganjurnya adalah Caitannya Mahaprabhu atau Tuhan Gouranga, yang lahir pada tahun 1485, yang dianggap sebagai inkarnasi dari Tuhan krsna. Beliau memasuki tahapan Sanyasa pada umur 24 tahun dan pergi ke Jagannantha di situ beliau mengajarkan ajaran-ajaran Waisnawa.
Para pengikut Caitanya memuja Sri Krsna sebagai Makhluk Tertinggi. Semua golongan masyarakat diperkenankan masuk ke dalam sekte ini. Para pemujanya secara terus menerus mengulang-ulang nama dari Krsna.
Kitab Caitanya Caritamrta oleh Krsna Dasa merupakan karya besar yang jumlahnya berjilid-jilid yang mengandung cerita-cerita pendek dari Caitanya dan pengikutnya yang terpenting serta keterangan tentang ajaran dari sekte ini. Buku tersebut ditulis dalam bahasa Begali.
Para Waisnawa dari sekte ini mengenakan dua garis putih tegak lurus dari pasta kayu cendana atau Gopicandana (sejenis tanah yang dianggap suci), menurun di dahi dan bertemu pada pangkal hidung, yang berlanjut mendekati ujung hidung. Mereka mengenakan kalung dari tiga untaian tasbih kecil pohon Tulasi.
e. Nimbarka
Penganjur dari sekte ini adalah Nimbarka atau Nimbaditya,yang aslinya bernama Bhaskara Acarya. Beliau dianggap sebagai inkarnasi dari Dewa Matahari (Surya). Para pengikutnya memuja Krsna dan Radha secara bersama-sama. Kitab suci utama mereka adalah srimad Bhagawata Purana.
Para pengikutnya memiliki tanda dua garis kuning tegak lurus dari bahan Gopicandana. Yang ditarik dari pangkal rambut kepermulaan masing-masingalis dan di sana bertemu membentuk sebuah lengkungan, yang menyatakan tapak kaki dari Tuhan Wisnu.
Para pengikut Nimbarka atau Nimawat terpancar seluruh kalangan india atas. Meeka banyak terdapat di Mathura dan juga sangat banyak ditemui di antara sekte Waisanawa di Bangala.
f. Madhwa
Para pengikut ajaran Madhwa adalah Waisnawa, yang dikenal sebagai Brahma Sampradayin. Penganjur sekte ini adalah Madhwacarya, yang juga disebut Ananda Tirtha dan Purna prajna. Beliau lahir pada tahun 1200. Beliau merupakan seorang penentang terbesar dari system filsafat Adwita dari Sankaracarya. Beliau dianggap sebagai inkarnasi dari Wayu atau Dewa Angin. Beliau membangun dan mensucikan patung oemujaan Krsna di Udupi.
Para guru dari sekte Madhwa adalah para Brahmana dan Sannyasin. Para pengikutnya mencap dada dan bahunya dengan simbol Wisnu dengan memakai besi panas. Tanda pengenalnya terdiri dari 2 garis tegak lurus yang dibuat ndari Gopicandana, yang bertemu pangkal hidung. Mereka membuat garis lurus hitam dengan arang dari dupa yang dipersembahkan kepada Krsna, yang diakhiri dalam satu bulatan yang dibuat dari sejenis kunyit.
Para pengikut Madhwa dibagi menjadi dua golongan yang disebut Wyasakuta dan Dasakuta. Mereka banyak dijumpai di Karnataka.
Kejujuran, belahar kitab suci, murah hati, kebaikan hati, kepercayaan dan kemerdekaan dari rasa cemburu membentuk hukum-hukum moral dari para pengikut Madhwa. Mereka memberikan nama-nama Tuhan kepada anak-anak mereka (Namakarana), dan mencap badan mereka dengan simbol-simbol-Nya (ankana). Mereka melaksanakan kebajikan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Bhajana).
g. Radha Wallabhi
Para pengikut Radha Wallabhi memuja Krsna sebagai Radha Wallabha, yaitu penguasa kasih sayang Radha. Penganjur dari sekte ini adalah Hariwansa. Sewa Sakhi wani memberikan uraian terperinci tentang pengertian sekte ini, terlebih lagi tentang tradisi dan tata tertib mereka.
Carana Dasi, Dadu Panthi, Hari Candi, Kabir Panthi, Khaki, Maluk Dasi, Mira Bai, Madhawi, Rayi Dasi, Senai, sakhi Bhawa, Sadma Panthi, kesemuanya ini merupakan sekte-sekte Waisnawa.

2. Sekte Saiwa
a. Brahmana Smarta dari Selatan
Para Brahmana Saiwa dari Tamil Nadu memiliki gelar Aiyer dan mereka disebut Smarta. Mereka semua mengenakan 3 garis mendatar dari Bhasma dan Wihbuti (abu suci) pada dahinya dan kesemuanya memuja Dewa Siwa. Sekte-sekte yang berbeda antara lain:
1. WADAMA, Wada Desa Wadama, Cola Desa Wadama dan Inji Wadama.
2. BRIHATCARANAM, Mazhainattu Brihatcaranam, Pazhamaneri Brihatcaranam, Milaghu Brihatcaranam dan Kandramanika Brihatcaranam
3. WATHIMAR
4. ASTASAHASRAM
5. COLIYA, dengan sambutan lain Pandimar dan adat istiadat dari Tirucendur
6. GURUKKAL, sebuah Sub-sekte dari Wadama tidak diakui sebagai salah satu di antara mereka dan yang kewajibannya adalah memuja dikuil-kuil. Mereka juga dikenal dengan nama Pattar, didistrik Madras bagian selatan. Mereka ini berbeda dengan Acraka, yang merupakan milik dari salah satu sub sekte di atas dan saling kawin dengan orang-orang golongan lain, namun bukan dari golongan Gurukkal atau Pattar. Sedangkan Gurukkal dipergunakan hanya bagi penganut Saiwa, dan Pattar maupun Arcaka dipergunakan juga bagi penganut Waisnawa.
b. Brahmana Saiwa dari Malabar
1. Namburidi
2. Muse
3. Embantiri
c. Brahmana dari Bengala
1. Cakrawarti
2. Cunder
3. Roy
4. Ganguli
5. Coudhury
6. Biswa
7. Bagci
8. Majumdar
9. Bhattacarji
d. Brahmana Saiwa dari Karnataka
1. Smarta
2. Hawiga
3. Kota
4. Siwali
5. Tantri
6. Kardi
7. Padya
e. Telugu Smarta
1. Murkinadu
2. Welandu
3. Karanakammalu
4. Puduru Drawidi
5. Telahanyam
6. Konasimadrawidi
7. Aruwela Niyogi

f. Lingayat
Lingayatism adalah agama yang independen di India. Para penganut iman ini dikenal sebagai Lingayat (Kannada: ಲಿಂಗಾಯತರು). Istilah ini berasal dari Lingavantha di Kannada.
Mereka disebut Wirasaiwa dan banyak dijumpai di Mysore dan Karnataka. Mereka mengenakan sebuah Linga Siwa yang diletakkan dalam sebuah kotak perak kecil, pada lehernya.
Konsep Tuhan
Lingayat percaya di dunia monoteistik di mana Lingga atau Para-shiva adalah Allah tertinggi dan diri dan Siwa adalah satu dan sama. Istalinga dikenakan oleh Lingayathas pada tubuh mereka adalah representasi non-anthropomorphic dari Allah yang mutlak dan tak berbentuk ( klarifikasi diperlukan ).
Konsep Shoonya
Serikat Benar dan identitas Siva (Lingga) dan jiwa (Anga) adalah tujuan hidup, digambarkan sebagai shoonya, atau ketiadaan, yang bukan merupakan kekosongan. Satu bergabung dengan Siva oleh shatsthala, jalan enam-tahap progresif dari pengabdian dan penyerahan diri: bhakti (pengabdian), mahesha (pelayanan tanpa pamrih), prasada (sungguh-sungguh mencari rahmat Siva), pranalinga (pengalaman semua sebagai Siwa), sharana (egoless perlindungan di Siwa), dan aikya (kesatuan dengan Siva). Tiap tahap membawa para pencari lebih dekat, sampai jiwa dan Tuhan menyatu dalam keadaan akhir kesadaran Siva abadi, seperti sungai penggabungan di laut.
Lingayat kebiasaan dan praktek-praktek Ishtalinga
Lingayat membuat titik untuk memakai Ishtalinga setiap saat. The Istalinga terdiri dari batu sabak cahaya abu-abu dilapisi dengan pasta halus tahan lama hitam tebal abu kotoran sapi dicampur dengan sedikit minyak yang cocok untuk menahan keausan. Kadang itu terdiri dari abu dicampur dengan mentega. lapisan ini disebut Kanti (mencakup). Meskipun kadang-kadang disamakan Ishtalinga menjadi miniatur atau gambar dari Sthavaralinga, tidak begitu. Ishtalinga sebaliknya dianggap Tuhan Siwa sendiri dan ibadah adalah digambarkan sebagai Ahangrahopasana.
Jadi, untuk Lingayat ini merupakan representasi amorf Allah. Lingayat demikian berarti pemakai ini sebagai Ishta Lingga Lingga. Di sini kata Ishta adalah istilah Sansekerta yang berarti 'memuja' atau 'yang diinginkan'. Tidak seperti Advaitins Namun, Lingayat tidak memperlakukan Ishtalinga hanya sebagai representasi Allah untuk membantu dalam mewujudkan Allah tetapi menyembah Ishtalinga dirinya sebagai Tuhan. Seperti kebanyakan brahmana, Lingayat hanya makan makanan vegetarian dan tidak harus mengkonsumsi daging dari segala jenis termasuk ikan. Minum minuman keras sangat dilarang.
g. Sekte Saiwa Lainnya
Akas Mukhi, Gudara, Jangama, Karalingi, Nakhi, Rukhara, Sukhara, Urdhabahu, Ukkara yang kesemuanya adalah sekte-sekte Saiwa.
3. Sakta
Para pengikut Sakta adalah pemuja Dewi, yaitu Ibu universal. Daksini, Wami’s Kanceliya, Karari kesemuanya ini adalah sekte-sekte Sakta. Kitab Agama dan Tantra adalah termasuk dalam kitab Smrti dan memberi banyak pengaruh terhadap eksistensi Hindu di dunia tak terkecuali Indonesia. Menurut suatu penelitian, kitab Agama atau Tantra tidak didasarkan kepada Veda secara langsung, tetapi isinya saling melengkapi dan usianyapun jauh lebih muda. Tidak ada unsur pertentangan meskipun ada perbedaan antara Veda dengan Agama (Tantra). Justru yang diharapkan kemudian umat Hindu berpegang tidak hanya pada kitab Sruti, tetapi berpegang pula pada kitab-kitab Agama.
Menurut Bandi Pandit, (2006:36), Agama, atau yang juga dikenal dengan Tantra adalah kitab sektarian dari tiga teologi Hindu yang utama dalam tradisi agama Hindu, yaitu Vaishnava, Saivisme dan Shaktisme. Vaishnava memuja kenyataan yang mutlak sebagai Vishnu. Saivisme memuja kenyataan yang mutlak sebagai Siva. Dan Shaktisme menyatakan bahwa kenyataan mutlak itu adalah Ibu Mulia jagat raya ini.
Agama Shakta menjelaskan tentang peraturan dalam membangun tempat suci untuk mengukir dan membuat pratima dewa-dewi. Agama Shakta atau Tantra memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keberadaan Hindu di Indonesia, dilihat dari berbagai bentuk bangunan suci seperti candi di jawa dan Pura, gerbang Pura maupun gerbang rumah (paduraksa) di Bali.
Pengikut Tantra kemudian disebut Tantrik. Para Tantrik melakukan pemujaan kepada Shakti . Pada dasarnya ajaran ini bagian dari Sivaisme. Jadi sebenarnya yang dimaksud Tantrayana tidak lain adalah pemuja Shakti atau Dewi sebagai pusat perhatiannya.
Ada beberapa hal penting menyangkut ritual-ritual Tantra, salah satu ritual yang dikenal sebagai Cakra Puja atau “puja pada lingkaran” . Dalam ritual ini menurut Goris (baca; Sekte-sekte di Bali, diterjemahkan oleh P.S. Kusumo Sutojo), pria dan wanita yang menjadi penyembah bertemu pada tengah malam di suatu tempat sepi, misalnya sebuah kuburan, kemudian melakukan hubungan “seksual suci”, ini merupakan penyatuan laki-laki dan perempuan. Tentu pendapat Goris ini terkesan menyimpang dari etika, padahal sejatinya yang dimaksud dengan cakrapuja adalah membangkitkan kekuatan (energy kundalini) yang terpendam dalam tubuh dengan melaksanakan beberapa tahapan yang disebut dengan istilah Panca Makara, yaitu: Madya, Mangsa/Mamsa, Matsya, Mudra, dan Maithuna.
4. Bermacam-macam Sekte Lainnya
Sekte Gaura memuliakan Matahari, Ganapatya memuja Ganesa dan Kaumara memuliakan Skanda.
Yang bukan Brahmana dari India Selatan adalah Naidu, Kamma Naidu, Catty, Mudaliar, Goundar, Pillai, Nair, Nayanar dan Reddy.
Nanak Sahi terdiri atas 7 golongan, yaitu Udasi, Ganibaksi, Ramrayi, Sutra Sahi, Gowinda Sinhi, Nirmala, Naga, Baba Lali, Prana Nathi, Sadhu, Satnami, Siwa Narayani, kesemuanya ini adalah macam-macam sekte lainnya.
5. Arya Samaj Dan Brahma Samaj
Penganjur Arya Samaj adalah Swami Dayananda Saraswati yang lahir di Kathiawar pada tahun 1824. Samaj ini lebih bersifat Institusi Sosial ketimbang latar belakang agama. Ia memiliki Gurukula, Mazab dan Pathasala. Shuddhi Sabha adalah cabang yang baru dari Arya Samaj.
Brahma Samaj diperkenalkan pada awalnya oleh raja Ram Mohan Roy, pada permulaan abad ke 19. Para pengikut Brahma Samaj melakukan pemujaan patung. Pada tahun 1860 Kesab Candra Sen mengadakan beberapa perubahan, sehingga sekarang ini ada 2 cabang dalam samaj ini, yaitu Adi Brahma Samaj yang berpegang pada ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh Raja Ram Mohan Roy dan Saddharana Brahma Samaj yang sedikit lebih modern, yang mengikuti Kesab Candra Sen lebih akrab sifatnya. Samaj ini memiliki pengikut di bengala.
6. Jaina Dan Sikh
Jaina
Penganjur pertama dari sekte ini adalah Parswanatha. Penyebar aktif yang pertama adalah Mahawira. Sekte Jaina dijumpai dalam jumlah yang besar terutama di pesisir barat. Mereka dibagi menjadi 2 sekte utama, yaitu Swetambara (yang berpakaian putih) dan Digambara (yang telanjang).
Sekte jaina tidak mengakui ke-Tuhan-an sumber weda mereka tidak percaya pada suatu Dewata Tertinggi. Mereka menghormati orang-orang suci atau orang-orang shaleh yang digelari Tirthankara yang berdiam dan di persemayaman surgawi dan yang dengan disiplin lama meningkatkan dirinyasendiri ke kesempurnaan Tuhan. Gambaran atau patung dari satu atau lebih para Tirthankara ini ditempatkan pada setiap kuil pengikut Jaina.
Sekte Jaina menetapkan secara ketat hidup vegetarian dan terikat dengan kehidupan yang suci. Mereka melaksanakan Ahimsa. Para pengikut Jaina yang ketat menapis air sebelum minum, menyapu tanah dengan sebuah sikat sebelum melewatinya atau mendudukinya, tidak pernah makan atau minum pada malam hari dan kadang mengenakan kain tipis menutup mulut untuk menjaga resiko menelan serangga kecil-kecil.
Ada 2 golongan pengikut Jaina, yaitu Srawaka yang melibatkan dirinya dalam kegiatan duniawi para Yati atau biksu yang menjalani kehidupan pertapa.
Sikh
Orang-orang Sikh sesungguhnya adalah orang-orang Hindu.kepatuhan terhadap guru mmeberikan keterlepasan dari kelahran berikutnya, merupakan keyakinan orang-orang Sikh. Menerima 5 macam Kaka, yaitu Kes (tidan memotong rambut), Kacha (celana tanggung), Kara (gelang kaki dari besi), kirpan (belati baja), dan Kangha (sisir bergigi kecil yang dipasang pada rambut).
Para Udasi adalah mereka yang mengikuti aturan pertapa dari Nanaksahi Sikh, Sricand, putra dari Guru Nanak memasuki tahapan sanyasa dan para Udasi adlaah pengikutnya. Laksmicand, putra Guru Nanak yang lainnya menjalani kehidupan sebagai kepala rumah tangga dan Wedi adalah para pengikutnya. Nirmala merupakan pertapa yang mengikuti Guru Gowinda Sinngh.
Akali adalah para pejuang yang gagah berani yang mengenakan pakaian warna biru menyolok dan sorban warna hitam.
Ajaran-ajaran Guru Nanakterkandung dalam bukupertama dari Adi Granth. Tak seorang Sikh pun yang menghisap rokok atau tembakau.
7. Para Sadhu Dan Sannyasin
Sembah sujud kepada Rsi jaman dahulu, para pengamat, orang-orang suci, Sannyasin paramahansa dan Para sadhu yang merupakan kasanah ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan Tuhan yang menuntun nasib duniadi masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
Setiap agama memiliki sekumpulan para pertapa yang menjalani penghidupan pengasingan dan meditasi. Ada yang menjadi biksu dalam agama budha, para Fakir dalam Islam, Fakir sufistik dalam Sufisme, pendeta dan paderi dalam agama Kristen. Kemuliaan agama akan hilang selama sekali apabila kamu menghilangkan para pertapa dan Sannyasin ini atau mereka yang menjalani suatu kehidupan perenungan Ilahi dan penolakan duniawi.
Mereka-mereka inilah yang menjaga dan menyelenggarakan masalah agama di dunia ini. Mereka-mereka inilah yang memberikan hiburan kepada para kepala rumah tangga ketika mereka dalam kesulitan dan duka cita. Mereka merupakan para kurir dari pengetahuan atman dan kedamaian surgawi. Mereka merupakan pertanda dari kebijaksanaan dan kedamaian Tuhan. Mereka merupakan penyebar dari ilmu adhyatmaika dan wahyu-wahyu Upanisad. Mereka menyembuhkan yang sakit, menyenangkan yang tanpa harapan dan merawat yang berada di tempat tidur. Mereka memberikan harapan kepada yang tanpa harapan, menggembirakan yang dirudung duka, menguatkan yang lemah dan membangkitkan keberanian yang malu-malu dengan memberikan pengetahuan Wedanta dan makna serta manfaat dari mahawkya “TAT WAM ASI”.
8. Dasanama Sannyasin
a. Saiwa
Di India Selatan terdapat Sannyasin Tamil yang termasuk pada kowilur Mutt dan Dharmapuram Adhinam. Mereka tidak termasuk golongan Sri Sankara dan mereka adalah para Saiwa.
b. Naga
Naga adalah para Sannyasin Saiwa, yang keadaannya telanjang. Mereke melumuri badannya dengan abu. Mereka memiliki janggut dan disimpul mati.


c. Udasi
Golongan pertapa Guru Nanak disebut Udasi yang berhubungan dengan para Sannyasin dan Wairagi. Mereka tidak mengacuhkan kenikmatan duniawi (Udasina). Itulah sebabnya mereka disebut Udasin.
d. Wairagi
Seorang Wairagi adalah yang terbebas dari nafsu dan kasih sayang dan mereka merupakan sekte Waisnawa. Mereka pemuja Rama, sita dan Hanuman. Mereka membaca Ramayana dari Tulasidas. Para pengemis Waisnawa dari golongan Ramanandi adalah orang-orang Wairagi. Aturan kesederhanaan ini diajarkan oleh Sri Ananda yang merupakan murid ke-12 dari Ramananda.
e. Rama Sanehi
Penganjur golongan ini adalah Ramcaran yang lahir pada tahun 1718 di sebuah desa dekat Jaipur di Rajasthan. Para peminta-minta Rama Sanehi ada 2 golongan, yaitu widehi yang telanjang dan Monihi yang mengenakan 2 potong pakaian dari kain kapas yang dicelup merah dalam tanah liat kecoklatan. Biara mereka ada di Sahapur Rajasthan. Sekte Rama Sanehi memiliki para pengikut yang terbesar di Mewar dan Alwar, namun mereka juga dijumpai di Bombay, Gujarat, Surat, Puna Ahmedabad, Hyderabad dan Waranasi.
f. Kabir Panthi
Kabir Panthi adalah pengikut dari orang suci kabir, yang banyak terdapat di seluruh propinsi India atas dan Tengah. Cabang-cabangnya ada 12 buah, antara lain adalah Kabir caura yang berada di Waranasi yang merupakan sebuah biara besardari kabir Panthi. Dharamdas adalah murid Kabir yang utama. Para pengikutnya diharapkan untuk memiliki kepatuhan yang mutlak terhadap para Guru, dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan. Mereka harus melaksanakan kejujuran, kedermawanan, tidak menyakiti dan pengasingan diri. Para pengikut Kamal, putra Kabir melaksanakan Yoga.

g. Dadu Panthi
Dadu panthi membentuk satu aliran Waisnawa. Dadu, penganjur sekte ini merupakan seorang murid dari salah satu guru-guru Kabir Panthi. Para pengikutnya memuja Tuhan Rama.
Dadu adalah seorang pembersih kapas, yang lahir di Ahmedabad. Ia berkembang kira-kira tahun 1600. Dadu Panthi terdiri dari 3 golongan yaitu Wirakta, yang berkepala gundul dan memiliki satu pasang pakaian dan satu kendi air; naga, yang membawa senjata dan yang dianggap sebagai tentara dan Wistar Dhari yang melakukan pekerjaan sambilan dari kehidupan biasa.
Dadu Panthi banyak terdapat di Marwar dan Ajmer. Tempat pemujaan utama mereka berasal dari Naraina, dekat Sambhur dan Jaipur. Bagian-bagian dari tulisan kabir disisipkan dalam kitab suci mereka.
h. Gorakhnath Panthi
Gorakhnath merupakan seorang yang hidup sejaman dengan Kabir. Ia dianggap sebagai inkarnasi Siwa dan mennyebut dirinya sebagai putra dari Matsyendranath dan cucu dari Adinath. Kuilnya terletak di Gorakhpur, Uttar Prades. Bhartrihari adalah seorang murid dari Gorakhnath.
Goraksa-Sakata, Goraksa-Kalpa dan Goraksa-Nama ditulis oleh Gorakhnath dalam bahasa sanskreta.
Pengikut Gorakhnath biasanya disebut Kanphata, karena mereka melubangi telinganya dan memakai anting-anting pada saat inisiai mereka. Mereka memuja Dewa Siwa.
i. Nimbarka Sampradayi Ramanuja Sampradayi
Ada para Sadhu dari Nimbarka Sampradaya, yang merupakan sekte dari Waisnawa. Para Sannyasin dari Ramanuja Sampradaya mengenakan pakaian warna orange, benang suci dan jambul serta Tri-danda atau 3 tongkat. Sekarang ini jumlah mereka sangat jarang.

j. Sekte Parinami
Sri Pirannath, adalah penganjur sekte ini, yang lahir pada tahun 1675 di Jamnagar, distri Rajkot, Kathiawar. Beliau adalah Diwan dari Raja Jam Jasa. Pengikutnya melaksanakan Ahmsa, Satya dan Daya. Tanpa kekerasan, kejujuran dan kasih sayang. Mereka mempelajari kitab-kitab suci, Kul Jam Swarup atau Atma-Bodha dalam bahasa Hindi yang mengandung ajaran-ajaran Sri Prannath, yang terdiri dari 18.000 Caupais. Mereka memuja Bala Krsna, yaitu Krsna sebagai seorang pemuda kecil.
Para pengikutnya kebanyakan dijumpai di Punjab, Gujarat, Assam Nepal, dan Bombay. Dua buah Mutt atau biaranya terdapat di Jamnagar dan di Pamna.

SEKTE-SEKTE ATAU ALIRAN-ALIRAN
DALAM HINDUISME


MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“HINDUISME”




Disusun Oleh:

Muhammad Abid E02208021
Nur Khoiriyah E02208022


Dosen :

Nasruddin, M.A, M.Pd.I






FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2010

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, dan inayah-Nya kepada kita. Sehingga kita dapat melaksanakan aktivitas akademik dengan keadaan sehat wal afiat.
Shalawat serta salam semoga tetap terabadikan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun kita ke jalan kebenaran, dari zaman kebodohan menuju zaman yang beradab.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada "Nasruddin, M.A, M.Pd.I " selaku dosen mata kuliah "Hinduisme" yang telah membimbing kami sehingga kami dapat mengerti dan memahami masalah-masalah yang terdapat pada mata kuliah ini.
Dalam penulisan makalah ini, tidak menutup kemungkinan akan ketidaksempurnaan, baik metodologi, bahasan, dan penguasaan materi. Maka dari itu kami mengharap saran dan kritik yang bisa membangun baik secara teguran maupun tertulis kepada kami, agar dapat dijadikan sebagai introspeksi dan perbaikan dalam mengerjakan tugas selanjutnya.


Surabaya, 20 Mei 2010


Penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar